Haechan duduk dengan kepala tertunduk. Didepannya ada ayah dan bundanya yang terlihat lelah. Perlahan Haechan memberanikan diri dan menatap wajah kedua orang tuanya tersebut. "Haechan janji ga akan ngulangin lagi." ucapnya merasa bersalah. Krystal yang mendengar itu langsung luluh. Berbanding terbalik dengan Kaiser yang semakin kesal dengan putra satu-satunya itu.
"Kamu udah bilang itu puluhan kali Chan." geram sang ayah. Haechan kembali menundukkan kepalanya. Tak berani menatap wajah marah ayahnya lagi.
Kaiser benar-benar terlihat lelah. Dia tidak menyangka kalau mengatur satu putranya ternyata lebih sulit daripada mengatur ribuan karyawan yang ada di perusahaan nya.
"Kamu tau papa dan mama mungkin sibuk kerja diluar kota, tapi kami tetap mantau kamu Haechan. Kalo kamu kenapa-napa lagi gimana? Kamu ga kasian liat bunda kamu yang sedih kalo sampe kecelakaan kamu terulang lagi? Apa perlu motornya ayah jual aja?!" Haechan tau kali ini dia sudah salah besar. Meskipun dia terbilang nakal saat disekolah, tapi Haechan selalu patuh dengan orang tuanya. Tak ingin melihat mereka bersedih, terutama sang bunda.
"Haechan akan coba nerima apapun hukuman yang ayah kasi kali ini. Karna jujur ini emang salah Haechan. Maaf udah ngecewain kalian."
"Jangan buat ayah jadi ga suka sama Somi Haechan." Krystal terkejut. Dengan cepat dia meraih tangan suaminya dan menghentikan pria itu untuk melanjutkan kalimatnya. Somi adalah topik yang sensitif bagi putranya itu.
"Ayah kenapa jadi bawa-bawa Somi?" Haechan bertanya tak suka. Dia melirik bundanya yang mencoba untuk menenangkan sang ayah. Namun sepertinya gagal. Dia semakin tersulut saat mendengar nada Haechan yang meninggi hanya karna satu nama.
"Karna emang dia yang udah buat kamu kecelakaan, Haechan. Karna dia juga kamu berani lawan omongan ayah sekarang!" Kaiser bangkit dari duduknya. Matanya menatap Haechan dengan sorot kecewa.
"Ayah sama bunda akan ke Jepang dua hari lagi. Kelurga Roni yang akan menjaga kamu selama dua minggu. Tinggal disana, jangan membantah dan jalani terapi kamu. Mengerti?"
Haechan bangkit dari duduknya dan berlalu menuju kamarnya setelah berucap. "Haechan kerumah Kokoro sekarang aja. Ga perlu nunggu dua hari lagi."
...
Kokoro menarik tangan Haechan yang kini sudah berjalan didepannya. "Gue ga suka ama Somi Chan." ucapnya tiba-tiba. Haechan menggeleng kemudian menyentil dahi Kokoro sambil tersenyum. "Ga boleh benci ama orang, dosa." Kokoro mencebik. Diraihnya tangan Haechan lagi kemudian menggandeng nya paksa.
"Gue suka sama lo Chan. Gue benci ama dia karna sering nyakitin lo." Haechan tergelak ditempatnya. Pertama karena ucapan Kokoro yang begitu frontal mengatakan suka padanya. Kedua, karna wajah Kokoro yang merengut lucu.
"Kokoro, denger." Haechan menahan kedua bahu cewek itu. Menatapnya dalam kemudian tersenyum lagi. "Somi ga pernah sekalipun nyakitin gue. Dan, gue itu udah nganggap lo kayak adek gue, jadi buang perasaan lo jauh-jauh karna itu hanya akan nyakitin lo nantinya."
Kokoro tersenyum miris. Lagi-lagi dia ditolak. Haechan tidak pernah berubah sekalipun. Masih sama seperti dua tahun yang lalu. Dia masih cowok yang sama, yang lebih mentingin Somi diatas segalanya.
"Enak banget ya jadi Somi. Bisa disukai sama lo." getirnya kemudian berlalu. Haechan hanya bisa menatap punggung Kokoro yang kembali menjauh. Perasaan bersalah mulai menyelimuti nya.
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Sun x Flower (HAECHAN) (END)
Historia Corta"Semuanya tuhan ciptakan berpasangan. Itu kenapa kamu dan aku terlahir." "Tapi tuhan juga menciptakan pertemuan dan perpisahan, Chan."