"Pokoknya Gilang dan Farah harus menikah sesuai dengan adat kita. Jangan sampai kayak Ardi yang dulu nikahannya kayak gitu,"
Suara protesan Madina, ibu dari Ratna langsung membuat semuanya diam. Pasalnya Ratna dan Marwah akan mengadakannya dengan simple saja. Tidak perlu menggunakan adat Bugis yang rempong dan akan membutuhkan waktu yang lama.
"Kalau tidak mau pakai adat kita jangan nikah aja,"
Semuanya langsung skak di ruang tamu keluarga Budiman. Ratna, Marwah, Rahmi, Hasna, dan Rahmat tidak tau lagi bagaimana cara meyakinkan ibu mereka.
Akhirnya mereka menyetujui segala bentuk pernikahan menurut adat Bugis yang super panjang. Terlebih mereka harus melakukan resepsi di kota Makassar karena pusat tugas Gilang ada disana.
"Jadi resepsinya 3 hari berturut-turut gitu mak?,"
"Terus undangan yang sudah dicetak bagaimana?,"
"Ubah!,"
Begitu gampang nenek itu berucap, Ratna dan Marwah kembali dibuat pusing.
Ditengah-tengah persiapan pernikahan mereka, Farah tidak sibuk sama sekali. Ia tidak mengurus satupun. Percuma dia mengusulkan sesuatu terus ditolak dan ditolak. Akhirnya ia memilih diam.
Gilang sedang pusing-pusing nya mengajukan cuti menikah, ia harus memanfaatkan waktu yang ada. Jangan sampai ada waktu berlalu sia-sia.
Pernikahan kian mendekat, undangan telah di sebar luaskan. Banyak teman-teman Farah yang tidak menyangka Farah menikah secepat ini. Terlebih, teman SMPnya yang seakan tidak percaya.
Orang tua mereka telah mempersiapkan segalanya, mereka berdua lepas tangan. Mulai dari Baju, Make up, gedung, catering bahkan tempat bulan madu mereka orang tua mereka ingin mengaturnya.
"Jadi mama putuskan kalian bulan madu Di Bali aja,"
Farah langsung protes,
"Nggak mau! Apa Indonesia ini begitu sempit, aku udah sering banget lo mah ke Bali. Kak Gilang juga pasti pernah kesana, dulu kita sering banget ke Bali pas liburan. Masa bulan madu juga disana. Mending dirumah aja kalau gitu,"
"Terus dimana lagi Farah, yang paling cantik sedunia,"Ratna memijit pelipisnya anaknya memang sangat keras kepala.
"Mah, tidak usah masalahkan itu dulu. Bulan madu gampang. Yang terpenting didalam acara tidak ada kendala sedikitpun,"Gilang menengahi Perdebatan antara anak dan ibunya itu.
"Nahh itu,"farah memperjelas.
"Jangan sampai kalian nggak bulan madu!!! Mama mau cepat-cepat gendong cucu yah kan kak?,"
Farah langsung menatap tajam mamanya,
"Bosen, rempong. Mending aku ngaji,"
Farah langsung meninggalkan tempat itu, sementara Gilang, Marwah, dan Ratna masih membahas soal resepsi yang akan dilaksanakan 3 hari itu.
Pernikahan yang resepsinya 3 hari tentu membutuhkan dana yang besar. Masalah dana keluarga mereka yang merupakan seorang pengusaha tidak kewalahan. Namun, Gilang dan Farah merasa kedua orang tua mereka terlalu ambisius dalam pernikahan ini. Farah juga ingin memberikan yang terbaik, ia tidak ingin mengecewakan semuanya dari semua yang orang tuanya lakukan Farah ingin membahagiakan mereka. Terlebih usia kedua orang tuanya sudah lebih dari setengah abad.
Tidak semua yang dilaksanakan berjalan dengan lancar, semuanya pasti memiliki kendala tersendiri. Termasuk mencari orang yang biasanya memandu adat pernikahan Bugis, seperti Sanro ( orang pintar).
Mereka sudah sangat kewalahan mencarinya, Ratna sudah keliling Sengkang, dan Marwah sudah keliling Soppeng masih tidak ada yang bisa.
Akhirnya mereka pergi mengeluh kepada Sang mamak yang menyusun agenda adat Bugis ini.
"Mak, tidak ada yang bisa. Orang yang biasanya anu begitu di Sengkang sudah meninggal,"keluh Ratna.
"Di Soppeng juga Mak, saya belum temukan,"keluh Marwah.
"Lah kenapa kalian semua cari kesana kemari, kenapa tidak suruh Aisa,"ucap Madinah.
Ratna dan Marwah saling menatap, Aisa tidak mau bertemu dengan mereka berdua sebelum pernikahan Farah dan Gilang selesai.
Benar-benar masalah lagi, tinggal beberapa hari menuju ke pernikahan. Masih belum rampung semua.
Akhirnya sebuah informasi dari Hasna membuat dua ibu tenang.
Sebuah rancangan ala pernikahan Bugis telah di buat di rumahnya. Ditambah dengan lampu yang menghiasi pelaminan. Kamar Pribadi Farah ditata serapih mungkin ditambah harumnya aroma bunga mawar yang ada disana.
Tak kalah dengan kamar Gilang yang sudah ditata seromantis mungkin. Dinding rumah yang berwarna hijau itu langsung dihias dengan teman hijau juga. Begitu indah, hingga tidak ingin tidur disini karena takut membuatnya berantakan.
Semuanya telah merapat ke Kampung halaman, termasuk Ardi dan keluarga kecilnya, serta Arman yang menetap di Makassar itu. Banyak lagi kerabat mereka yang sudah merapat. Namun, hanya satu. Satu orang terpenting yang tidak ada disana. Siapa lagi jika bukan Ahmad Khairul Azzam. Dia tetap teguh dengan pendiriannya. Tidak menghadiri acara itu. Walaupun sebenarnya ia pulang saat ini. Namun, ia tidak menuju ke kediaman orang tuanya melainkan tinggal di dalam toko yang sudah ditutup seminggu itu.
"Ahmad bener nggak pulang?,"Gilang menatap Aliyah.
"Iya kak,"jawabnya.
Sebenarnya Aliyah mengetahui bahwa Ahmad telah berada di Soppeng. Namun, ia tidak menuju kerumah. Karena tidak sanggup menyaksikan itu. Aliyah sudah memaksanya namun Ahmad tak kunjung mau.
"Tega banget dia,"Gilang kembali ke kamarnya untuk istirahat karena besok tidak ada waktu banyak untuk istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Early-age Marriage [SUDAH TERBIT]
RomanceFarah Ayunita Putri Idris, wanita yang tidak begitu cantik jauh dari standar kecantikan menurut dirinya sendiri. Namun, bagi orang lain ia begitu unik, badan berisi, kulit kuning langsat, sangatlah cantik walaupun tak terlalu tinggi, hanya 165cm. Ki...