TWENTY

538 72 3
                                    

Somi terpaku. Pilihan yang menghantarkan dirinya ke rumah Haechan sungguh tindakan yang sangat dia sesali. Dia rela mengayuh sepedanya cukup jauh hanya untuk mendapati Riyu yang tengah memeluk pacarnya sangat erat. Namun yang lebih menyakitkan dari itu semua, Haechan justru membalas pelukan itu tak kalah eratnya.

Somi kemudian tertawa getir, menertawakan dirinya sendiri dalam hati. Jadi ini yang Haechan lakukan selama Somi mendiaminya. Bertingkah bersama wanita lain tanpa peduli kalau Somi khawatir sesuatu terjadi padanya.

Sungguh kecemasan yang sia-sia.

Somi meremas pegangan sepedanya hingga buku jari nya memutih. Perlahan dia berbalik dan berniat untuk tidak menoleh lagi.

...

Haechan kembali ke sekolah. Bersama Riyu dia berjalan melewati lorong koridor, berhasil membuat anak-anak berbisik penuh keheranan. Tak jauh dari tempat mereka melangkah, Somi tengah berdiri menghadap mereka. Dengan tangan yang mengepal erat disamping rok seragam nya.

Zania sendiri sudah memberikan tatapan tak suka nya, baik pada Riyu maupun Haechan. Jika dipikir-pikir, disini Haechan juga ikut andil menyakiti Somi, jadi dia juga patut menerima cemoohan dari orang-orang.

Haechan sendiri sempat terkesiap sebelum akhirnya memberi kode pada Riyu untuk pergi lebih dulu. Setelahnya dia mendekat, menatap Somi sebentar sebelum akhirnya membawanya menuju belakang sekolah.

"Aku mau ngomong sesuatu."

...

Renjun Jaemin dan Yeri sama-sama menghela nafas panjang sesaat setelah melihat Haechan yang pergi menarik Somi. Perlahan Yeri mengekori Riyu dalam diam, disusul oleh Zania, meninggalkan Renjun dan Jaemin yang hanya bisa saling menatap bingung.

...

"Tok tok." Yeri mengetuk meja yang Riyu tempati. Setelah sang empu menoleh, dia pun bersedekap sambil memandang Riyu dengan raut tak suka.

"Ini kenapa ya?" dengan wajah datarnya Riyu bertanya. Berhasil membuat Yeri dan Zania semakin dongkol. "Pake nanya segala lagi lo." Zania tersulut emosi. Jujur, ini pertama kali Yeri melihat reaksi Zania yang seperti ini. Biasanya gadis itu bersikap tenang dan lembut.

Yeri berdehem kemudian menendang salah satu bangku kemudian duduk disana.

"Gue mau ngomong serius sama lo." Yeri menghela nafas untuk yang kedua kalinya hari ini. "Lo ga ada hubungan apa-apa kan sama Haechan?" Keduanya menunggu jawaban Riyu dengan was was.

Perlahan gelengan samar terlihat, membuat Yeri langsung membuang nafas lega.

"Tapi untuk saat ini, gatau setelah Haechan sama Somi putus." Riyu tersenyum menyebalkan.

...

Krystal jujur merasa dilema. Dia tidak tau apa yang lebih penting untuk saat ini. Perusahaan atau justru perasaan putranya. Dia merasa bersalah pada keduanya, baik pada Haechan maupun pada Kaiser suaminya.

Dia berjalan mondar-mandir menunggu kepulangan Haechan. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam namun Haechan tak kunjung menunjukkan tanda-tanda kalau dia akan segera pulang. Diruang kerjanya Kaiser juga sama khawatir nya. Hari ini merupakan hari terakhir dari tanggal yang ditentukan dan Haechan harus segera pulang untuk memberikan jawabannya.

Kaiser akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan perusahaan jika nantinya Haechan tetap kekeuh pada perasaannya. Bagaimanapun juga dia tidak sejahat itu untuk memaksakan keinginannya pada putra kesayangannya.

Dia menghela nafas. Mencoba menenangkan dirinya sendiri, Kaiser memilih duduk dan menunggu kepulangan Haechan dalam diam.

...

Jalanan terbilang sepi. Malam semakin larut saat Haechan terpaku menatap ponselnya yang menampilkan panggilan dari Somi.

Senyum kecut nya terbit. Sungguh Haechan sangat merindukan Somi.

Haechan mengangkatnya pada dering ketiga. Diam untuk sejenak. Haechan diam Somi diam.

Tadi siang, Haechan sudah menceritakan semuanya pada Somi dan dia memberikan keputusan hidupnya pada gadis itu. Jika Somi ingin mempertahankannya, maka Haechan akan sangat bersyukur dan meskipun dengan berat hati dia pasti akan menolak perjodohan itu.

Namun sayang, seringkali memang kenyataan tidak seindah bayangan.

"Kita--"

"---lebih baik putus Chan."

...

Menjelang subuh tepatnya pukul 4 pagi. Berbagai mobil patroli polisi terparkir tak jauh dari mobil ambulan yang berdengung nyaring.

Beberapa petugas keluar dari dalam dan mendekati korban dari tabrakan yang baru saja terjadi beberapa menit lalu.

Tergeletak tak sadarkan diri dan dipenuhi oleh darah. Krystal jatuh pingsan setelah melihat kondisi putranya untuk kali kedua.

Haechan kecelakaan. Ditempat yang sama, di waktu yang berbeda.

Untuk sesaat, Dunia terasa gelap. Seakan telah kehilangan cahayanya.

...

Somi hilang arah. Ponselnya dia biarkan jatuh begitu saja bersamaan dengan dirinya yang ikut terduduk. Dia berusaha menyamarkan rasa sakitnya dengan menggeleng kecil. Pandangan nya kosong dan untuk terakhir kalinya, dia kembali memastikan. Melihat kearah layar ponsel hanya untuk membaca kalimat bahwa..

"Som, Haechan udah ga ada."

...

6 bulan lalu.

Angin sejuk sore ini membawa mereka ke rooftop. Tempat dimana Haechan sering menghabiskan waktunya untuk sekedar tidur disaat jam pelajaran kosong. Tempat dimana Somi sering datang marah marah dalam keadaaan rambut yang berantakan. Tempat dimana keduanya sering berbagi bekel buatan bunda Haechan. Tempat dimana mereka saling melepas tawa dan duka.

Somi duduk disebelah Haechan. Menatap kelangit sore yang indah. Tersenyum kecil setelah melihat Haechan yang tak kalah indahnya.

"Tuhan selalu menciptakan manusia itu berpasangan, itu mengapa kamu dan aku terlahir."

Somi mengangguk mendengar penuturan Haechan barusan.

"Tapi Tuhan juga menciptakan pertemuan dan perpisahan Chan."

Haechan tersenyum lebar dengan manisnya. Mengelus rambut lebat Somi kemudian berkata lagi.

"Kalopun seandainya nanti kita berpisah, aku mau cuma maut yang misahin ga buat yang lain."

The End.

Sun x Flower (HAECHAN) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang