SIXTEEN

679 102 3
                                    

Suasana ruang makan pagi ini sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Terasa dingin dan mencekam.

Haechan selesai dengan sarapannya dan bergegas bangkit setelah menenteng tas nya ke pundak. Ibunya hanya bisa menghela nafas sedih melihat Haechan yang lagi-lagi tidak menghabiskan makanannya.

"Haechan berangkat dulu, assalamualaikum." Pamitnya segera pergi bahkan tanpa mendengar jawaban dari kedua orang tuanya dulu.

Melihat kelakuan putranya, selera Kaiser pun hilang sudah. Dia membanting sendoknya kasar dan ikut bangkit menyusul Haechan. Krystal sendiri hanya bisa menatap punggung keduanya dalam diam.

...

"Hari ini ayah yang antar!" Kaiser langsung masuk ke mobilnya setelah berucap seperti itu. Haechan kesal namun tidak bisa membantah. Dia pun kembali memasukkan sepeda motornya kedalam garasi dan berjalan menuju BMW milik sang ayah.

Haechan masuk dan suasana didalam mobil pun seketika menjadi sangat canggung. Kaiser berdehem mencoba melegakan tenggorokan nya yang mendadak terasa kering, sementara Haechan hanya diam sambil menatap kosong kearah jendela.

Perlahan mobil putih itupun bergerak, meninggalkan perkarangan rumah mereka dan melaju menuju sekolah Haechan. Sepanjang perjalanan tidak ada yang bersuara. Kaiser sibuk dengan jalanan sementara Haechan asik dengan pikirannya.

Hanya butuh waktu 15 menit, mereka pun tiba disekolah. Haechan bergegas turun dari mobil tanpa menoleh sama sekali. Dia bahkan tidak pamit dan segera berlalu begitu saja hingga Kaiser terpaksa turun dari mobilnya dan berlari kecil mengejar langkah lebar putranya.

"Chan.." panggil ayahnya lembut. Haechan menyugar rambutnya kasar, namun tetap berbalik dan menatap wajah ayahnya datar.

"Nanti sepulang sekolah, ayah jemput!"

...

Semua murid mendadak terdiam. Senyuman ramah yang semula mereka tunjukkan, perlahan sirna berganti menjadi raut yang penuh tanda tanya. Salah satu murid kelas 10 yang tadinya menyapa Haechan, langsung menyenggol teman disebelah nya.

"Kak Haechan kenapa?" tanyanya dengan raut sedih sekaligus bingung. Pasalnya dia baru saja menyapa Haechan seperti yang biasa dia lakukan, namun bukannya balas tersenyum, Haechan justru berlalu begitu saja dengan wajah masam. Temannya itu pun hanya bisa mengedikkan bahu, tanda ia juga tidak mengerti dengan sikap kakak kelas mereka itu hari ini.

"Biasanya ramah banget. Senyum manis sambil nyanyi nyanyi ga jelas," kini murid-murid yang ada dikoridor mulai berbisik. "Mungkin kak Haechan lagi ada masalah kali.. udahlah ga usah dibahas!"

...

Bel istirahat berbunyi. Somi lantas bangkit dari bangkunya dan menghampiri Kokoro, berniat mengajak gadis itu untuk menemaninya kekelas Haechan. Namun Kokoro justru menggeleng, menolak ajakan Somi sambil menunjukkan buku-buku tugasnya.

"Masih menumpuk." Ucapnya singkat. Somi lantas mengangguk mengerti kemudian berlalu sendirian meninggalkan kelas, berjalan pelan menuju kelas Haechan.

Disepanjang perjalanan, Somi berpikir keras, tentang pesan yang ayah Haechan kirim semalam, dan juga perubahan sikap cowok itu hari ini.

Somi menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir segala pikiran buruk yang sempat terlintas.

Dia tidak ingin berpikir macam-macam. Bagaimana pun juga, yang dia dibutuhkan hanya cukup percaya pada Haechan. Sesederhana itu.

Somi mengedarkan pandangannya saat mendapati kelas Haechan yang hanya diisi satu dua murid. Haechan dan teman-temannya tidak ada dikelas. Somi kembali membawa kakinya menuju kantin sambil tangannya terus berkutat dengan ponsel ditangannya.

Sun x Flower (HAECHAN) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang