A Journey 3

2.1K 66 0
                                    

saja bangun. Terlebih ia tidak bangun sholat subuh. Jam sudah menunjukkan pukul 6.30 masih belum ada tanda-tanda bahwa Farah akan bangun. Tidurnya masih sangat pulas seperti orang yang sangat kelelahan.

Keadaan cuaca di Sengkang saat ini mendung, tidak seperti di Makassar. Kini Ratna semakin bingung saja karena dua hari kedepan ia akan berangkat ke Kaltim, dan akan pulang dalam waktu yang belum ia tentukan sama sekali. Berargumen bersama Idris di depan meja makan mengenai perjodohan Farah dengan Gilang telah dimulai.
"Gimana nih pah, apa kita ke Makassar hari ini saja. Kita jelaskan hari ini ke Farah. Aku takut ninggalin Farah dan aku pergi luar pulau seperti ini. Apalagi kita berdua yang pergi pah. Andai ada satu diantara kita yang tinggal di Sulawesi mungkin aku tidak terlalu khawatir,"ucap Ratna yang masih saja menyangga kepalanya menggunakan tangannya tanpa menyentuh nasi goreng yang ada dimeja sama sekali.
"Begini saja mah, Gilang , Arman, dan Ardi bahkan Suci ada dimakassar. Kita tidak perlu terlalu khawatir. Percaya sama Farah, Farah sudah dewasa mah. Kalau mama terus saja menganggap Farah seperti anak kecil, bagaimana nanti ia menghadapi masalah saat berumah tangga nantinya?,"ucap Idris dengan tenang.
Ratna hanya diam,mencerna sesuatu yang dikatakan Idris, terlebih Ratna sudah sangat ngebet ingin pernikahan Gilang dan Farah
"Pokoknya pah, aku udah mau bilang ke Farah kalau aku mau jodohin dia sama Gilang. Masa Gilang doang yang berusaha menerimanya Farah tidak? Bagaimana jika Gilang mencinta dan Farah tidak? Bila kita selalu menundanya. Jika Farah tau lebih awal, Farah jadi bisa belajar mencintai Gilang pah,"ucap Ratna yang sudah tidak mau tau lagi.
"Ide mama memang bagus, tapi tidakkah mama memikirkan perasaan Farah. Nanti dia akan syok mendengar nya,"ucap Idris.
"Kita turuti saja kemauan Farah pah, lalu kita ceritakan," ucap Ratna.
"Semuanya papa serahkan kepada Mama dan Kak Marwah. Jika memang menurut kalian terbaik. Karena jujur papa tidak paham dengan semua ini,"ucap Idris.
"Baiklah pah, aku mau berangkat ke Makassar sekarang juga,"ucap Ratna.
"Nanti malem aja mah,"ucap Idris.
Namun, tiba-tiba Ratna tidak sengaja menyenggol gelas yang bergambarkan foto Farah disana. Hingga gelas itu pecah, sontak.
"Farah,"ucap Ratna.
"Kenapa mah? Mama nggsk papakan?,"tanys Idris.
Ratna langsung terdiam,
"Astagafurullah, Farah. Entah apa yang terjadi padamu nak,"gumam Ratna.
Ratna langsung mengambil ponselnya yang berada didalam tasnya dan langsung menelpon nomor Farah. Namun, Nihil sudah lebih dari 20 panggilannya tidak dijawab oleh Farah bahkan SMS juga tidak.

Farah tergeletak tak sadarkan diri dikamarnya sendiri, rupanya ia tak tertidur pulas tetapi pingsan. Suhu badan yang sangat tinggi membuatnya tidak sadarkan diri serta kondisi perut yang sedari kemarin tidak pernah diisi oleh makanan apapun. Tidak ada yang mengetahui hal itu. Karena memang Farah hanya sendirian.

Ratna terus saja menghubungi anaknya itu, hingga belum ada jawaban sama sekali. Akhirnya menghubungi Gilang adalah alternatif. Telepon masih saja menyambungkan.

Gilang yang sedang tertidur, akhirnya terusik mendengar suara dari teleponnya yang berbunyi.
"Tante Ratna? Tumben,?"batin Gilang. Langsung saja Gilang mengangkat panggilan tersebut.
"Gilang nak, cepat cek dirumah. Farah dari tadi nggak ngankat telpon sama nggak balas SMS. Tante takut terjadi apa-apa,"ucap Ratna.
