Part 11 : Bersaing secara sehat?

546 75 3
                                    

Happy Reading😘
.
.
.

"Hey, apa kau tau beritanya?"

"Berita apa? Beritahu aku."

"Kau ini," ia mendecak, "tentang adik tingkat kita yang mati tergilas truk!"

"No way! Lalu bagaimana keadaan mayatnya?"

"Tubuhnya benar-benar tidak berbentuk, kepalanya bahkan hilang entah kemana, itu mengerikan."

"Yah, semoga tuhan memberkati gadis itu."

Christina hanya terdiam saat mendengar segala desas-desus tersebut. Bagaimanapun, berita kematian gadis malang itu akan tersebar pada akhirnya.

Tapi ia tidak menyangka Darren akan dapat memanipulasi kematian korbannya sepintar ini.

Jelas, hari itu dirinya menjadi satu-satunya saksi pembunuhan sadis tersebut, tapi ia memilih untuk bungkam, kehidupannya sekarang sudah sangat rumit, ia tidak ingin menambah masalah lagi dan berurusan dengan para polisi.

"Chris, setelah ini kau mau pulang?" tanya Luke, pria itu tengah menggambar sesuatu entah apa pada buku tulisnya.

Kebetulan jam terakhir hari ini kosong, jadi semua murid dapat melakukan banyak hal di dalam kelas sembari menunggu bel pulang.

Sekolah kami memiliki peraturan yang cukup ketat, termasuk jam pelajaran, apabila jam kosong, murid harus senantiasa berada di dalam kelas, tidak boleh keluar ke manapun atau mereka akan mendapatkan sanksi dan poin.

"Aku akan bekerja." jawab Christina singkat.

"Nah, selesai." Luke tiba-tiba berceletuk, kemudian ia menunjukkan gambar yang telah dibuatnya pada Christina.

Christina yang menatap gambaran Luke berdecak kagum, ia tidak akan munafik, jika lukisan dari goresan pensil dan penghapus yang menggambar potret dirinya sangatlah bagus.

Christina yang menatap gambaran Luke berdecak kagum, ia tidak akan munafik, jika lukisan dari goresan pensil dan penghapus yang menggambar potret dirinya sangatlah bagus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau suka?" tanya Luke.

"Itu sangat bagus, aku tidak tau kau memiliki bakat menggambar." puji Christina, terlihat semburat merah dari telinga Luke.

"Kau boleh memilikinya." kata Luke.

"Benarkah?" kedua iris mata Christina berbinar, ia sangat senang karena dirinya belum pernah mendapatkan hadiah sebuah potret wajahnya.

"Tentu, ambillah." kata Luke lagi, Christina segera mengambil gambar tersebut dan memandangi nya sejenak, kemudian ia memasukkannya kedalam tas.

"Thanks." ujar Christina tulus.

"Your welcome, yah.. Hadiah itu tentu tidak gratis, aku ingin imbalan." kata Luke seraya menyentuh bibirnya dan menaik-turunkan alis, mesum.

Two OwnersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang