Jalani Saja

2.4K 66 0
                                    

Keputusan penundahan pernikahan sudah benar-benar diambil. Farah dan Gilang menikah setelah Farah lulus sekolah nanti. Memang waktu yang lama. Tapi apa boleh buat, takdir menghendaki untuk dijalani saja.
Setelah beberapa waktu, Ratna kembali kesengkang. Dan membelikan Farah motor. Karena Farah sudah sangat bosan naik mobil ke sekolah. Ia bahkan sering di cap pamer harta orang tua, bahkan dinyinyir orang kaya baru oleh beberapa hatersnya karena dulunya ia memang tidak pernah memperlihatkan kekayaan yang ia miliki.
Masalahnya dengan Gilang, mereka mengurangi komunikasi. Sedikit menjaga jarak. Karena waktu menikah masih lama. Takut saja langsung kebablasan. Walaupun sejatinya Gilang adalah lelaki beriman kuat.
Menjalani kesehariannya sebagai siswa, yaitu PKL disebuah perusahaan penjualan mobil membuatnya semakin terkenal saja. Pasalnya seangkatannya baru ia yang direkrut langsung oleh perusahaan itu untuk langsung bekerja setelahnya. Namun, tentu saja ia menolak. Karena ingin menikah setelah lulus. Terdengar aneh namun itu nyata yang harus ia jalani kedepannya.
Walaupun penundaan pernikahan masih satu tahun lagi, ia tetap belajar mengenai berbagai macam saat sidang pranikah, menjadi Persit dan ibu yang baik. Walaupun usianya masih terlalu dini untuk semua itu.
Berbekal gadget baru yang di baru saja dibelikan oleh mamanya yang bermerk iPhone 4s itu ia terus saja belajar. Tiap malam tentu saja di suguhi oleh beberapa hafalan yang harus ia hafal mati. Begitu niatnya kah? Padahal awalnya nolak-nolak.
Tidak semuanya berduka atas penundaan pernikahan itu, ada beberapa orang yang senang. Tentu saja Ahmad sendiri. Pasalnya ia belum ikhlas untuk merelakan Farahnya untuk kakaknya walaupun sebuah takdir tidak akan pernah menyatukan ia dengan Farah.
Di Jogja Ahmad mulai kehidupan yang sangat-sangat tidak teratur. Makan tidak teratur, bahkan sering begadang membuatnya semakin kurus. Ototnya yang berbentuk pun kini malah melambai-lambai meninggalkannya.
Walaupun sering disebut Gila karena cinta, Ahmad B aja. Rasa bencinya kepada kakaknya itu semakin menjadi-jadi.
Gilang yang masih duduk termenung, ia menyadari kali ini nasib baik tak berpihak padanya. Pernikahan harus di tunda sampai batas waktu satu tahun. Tentu saja gelisah memikirkan si calon yang ekstra nekat itu.
Farah sekarang tengah fokus berlatihlah bela diri, demi melindungi dirinya sendiri dari sandraan preman gatal diluaran sana.
Farah menjalani kehidupan normal sekarang, walaupun sudah dilarang untuk berbisnis oleh sang Mama yang maha benar.
Farah masih mengingat waktu ia nyaris dilecehkan oleh para preman itu. Setiap kali melihatnya Farah langsung mengambil alat latihan tinjunya dan meninju itu semakin keras.

Hari-hari begitu cepat kini ia jalani sendiri saja. Kini tepatnya ia sudah kembali dari PKL. Kelas 3 kini menantinya. Kembali duduk di kelas yang sama. Dengan teman sekelas yang sama pula.
"Hari ini kita kembali dalam kelas ini, ibu selaku wali kelas mengucapkan selamat datang kepada Ananda semuanya dari jurusan akuntansi ini semuanya berhasil dalam bidang Praktek kerja lapangan, dan ada yang direkrut bekerja disini,?"
"Farah?,"ucap Arini wali kelas Farah.
"Siap bu, direkrut tapi saya tolak,"
"Gobloeuk,"ucap Tasya.

Mereka kembali ke rutinitas, yaitu berghibah ria di kantin. Walaupun Farah masih malu, karena hampir semua seangkatannya tau ia ingin menikah.
"Eh far? Katanya Lo mau nikah yah,?" tanya teman satu angkatannya dari jurusan yang berbeda.
"Sampai-sampai Lo tolak rekrutan kerja,"sambungnya.
"Napa buru-buru Far, masih muda lo,"sambung orang lain.
Tiba-tiba hatersnya yang bernama Ros itu, langsung masuk kesana, ikut dalam pembicaraan yang perkataannya lebih tajam daripada gunting yang berada di meja itu. Ingin sekali Farah menyumpal mulutnya menggunakan jeruk nipis yang ada di meja itu.
"Orang yang nikah buru-buru pasti ada alasannya lah,"
"Siapa tau udah nabur benih,"sambungnya.
"Plak!," tamparan keras dari Farah mendarat di pipi mulus dan cantik Ros. Kini pipi itu memerah.
"Jaga bicara yah kalau ngomong! Nggak usah sok tau deh. Orang gue nikahnya pas lulus. Nggak usah ngevonis orang. Belum tentu Lo baik. Bisa jadi Lo yang lebih ngelonte,"umpat Farah. Ia benar-benar tidak terkendali lagi.
Tiba-tiba saja seniornya yang sudah lulus itu menggunakan seragam hitam putih ala casis melerai itu.
"Ada apa ini,sudah-sudah,"
Farah langsung menatap tajam kepada seniornya yang sok bijak itu.
"Lo puas kak? Lo puas permaluin gue! Lo puas gue jadi bahan gosipan! Hah! Sok pahlawan bitch!," Farah meludah dan pergi dari sana meninggalkan sahabatnya.
Tasya dan Fira langsung mengejar Farah yang sudah menangis di pojokan taman sispala. Ia tidak tau harus bagaimana lagi. Ia benar-benar malu. Walaupun itu tidak benar, ia sama sekali sudah tercoreng.
"Udah Far, nggak usah dimasukin ke dalam hati. Yang penting Lo nggak lakuin itu,"buju Tasya.
"Udah nangisnya malu sama lipstik,"fira langsung menghapus air mata sahabatnya itu.
"Andai bisa gue kabur dari takdir gue, mungkin nggak kayak gini," Farah masih meringis.
"Farah kenapa kamu menangis nak,?"Tanya salah satu guru yang melintas di dekat taman.
"Masalah gosip itu nak? Sudahlah,"ucap Gurunya.
"Aku malu mam,"jawab Farah kepada guru bahasa Inggrisnya itu.
Guru bahasa Inggrisnya masuk kedalam taman,
"Mam juga pernah menikah muda Far, Mam bahkan menikah pas SMP kelas dua dulu. Sering di gosispin ini itu. Tapi mam biasa aja. Mam nggak masukin kedalam hati. Mereka gosipin dan nyinyir Farah itu karena iri sama Farah. Bayangin calon suaminya Farah itu kan tentara , perwira lagi. Terus mereka itu mau juga kayak Farah tapi nggak ada yang mau sama mereka. Ingat Far, iri tanda tak mampu. Udah nangis nak,"Guru Bahasa Inggrisnya yang bernama Mam Maureen langsung menghapus air mata muridnya itu.
"Udah sekarang, Farah kembali ke kelas yah,"titah Maureen.
Mereka bertiga mengangguk dan menuju ke kelasnya.
"Lo kenapa lagi sih Far,"tanya Denis yang merupakan sahabatnya juga.
"Siapa yang nyinyirin Lo lagi, biar gue simpel mulutnya pakai sepatu baru gue yang dibeli di Gucci ini,"denis menghentakkan kaki nya dan memperlihatkan sepatu baru nya yang sangat mahal itu.
"Mau pamer atau nolongi mbak,?"sambar Tasya.
Fira yang terus berpikir, sambil memakan kripik kulit.
"Gua ada ide!!!,"
Semuanya berbalik menatap ke arah Fira, tumben orang bodoh itu punya ide.
"Gini yah, kalau si Ros lewat Lo bahas soal Lo mens aja biar dia nggak terus-terusan nyinyirin Lo. Atau Lo pergi ke unit produksinya deh beli pembalut gitu,"ucap Fira.
"Lah emang gua mens, dan stok pembalut gue habis. Tapi mahal banget kalau beli disana,"ucap Farah.
"Sultan kok,"Fira tertawa.
"Yaudah habis duit gue 5ribu,"ucap Farah.
Mereka bertiga berjalan menuju ke unit produksi. Tentu saja ingin membeli pembalut. Agar tidak digosipkan lagi bahwa ia hamil diluar nikah.
Farah, Fira, Dan Tasya kembali ke kelasnya. Mereka kembali dengan posisi belajarnya. Namun, Farah tidak fokus. Ia terus saja berpikiran soal itu.

Bel pulang telah menampakkan dirinya, Farah langsung menyambar motornya. Tentu saja langsung pulang. Mengurung diri serta mencari cara agar cacian, dan fitnah itu bisa reda. Ia begitu malu. Walaupun tidak sebenarnya namun Farah tetap saja memikirkan dan memasukkan kedalam hatinya.
Hari-hari yang berlalu bahkan tak mengubah segalanya, gosip itu masih ada. Bahkan banyak yang mengiranya gendut, padahal sesungguhnya berat badannya tidak naik sama sekali.
"Aku capek di gosipin terus satu sekolah, ini udah lama tapi masih aja,"keluh Farah kepada Gilang lewat video call.
"udah aku bilang, pasti ada hikmah dibalik semua ini,"jawab Gilang yang sangat santainya.
Farah langsung menepis ucapan Gilang.
"Ada hikmahnya bagaimana kak? Kamu gampang nggak digosipin. Lah aku, dikira nggak benerlah, dikira itulah, dikira simpenan om-om lah, aku capek kak. Jujur kak aku nggak bisa terus-terusan begini,"
"Eh dek, sini dengerin aku. Kamu paham agama kan? Roda itu berputar, tidak selamanya kita terus seperti ini. Kamu sabar aja, dan banyakin berdoa, semoga masalah ini cepat mendapat titik temu,"Gilang mulai mengeluarkan nasehat ajaibnya yang membuat Farah diam membisu..
Farah langsung menutup Laptopnya, tanpa pamit kepada Gilang. Ia menangis, begitu lemahnya imannya karena fitnah dunia ini. Sehingga mengingkari qada dari sang pencipta.

Early-age Marriage [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang