Rara terus berjalan dengan kepala tertunduk sampai temannya datang mengejutkan dan berhasil membuat Rara mendongak lalu sedetik kemudian tersenyum lega.
Jinan berdiri dihadapannya sambil menatap Rara dengan kerutan bingung. "Lo kenapa? Sakit?" Jinan menyentuh dahi Rara namun tidak merasa kalau suhu tubuh cewek itu terasa panas. "Normal kok." Sambung nya lagi. Rara masih terlihat kebingungan sambil sesekali menoleh kebelakang, berhasil menarik perhatian Jinan dan juga rasa penasaran cewek itu. "Kenapa sih?" Tanyanya untuk yang kedua kali. Kali ini ditambah dengan raut kesal dan juga khawatir yang terlukis di wajahnya.
Mau tak mau Rara pun menunjuk sosok yang sudah membuatnya kehilangan nafas sejak kemunculannya beberapa menit yang lalu disekolah mereka. "Haechan??" Kini Jinan pun ikut melotot.
"Itu Haechan yang itu kan?! WOW!!" Jinan berseru heboh sampai kini ikut memukuli Rara yang sudah terlihat lelah akibat buku-buku paket yang tengah dibawanya. Jinan tidak menyadari itu dan sekarang malah sudah lari menghampiri kerumunan didepan dan meninggalkan Rara sendirian. Melihat itu Rara hanya menghela nafas kemudian pandangannya kembali pada Haechan yang terlihat sangat tidak nyaman didepan sana.
Entah apa tujuan cowok itu datang kesekolahnya, Rara tidak tau dan jujur dia penasaran. Satu pikiran konyol yang sempat terlintas dibenak Rara berhasil membuat dia tertawa sendirian hingga berhasil menarik perhatian dari beberapa murid yang melewatinya.
Haechan nyamperin gue? Ga mungkin!
...
"Akhirnya gue nemuin lo." Rara sukses melotot dengan sempurna saat menyadari kalau orang yang baru saja menepuk bahunya adalah Haechan. HAE.CHAN.
"Ha-haechan?" Cowok itu mengangguk kemudian mengeluarkan sebotol air mineral lalu menenggaknya hingga sisa setengah. "Susah emang nyari artis, gue kudu lari sana sini dulu.." Haechan tersenyum kearah Rara yang terlihat merasa bersalah. Lebih tepatnya, cewek itu merasa terkejut bukan main mendengar pernyataan Haechan barusan sampai dia membatu dan diam menatap Haechan seperti orang bodoh.
"Lo.. nyariin gue? Ngapain?"
Haechan tersenyum lagi. Rara hanya bisa merutuk dalam hati dan sangat menyayangkan sikap ramah yang biasa Haechan tunjukkan tersebut.
Ga usah senyam senyum bisa ga sih toyib???
"Besok kita syuting bareng kan?" Rara mengangguk. "Karna itu gue nyamperin lo sekarang." Haechan melepas tas dipunggungnya dan mengambil ponselnya dari dalam. Berkutat sebentar dengan benda persegi panjang tersebut kemudian memasukkannya kembali.
"Mau ke cafe bentar?"
Momen langka.
Rara membatin bahagia dalam hati.
Dia lantas menganggukkan kepalanya membuat Haechan kembali tersenyum. "Tunggu disini bentar, gue ngambil motor gue dulu." Rara kembali mengangguk dan setelah itu barulah Haechan benar-benar berlalu untuk mengambil motornya. Sementara Rara asik bersorak heboh didepan pagar sekolah sambil tersenyum lebar dengan sangat cerahnya.
"Gue kudu catet di kalender." Rara mengatur sesuatu pada kalender di ponselnya. Selesai, Rara pun kembali berdiri pada posisinya dalam keadaan yang masih tersenyum senang.
23 agustus, hari pertama Haechan ngajak gue ngobrol.
...
Haechan terbahak di tempat duduknya sementara Rara sudah menunduk malu akibat perbuatannya sendiri. Wajahnya sudah semerah tomat busuk dan Haechan jadi semakin gencar menggodanya.
"Temen gue yang lain kalau mau moto gue hp nya biasa di silent dulu sih.." Haechan tertawa kemudian meraih ponsel Rara dengan cepat, melihat kedalam layar ponselnya dan sesuai tebakan, Rara baru saja mengambil gambarnya, tentu saja secara diam-diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun x Flower (HAECHAN) (END)
Conto"Semuanya tuhan ciptakan berpasangan. Itu kenapa kamu dan aku terlahir." "Tapi tuhan juga menciptakan pertemuan dan perpisahan, Chan."