Belum sempat Gilang menjawab telepon langsung mati karena tiba-tiba jaringan Hilanh. Mengambil jaketnya serta penampilan masih menggunakan celana loreng PDL nya Gilang langsung melajukan motornya menuju ke kediaman Farah.
Sampai disana Gilang langsung memarkirkan motornya dan mengetuk pintu. Namun, nihil tidak ada jawaban. Isa yang merupakan tentangga Farah serta Dahlia tetangganya juga langsung keluar dan menghampiri Gilang yang sedang mengetuk pintu itu.
"Ngapain Pak,"tanya Isa.
"Iya ngapain? Kok kayak orang khawatir gitu,"sambung Dahlia.
"mbak? Ada ngeliat Farah keluar rumah atau apa yah?,"tanya Gilang.
"Ehh dari tadi pagi saya duduk di teras nggak pernah liat si Farah, saya kira dia pulang ke Sengkang. Karena tadi malam juga lampu depannya tidak menyala,"ucap Dahlia.
"Iya, saya kira juga gitu. Karena biasanya kalau Farah ada disini pasti dari subuh dia udah nyapu didepan halaman atau nyirem taneman kalau pas libur kayak gini,"ucap Isa.
"Tante saya, Mamanya Farah nyuruh saya kesini buat mastiin Farah baik-baik aja atau nggak soalnya ditelpon dari tadi Cuma menyambung kan nggak bisa masuk. Di SMS juga nggak dibales,"ucap Gilang..
"Jangan-jangan pergi ke rumah temennya yang gendut itu, siapa lagi namanya. Rara atau Fira kayaknya deh Pak,"ucap Dahlia.
"Atau kerumah pacarnya kali,"ucap Isa.
"Ehh mana mungkin Farah punya pacar, orang tertutup banget orangnya,"ucap Dahlia.
"Bisa aja dia pergi sama tentara yang anterin dia sampai depan Gang doang,"ucap Isa lagi.
"Tentara yang Mbak maksud siapa?,"tanya Gilang.
"Ohh itu pak kemarin, udah dua hari loh Farah di anter pulang sama tentara hari pertama naik mobil, hari kedua pakai motor besar. Cuma wajahnya nggak keliatan karena dari jauh,"ucap Isa.
"Yang nganterin itu saya mbak,"ucap Gilang.
"Ah masa? Kok motornya beda? Jaketnya juga beda,"ucap Isa.
Akhirnya Gilang baru sadar jika ia tadi pergi menggunakan motor Irwan yang kuncinya bergantung disana.
Ditengah tengah kepusingan orang disana, Fira langsung datang menggunakan motornya dirumah Farah.
"Ehh itu Fira, kok Farah nggak ada,?"ucap Isa..
"Fira, Farah kemana?,"ucap Gilang.
"Saya juga nyariin Kak, telpon nggak diangkat chat nggak dibalas. Malah customer olshop udah pada mengamuk bertanya. Jadi saya kesini aja deh,"ucap Fira.
"Yaa ampun, kemana Farah,"ucap Gilang.
"Emangnya Farah nggak ada yah kak? Pulang kampung kali kak,"ucap Fira
"Nggak mungkin, karena mamanya sendiri yang suruh saya kesini,"ucap Gilang.
"Jangan-jangan masih molor didalem kak,"ucap Fira.
Gilang, Fira, Isa dan Dahlia langsung mengetuk pintu namun tak ada jawaban.
"Apa aku dobrak aja yah?,"ucap Gilang.
"Dobrak aja kak, daripada Farah nggak ketemu?,"ucap Fira.
Gilang langsung mengambil ancang-ancang dan terlalu pede, berharap dia tidak malu apabila pintu tidak terbuka apabila ia dobrak.
Dobrakan ketiga, pintu akhirnya terbuka.
"Gak sia sia perjuangan waktu pendidikan nabrakin diri sendiri dipohon,"batin Gilang.
Fira langsung berlari masuk, dan membuka kamar Farah.
"Farah......,"teriak Fira, orang-orang langsung saja berlari menghampirinya. Terlebih Gilang yang habis mendobrak pintu masih sakit dibagian lengannya langsung berlari karena teriakan Fira.
"Ada apa dek,? Ya Allah Farah,"ucap Isa yang sangat kaget.
"Astagafirullah Farahh!!!!!," begitupun Dahlia.
Benar saja, Farah sudah tergeletak di atas kasur dengan wajah yang sangat pucat, tentunya dia tidak tidur melainkan sedang pingsan.
Gilang tidak mengeluarkan sekalipun, tidak ribut seperti Mak mak yang ada didalam. Dia langsung menelpon ambulance.
"Ambulance segera kesini,"ucap Gilang.
Sementara Fira, masih saja menggosok gosok tangan Farah yang sangat dingin itu.
Lima menit serasa sangat lambat bila kita menunggu, seperti inilah sekarang. Ambulance serasa sangat lama.
"ambulancenya mana akhh,!"teriak Fira.
"Sabar, butuh proses untuk sampai kesini,"balas Gilang.
Sambil menunggu ambulance yang tak kunjung datang, Ratna, Gilang ingin menelpon Ratna dan memberitahukan semuanya. Namun, Ratna sudah terlebih dahulu menelpon Gilang.
"Lang, Farah ada dirumah kan? Farah baik-baik aja kan?,"
Gilang hanya terdiam mendengar pertanyaan Tante nya itu didalam sambungan telepon.
"Lang kok bengong, Farah baik-baik aja kan?,"
"Farah pingsan Tante, sekarang baru nungguin ambulancenya,"ucap Gilang.
"Prakk......!,"Gelas jus yang dipegang Ratna langsung saja Jatuh dan Pecah.
"Astagafirullah kenapa Bu,?" Bi Minah langsung saja menghampiri Ratna yang duduk tersungkur di lantai.
"Bi, kalau bapak nanyain saya dimana. Bilang aja hari ini berangkat ke Makassar, jangan lupa bi kalau bapak udah mau berangkat ke Makassar besok lusa suruh bawa koper saya. Saya berangkat sekarang!," Ratna langsung pergi meninggalkan gelas yang ia pecahkan tadi, kemudian langsung menuju ke Makassar dengan keadaan yang sangat-sangat tidak bisa ditebak. Ada rasa khawatir sebagai ibu terhadap anaknya. Sementara Gilang hanya mengirim SMS alamat rumah sakit tempat Farah akan dibawa. Sopir yang sudah ngebut, masih saja membuat Ratna marah, dan menyuruhnya lebih ngebut lagi.
Ambulance yang dinanti telah tiba, Gilang langsung mengangkat adik sepupunya itu naik ke dalam brankar.
"Mbak saya titip rumah yah, siapa tau ada maling karena pintu nggak kekunci,"ucap Gilang sudah tidak bisa tebak karena dia sangat khawatir.
"Biar anda saja kak yang menemani Farah didalam ambulance, saya yang urus semua ini,"ucap Fira. Tanpa menjawab Gilang yang masih bau bau kecut masuk kedalam ambulance itu menemani Farah. Sementara Farah masih saja tidak sadarkan diri. Suster sudah memasang alat pernapasan namun tidak ada tanda-tanda akan sadar. Hingga telah sampai dirumah sakit, Farah langsung dibawa ke UGD. Sayangnya Gilang tidak di izinkan masuk kesana. Gilang hanya menunggu di ruang tunggu sambil menunggu keputusan dokter.
"Astagfirullah,"gumam Gilang, langsung saja ia menelpon mamanya. Tak beberapa lama setelah menyambungkan akhirnya tersambung juga.
"Assalamualaiku mah,"
"Waalaikumsalam Lang, ada apa? Kok kayak orang ketakutan gitu,"
"Mah, Farah mah...,"
"Farah kenapa Lang????,"
"Sekarang udah dirumah sakit bawa Farah, tadi Tante Ratna nyuruh Gilang buat mastiin keadaan Farah karena Farah nggak ngangkat telpon Tante Ratna. Dan ternyata Farah udah pingsan pucat dan badannya sangat panas mah,"
"Astagafirullah, gimana? Ratna udah tau?,"
"udah mah, Tante Ratna udah menunju kesini kok,".
Masih menunggu diruang tunggu membuat Gilang semakin gundah akan keadaan Farah. Ia tidak menyangka Farah bisa seperti ini. Pasalnya di siang harinya ia baik-baik saja.
Dokter yang ditunggu akhirnya keluar,
"Keluarga Nona Farah,?"
"Iya dok, saya suu.."ucapan yang terpotong
"ehh sepupunya,".
"Hampir salah sebut,padahal masih calon astagafirullah"batin Gilang
"Nona Farah terkena Demam berdarah, jadi butuh perawatan beberapa hari sampai benar-benar pulih,"
"Ini surat yang Bapak harus tanda tangani,"suster memberikan sebuah surat persetujuan itu kepada Gilang.
Gilang langsung menandatangani dan menyelesaikan administrasi di rumah sakit. Farah langsung dibawa ke ruangan VIP untuk dirawat.
"Drt....drt.....,"suara telepon dari saku celana Gilang yang bergetar.
Gilang langsung mengangkat telepon tersebut.
"Bang Gilang dimana sih? Motor gue bang,"Teriak suara Irwan disambungan telepon.
"Pakai motor gue aja wan, ini emergency banget. Nanti gue balik pas mau piket deh,"ucap Gilang.
"Aduhh bang, mau antar ibu negara ke kampus nih motor bang Gilang tinggi banget ibu negara nggak bisa naik,"ucap Irwan
"Yaudah, Lo kerumah sakit ambil kunci motor cepetan kalau mau,"ucap Gilang
"Ehh yang masuk rumah sakit siapa? Rumah sakit mana bang? Ehh ruangan berapa," ucap Irwan.
"Nanti gue SMS, cepetan. Lo pakai motor gue kesini,". Ucapan terakhir Gilang di telpon dan langsung mematikan teleponnya.
Tidak peduli Irwan akan menyebarkannya di Teman-teman kalau dia sedang nemenin cewek di rumah sakit. Yang jelas Gilang tidak ingin meninggalkan Farah sendirian. Terlebih, mempercayakannya kepada orang lain. Rasa tanggung jawab itu ada. Gilang langsung mengirimkan SMS kepada Irwan. Setelah itu, ia langsung menanggalkan hpnya dan memasukkan kedalam sakunya. Gilang begitu lusuh, ditambah dengan kondisinya yang belum mandi sampai siang seperti ini. Ia tidak peduli lagi dengan penampilannya yang hanya menggunakan kaos dalam polos TNI dengan celana PDL loreng dan kondisi yang ngantuk karena habis piket malam harinya.
Gilang kini menunggu di kursi ruang rawat itu, sambil memandangi wajah Farah yang dipasangi alat bantu pernapasan dan infus di tangannya. Serta pipi yang biasanya memerah kini pucat disertai dengan bibir tipis yang pucat.
"Tok...tok....tok..." suara ketokan pintu.
"Masuk,"
Orang yang mengetok pintu yang notabenenya adalah Irwan, rekan Gilang. Akhirnya masuk.
"Ehh ini siapa bang,?" tanya Irwan yang baru saja masuk dan melihat Farah yang berada disana.
"Ini kunci motornya,dan motornya ada dirumah di kompleks BTN. Nanti gue SMS alamatnya,"jawab Gilang yang hanya cuek akan rasa khawatirnya.
"Ini siapa bang?,"tanya Irwan lagi.
"Sepupu gue,"jawab Gilang dengan singkat.
"Sepupu atau apa nih bang? Sampai-sampai ditemenin kayak gini,"goda Irwan.
"Sudah kuduga, anak ini pasti akan tidak percaya,"batin Gilang.
"Katanya Lo, mau antar ibu negera. Nanti telat bisa kena pasal Lo,"ucap Gilang mengalihkan pembicaraan.
Tiba-tiba saja ada yang langsung membuka pintu ruang rawat dan langsung masuk ke sana. Ternyata adalah Ardi,kakak Gilang yang bekerja sebagai dokter. Namun, bukan di rumah sakit itu.
"Astagafirullah Farah,,"
"Lang, kok nggak hubungi kakak sih. Gimana keadaan nya sekarang,?"tanya Ardi yang baru saja datang.
"Astagafirullah dek Farah,"ucap Riska yang baru saja masuk kedalam ruangan rawat itu dengan perut yang sudah besar namun jalannya masih sangat cepat.
"Ini Farah kenapa dek?, Kok nggak hubungi kami sih,"ucap Riska.
"Farah?,"ucap Irwan.
"Bang gue berangkat dulu,"ucap Irwan dan langsung pergi.
Gilang hanya mengangguk.
"Kena DBD kak,"ucap Gilang.
"Astagfirullah,kok bisa?,"tanya Ardi.
"Mana aku tau kak, Tante Ratna nyuruh aku buat cek keadaan nya dirumah karena dia nggak ngangkat telpon Tante Ratna. Pas aku cek udah pingsan didalam rumah,"ucap Gilang.
"Ini nih kalau Cuma sendirian dirumah, kalau terjadi apa-apa kan nggak ada yang tau,"ucap Riska.
"Farah tinggal aja sama kita dek, kalau udah kayak gini kita bisa apa,"ucap Ardi kepada Riska.
"Setuju kak, gimana nih kalau udah kayak gini. Untung aja kamu datang tepat waktu,"ucap Riska.
"Nggak usah berargunen kak, yang terpenting adalah kesembuhannya,"ucap Gilang sebagai penengah.
"Ihh Lang? Kamu belum mandi?,"ucap Riska.
"Belum kak,"ucap Gilang.
"Pantesan modelnya udah kayak gitu, yaudah kamu mandi dulu,"suruh Ardi.
"Nggak ada yang jagain Farah kak, gimana bisa aku bisa mandi,"ucap Gilang.
"Yaudah, sekarang ada kakak disini. Kamu pulang mandi gih,"ucap Riska.
"Yaudah kak,"ucap Gilang.
Gilang langsung pergi menuju ke kediaman Farah mengambil motornya menggunakan angkot. Setelah sampai langsung saja ia mendapati Irwan yang sedang mengobrol dengan Fira sampai sampai ngegodain Fira.
"Dasar Playboy Luh, dicariin ibu negera tuh!!!,"ucap Gilang.
"Ihh apasih bang, gue kan Cuma kenalan doang,"ucap Irwan.
"Yaudah aku pulang dulu yah dek, sampai bertemu di Lain Waktu dadah,"ucap Irwan lalu pergi mengendarai motornya.
"Kak, ini kunci rumahnya sama kunci motornya. Saya mau pamit dulu. Mau anterin paket. Bilang ke Farah aja kalau paketnya udah aku anterin,"ucap Fira.
"Yaudah dek , makasih ya,"ucap Gilang.
"Iya kak,".
Fira langsung pergi, sementara Gilang masih ada disana. Hp Gilang berbunyi lagi dan ternyata Ratna yang menelponnya.
"Lang? Kamu masih ada dirumah kan? Kalau masih ada kamu ambilin bajunya Farah didalam lemari yah sama selimut dan sarung,"ucap Ratna dalam telepon itu.
"Tante udah datang?,"tanya Gilang.
"Iya nak," telepon langsung terputus.
"Astagafirullah disuruh masuk kekamar cewek sendirian Ya Allah,"gumam Gilang.
Gilang Langsung saja membuka pintu yang tadinya sudah dikunci oleh Fira. Ia langsung masuk kedalam kamar itu, membuka lemari dan mengambil beberapa potong baju dsn pakaian dalam. Iya, Gilang mengambil pakaian dalam wanita itu dengan menutup matanya.
"Maafkan aku Ya Allah,"gumam Gilang.
Gilang langsung menuju ke Asramanya yang jaraknya tidak terlalu jauh. Akhirnya, ia sampai dan langsung menuju ke kamarnya. Namun, berita dia menjaga cewek dirumah sakit rupanya sudah sampai di telinga Alwan. Hingga membuat Alwan menunggu Gilang di pintu gerbang.
"Ehem jagain sepupunya yang bulat bulat itu yah,"ledek Alwan.
"Ih apasih,"ucap Gilang.
"Santai bro, itu apa tuh? Kok tas cewek bro,?"tanya Alwan.
Alwan langsung saja mengambil tas itu di tangan Gilang dan membuka karena ia melihat isinya sangat banyak.
Alwan sontak kaget melihat isi tas tersebut ternyata baju Wanita, selimut, dan pakaian dalam.
"Astaga Lang, Lo dapat dari mana ni pakaian cewek semua,"ucap Alwan
"Ihh, siniin nggak! Itu punya sepupu gue,"ucap Gilang.
"ciee, yang care,"ledek Alwan.
"Serah deh,"ucap Gilang dan langsung pergi.
"Lo romantis tau Lang, belum jadi apa-apa aja udah care kayak gitu apalagi kalau udah jadi apa-apa,"ledek Alwan.
"Apasih Wan, ahh nggak usah ngeledek mulu,"ucap Gilang.
"Ehh kok Lo Blushing,? Heeemmmm bener-bener ada hubungan nih,"ledek Alwan Lagi.
Gilang langsung pergi meninggalkan Alwan, dengan membawa tas cewek bermotif Unicorn berwarna ungu itu. Tatapan langsung tertuju kepada Gilang, apalagi oleh ibu-ibu Persit yang berada diluar yang menyiram tanaman. Tentu saja mereka sangat heran, lelaki macho berotot seperti Gilang memegang tas Unicorn yang menggembung karena isinya pakaian dan selimut. Terlebih tas itu hanya menggunakan prepet saja karena hanya itu tas yang didapat Gilang. Hingga memperlihatkan selimut warna pink yang ada didalamnya. Sebenarnya Farah tidak begitu feminim hanya saja mamanya yang memberikan semua itu, jika tidak ada ambil akan mubazir.
Gilang langsung mandi karena bau badannya sudah tidak bisa ditebak entah berbau bawang merah atau berbau apalagi. Selalu saja ada yang menghalangi disetiap apa yang dilakukan. Ada pesan masuk yang memerintah kan untuk kumpul. Sementara ia belum mandi, mau diapa lagi. Gilang langsung kumpul, bersama dengan danru-danru lainnya.
"Nanti malam demi menjaga keamanan karena adanya konser yang dilaksanakan di Pantai Losari, maka kita akan melakukan PAM disana. Akan dikerahkan 3 regu untuk menjaga keamanan dan ketertiban disana. Di Bantu oleh Polisi dan Aparat Satpol PP agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Jadi langsung saja saya memilih regu 1, 3, dan 5. Untuk PAM di pantai Losari Nanti Malam. Sementara regu 2,4,6 PAM di area Jalan masuk kota. Sementara regu yang lain tetap melaksanakan piket dan melaksanakan tugasnya untuk PAM seperti jadwal yang telah berlaku," isi dari arahan oleh komandan.
"Regu 5, hmm. Fix aku tidak kerumah sakit lagi setelah mengantarkan pakaian nya,"batin Gilang.
Entah apa sekarang yang terjadi kepada Gilang hingga ia benar-benar sangat tulus kepada Farah. Apakah rasa cinta itu timbul sebegitu cepatnya? Padahal ini baru pertama kalinya untuknya setelah 27 tahun hidup menjadi seorang manusia di Bumi.
"Paham?,"ucap Komandannya lagi.
"Siap Paham," ucap semua prajurit.
Gilang kembali menuju ke kamarnya setelah itu, ia langsung mandi, dan kembali hersiap-siap ke rumah sakit untuk mengantarkan pakaian itu. Bisa saja ia menyuruh salah satu juniornya yang tidak memiliki tugas, namun ia malu karena ini berkaitan dengan orang yang akan dijodohkan dengannya terlebih Tantenya sedari kecil dulu mengajarkannya akan tanggung jawab,jadi malulah ia jika menyerahkan tanggung jawab itu kepada orang lain walaupun hanya persoalan pakaian saja. Gilang keluar dari kamarnya dengan penampilan ia yang biasanya menggunakan celana jeans panjang yang standar bukan celana jeans botol, dengan baju kaos yang mengetat di badannya serta jaketnya tidak ketinggalan. Jaket berwarna hitam khas milik TNI. Untuk membawa tas itu, tak mungkin Gilang menggunakan motornya yang notabenenya adalah motor besar kopling itu. Hingga ia ke Parkiran melihat motor yang ada. Hingga ia menggunakan kembali motor Irwan yang terparkir serta kunci motor yang tidak dibuka. Gilang langsung saja memakainya lagi tanpa memberitahu Irwan, ia hanya memberitahu rekannya yang berjaga didepan karena memang Irwan tidak ada yang tau ia dimana.
"Dek, saya kerumah sakit dulu. Bilangin ke Irwan kalau motornya saya pakai sebentar yah,"izin Gilang kepada rekannya itu.
"Siap Bang,"ucap Rekannya itu.
Gilang langsung melajukan motor itu ke rumah sakit tempat Farah dirawat yang jaraknya lebih 10km dari lokasinya sekarang. Namun, Kecepatan Gilang dalam membawa motor sudah tidak diragukan lagi. Hanya dalam waktu kurang dari 10 menit saja ia sudah sampai. Walaupun jalanan kota Makassar sedikit macet, namun kekuatan sambung kiri sambung kanan tetap ia laksanakan namun tidak melanggar rambu-rambu yang ada.

Early-age Marriage [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang