Perpisahan(4)

7.1K 229 0
                                    


Kata perpisahan memang tidak asing lagi terucap. Kata yang menggambarkan situasi menyakitkan, bahkan kata ini tidak diinginkan oleh siapapun. Tetapi , tidak dengan Farah Ayunita Putri Idris. Kata perpisahan itu sangat ia inginkan saat ini, namun masih ragu mengucapkannya.

Seminggu terakhir ini, sikap cuek mulai ditunjukkan oleh Farah. Bahkan sikap dingin mulai ia tunjukkan. Bahkan ajakan bertemu sempat ia tolak. Namun dengan kemantapan hati ingin menjadi yang lebih baik, Farah melajukan mobil Honda Jazz warna merah milik mamahnya menuju ke Soppeng. Satu satunya alasannya menuju ke sana ialah untuk mengucapkan salam perpisahan dengan orang yang sangat ia Cintai, Ahmad Khairul Azzam.
Semua orang bahkan senang melihat perubahan yang Farah lakukan. Bahkan bajunya yang masih bagus dan terkesan pendek dia berikan kepada temannya dan membeli baju yang lain. Dari perjalanan mencari baju muslimah yang cocok untuk seusianya hingga kini Farah melakukan penjualan baju muslimah secara online melalui jejaring sosial e-commerce. Semua itu dilakukan semata-mata untuk fokus saja menjalani sesuatu.
Farah telah sampai di Taman Kota Kalong. ia sengaja menyuruh Aliyah mengatakan kepada Ahmad bahwa ingin bertemu dengannya di Taman Kota Kalong. Ahmad lebih dahulu menunggunya bersama dengan Aliyah disana. Farah yang begitu anggunnya menggunakan tunik serta hijab pashmina yang dililit serta sepatu kets membuat Ahmad semakin terpesona dengan ciptaan tuhan yang ia lihat. Ingin rasanya sekarang ia melamar Farah, tapi apalah dayanya ia belum punya apa-apa sekarang.
Farah yang menampilkan mimik wajah yang begitu serius kini membuka pembicaraan.
“Assalamualaikum”. Ucap Farah kepada Ahmad dan Aliyah.
“Waalaikumsalam”. Ucap Aliyah seraya memeluk Farah.
“Liy, bisa biarkan Kakak dan Kak Ahmad bicara berdua saja dek”. Ucap Farah berbisik kepada Aliyah.
“Baik kak, semoga keputusan ini membuat perjalanan hijrah kakak lebih mantap”. Ucap Aliyah dan langsung pergi meninggalkan mereka berdua, sebelum itu ia pamit kepada Ahmad.
“Kak aku mau ketempat temen aku disana, sebentar doang”. Ucap Aliyah lalu segera berlari.
“Maaf mungkin aku mengganggu waktumu, tapi bisakah aku berbicara sebentar saja?”. Tanya Farah yang masih menunduk, dia tak kuasa menatap wajah orang yang dicintainya itu.
“Kenapa kamu menunduk? Apa kamu tidak ingin memperlihatkan wajahmu yang begitu indah untuk dipandang itu?”. Ucap Ahmad dan mendongakkan kepala Farah.
“Kamu suka melihat aku seperti ini? Dengan hijab ini?” Tanya Farah.
“Sangat suka”.  Ucap Ahmad yang memperlihatkan sebuah senyum yang memesona terpancar.
“Kita sama sama sudah beranjak dewasa, sebaiknya kita berpikir secara rasional sekarang”. Ucap Farah.
“Maksud kamu, seriosly aku nggak paham”. Ucap Ahmad.
“Kita yang sekarang ini tengah berada dalam lingkaran setan Kak”. Ucap Farah.
“maksudnya apa? Kamu to the point saja seperti biasanya?”. Ucap Ahmad.
“Sampai disini yah kak, maafkan aku. Bukannya aku tidak mencintaimu. Bahkan ini perasaan yang paling menyakitkan yang kurasakan. Tetapi aku ingin berubah menjadi lebih baik kak. Aku ingin kita menjalani kehidupan seperti biasanya kak. Kita pendam saja semua rasa cinta yang kita rasakan. Jika memang kita ditakdirkan untuk bersama kak kita pasti akan dipertemukan dengan cara yang baik. Tidak seperti ini”. Ucap Farah yang air matanya tidak terbendung lagi. Sudah ia tumpahkan semuanya sejak tadi.
“Far, mana kameranya? Kamu prank aku yah?”. Tanya Ahmad.
“Far nggak usah ngelawak disini deh, mending di SMS saja kamu melawak hahahah”. Ucap Ahmad yang masih tidak percaya bahwa Farah memutuskan Hubungan dengannya.
“Aku serius kak, aku nggak ngelawak”. Ucap Farah singkat.
“Mungkin perpisahan ini menyakitkan kak tapi aku nggak bisa kak. Aku nggak bisa lagi menjalani ini. Aku ingin fokus kepada pendidikan ku dan aku juga ingin fokus kepada perjalanan ku menuju yang lebih baik. Maafkan aku telah mengucapkan kata perpisahan ini”. Ucap Farah.
Farah kemudian lari menumpahkan air matanya, begitu teganya meninggalkan orang yang ia cintai. Begitu teganya meninggalkan seseorang yang mencintainya.
Farah melajukan mobil dengan kecepatan tinggi menuju ke Sengkang. Air matanya masih saja jatuh. Hingga dia singgah disalah satu tempat, yah Saoraja La Tenri Bali. Menuju ke taman kecil itu. Dia menggali sebuah lobang yang cukup dalam. Dan memasukkan jam tangan yang menjadi awal kisah cintanya dengan Ahmad. Farah tak kuasa menahan tangisnya kala itu. Begitu sakit rasa cinta itu hingga sedari tadi air mata selalu saja jatuh.
“Maafkan aku kak Ahmad, maafkan aku, aku mencintaimu sangat mencintaimu tapi bukan dengan cara seperti ini”. Batin Farah.
Merasa ada orang yang melihat nya menangis akhirnya Farah masuk kedalam mobil dan kembali menuju rumahnya. Dia sengaja menggunakan kacamata hitam agar Mamanya tidak melihat nya. Sementara itu Bi Minah melihat Farah membuka kacamata nya dan melihat matanya yang sangat sembab. Bi Minah langsung mengetuk kamar Farah dan langsung saja Farah membuka kamar itu tanpa memakai Kacamata.
“Astagafirullah, matanya kenapa non”. Tanya Bi Minah.
“Bi”. Ucap Farah seraya memeluk Bi Minah.
“Kenapa nangis non”. Tanya Bi Minah.
“Bi, Aku dan Ahmad putus”. Ucap Farah.
Tentu saja Farah bisa mengatakannya kepada Bi Minah karena selain Aliyah, Bi Minah juga mengetahuinya.
“Non benar benar memutuskan hubungan non dengan den Ahmad?”. Tanya Bi Minah.
Farah hanya mengangguk.
“Itu baik non, karena sebenarnya pacaran memang tidak di perbolehkan”. Ucap Bi Minah
“Mengorbankan perasaan yang salah akan membuat non mendapatkan yang terbaik”. Ucap Bi Minah.
“Sekarang non istrikharah saja , Allah menyimpan yang terbaik untuk non Farah”. Ucap Bi Minah.
“Kalau misalkan aku memang jodoh dengan Ahmad apakah Ahmad ingin memaafkan ku bi. Mungkin saja Ahmad sudah sangat membenciku”. Ucap Farah.
“Allah akan mempertemukan kalian dengan cara yang baik nantinya? Bukankah kalian saling cinta? Jika memang seperti itu Den Ahmad pasti memperjuangkan itu”. Ucap Bi Minah.
“Yasudah , non Farah mandi supaya lebih fresh”. Ucap Bi Minah.
“Terima kasih bi”. Ucap Farah kemudian memeluk Bi Minah lagi.
“Non tadi ada paket dari Pos, katanya paket non Farah. Bibi simpan di meja tengah yah”. Ucap Bi Minah.
“Oke siap bi”. Ucap Farah.
Farah langsung mandi, dan setelah itu dia mengemas paket paket baju dan hijab itu. Kemudian mengantarkannya ke Kantor Pos untuk di kirim.
Kembali mengingat soal kejadian tadi membuat Farah kian linglung dengan hal itu. Semetara didalam benaknya hanyalah Ahmad semata.

Ahmad masih belum percaya dengan kejadian itu, tega teganya Farah mengakhiri hubungan yang sudah berjalan lebih satu tahun itu. Mengapa harus diakhiri, bukankah dia cinta? Bayang bayang senyum yang terlukis dari wajah Farah masih saja nampak menari nari dalam benak ilusinya. Mengapa terlalu cepat kata sebuah perpisahan yang menyakitkan itu muncul. Ahmad sedari tadi masih saja memijit pelipisnya dan menonjok dadanya sendiri dengan sesuatu yang baru terjadi beberapa jam yang lalu. Beberapa jam yang membuat arah hidupnya kini berubah drastis. Kembali menjadi Ahmad yang dingin. Ahmad yang sama sekali hanya fokus pada dirinya sendiri. Itulah jalan hidup Ahmad sekarang. Sudah lebih sebulan sejak kejadian itu. Ahmad yang satu tahun yang lalu sangat ceria dan mudah bergaul kini kembali menjadi Ahmad yang dulu saat dia menjabat menjadi ketua OSIS. Ahmad yang pemarah dan suka menatap tajam dan jijik dengan Wanita yang centil, kini kembali. Rahang kokoh yang dingin kini tidak lagi menampilkan senyum. Terlebih sekarang di Sudah Memantapkan diri tidak Jadi Kuliah di Makassar. Dia memilih ke tempat yang lebih jauh. Yaitu Jogja. Dia mendaftar SNMPTN di UGM. Dan Apabila dia lolos maka dia akan kuliah, jika tidak mungkin Ahmad tidak akan kuliah dia akan membantu Ayahnya dalam perusahaan yang ia miliki. Ini jauh dari wacana tahun lalu yang ia wacanakan dengan Farah. Ini berubah 180 derajat dengan munculnya satu kata Perpisahan itu. Suatu hal yang membuat semuanya menjadi rumit. Ahmad tidak bisa mencintai seseorang kecuali Farah. Suatu yang serumit ini kadang membuat Ahmad tak kuasa menahan emosinya hingga tembok rumah menjadi sasaran. Bahkan tangannya sudah berdarah darah akibat meninju tembok rumahnya sedari tadi. Tidak ada yang memahami perasaanya sekarang kecuali Aliyah, adik bungsunya itu.
“Kak sudahlah kak, itu sebuah kesalahan kak Ahmad. Lupakan segalanya , Allah pasti akan memberikan yang terbaik untuk kakak,”ucap Aliyah.
“Allah sama sekali tidak adil padaku Liy,”ucap Ahmad yang hanya melirik Aliyah sesekali.
“Apakah kakak tidak sama sekali bersyukur dengan yang ada sekarang? Apakah kakak selemah itu? Aku tak menyangka kakakku dilemahkan oleh cinta dan mengatas namakan cinta untuk menghina Tuhannya,” pekik Aliyah.
“Andai kamu yang merasakan ini Liy,”ucap Ahmad menatap tajam ke Aliyah.
“Tidak ada yang lebih sakit kak ketika kita tidak pernah menyentuh bahkan melihat ibu kandung kita sendiri,”ucap Aliyah dengan air mata yang tidak bisa terbendung lagi.
“Aku juga kehilangan Ibu Liy, bukan kamu saja,”ucap Ahmad yang langsung merangkul adiknya yang sudah menangis itu.
“Jika memang Kak Ahmad menyayangi aku dan Ibu , sudahi semua hal bodoh yang kakak lakukan. Sudah cukup kak cinta cintaan kakak. Jika memang kalian jodoh pasti kalian akan dipertemukan,”ucap Aliyah melepaskan rangkulan Ahmad dan pergi meninggalkannya.
“Apakah aku sudah salah melakukan hal seberlebihan ini, bahkan adikku yang masih SMP saja menasehatiku,”batin Ahmad.

Tidak ada yang lebih menyakitkan dari sebuah kata perpisahan. Entah perpisahan dengan orang tersayang maupun orang yang kita cintai. Semuanya pasti terasa sangat menyakitkan. Bahkan kata perpisahan juga dapat memancing rasa cinta itu melebur menjadi rasa kebencian yang mendalam atas segala sesuatu yang dianggap tidak dihargai. Begitupula sebuah perasaan seorang Ahmad Khairul Azzam. Kini antara benci dan cinta yang dirasakan oleh Farah. Perjalanannya memulai hidup baru dan berusaha melupakan Farah mulai ia jalani dengan hanya menikmati waktu yang ada. Pergi menjauh dari kampung halaman memanglah sebuah hal yang sulit namun sesuatu yang lebih sulit adalah melupakan seseorang yang pernah ada pernah memberikan warna. Bahkan rasa ikhlas, susah untuk dimunculkan dalam hati ketika seseorang itu bersama dengan yang lain, bahkan sering timbul niat jahat untuk merusak.
Jika memang masih bisa bertahan, maka usahakan agar perpisahan yang menyakitkan itu tidak terjadi.

Selamat Membaca!
Jangan lupa vote ♥️
Fahira Wahyuni Saputri

Early-age Marriage [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang