Haechan bener-bener berusaha keras buat ngasi pelajaran sama orang-orang yang udah ngerjain Somi. Termasuk dengan cara pengecut sekalipun, yaitu ngasi anceman. Dibantu Renjun yang merupakan anggota dari ekskul broadcast, Haechan masuk kedalam ruang siaran dan mulai menumpahkan semua kekesalannya disana.
Sekolahan yang biasa diisi lagu-lagu ringan saat jam istirahat berubah menjadi curhatan panjang lebar seorang murid lelaki.
Kompak semua siswa dan siswi mendengarkan ucapan Haechan. Beberapa murid laki-laki mulai mengatainya lebay karna aksi noraknya dan beberapa yang lain ikut prihatin setelah mendengar apa yang sudah dialami sama Somi.
Pro dan kontra. Itu sudah menjadi hal biasa.
Renjun yang semula berdiri diambang pintu kini berjalan mendekati Haechan.
"Udah Chan?" cowok yang tengah memakai hoodie hitam kebesaran itupun mengangguk.
"Yaudah, sebelum bu Rani yang nyamperin kita duluan mending kita aja yang langsung keruangannya. Berdoa aja semoga hukumannya ringan." Haechan disamping Renjun terkekeh. Mengingat kembali aksi mereka yang menerobos ruangan broadcast bahkan sampai menarik paksa penyiar yang tengah bertugas tadi.
"Kalo abis ini lo dikeluarin dari ekskul gimana Jun?" Renjun langsung mendelik. "Ya jangan sampe la bege." Haechan memutar bola matanya malas. "Kan ini gue nanya kemungkinannya.."
"Gamau tau, kalo gue sampe dikeluarin, minta orang dalam lo buat masukin gue lagi."
Haechan tau maksud Renjun.
"Bunda mana mau yang begituan Jun. Meskipun dia donatur terbesar sekolah ini, dia ga pernah ikut campur masalah yang begituan." Renjun melengos. "Ya sabodo teuing."
"Ck, jatuhnya lo ga ikhlas nolongin gue barusan. Kampret."
...
Senyum cerah Somi kembali terbit. Haechan yang berjalan bersisian disampingnya ikut tersenyum melihatnya.
"Ga ada yang gangguin lo lagi kan?" Haechan mengusap rambut Somi dan menatapnya lembut. Somi disampingnya menggeleng kecil sambil masih mempertahankan senyum manisnya.
"Baguslah. Ga sia-sia gue dihukum bersihin toilet sama bu Rani." Mendengar itu Somi tertawa diikuti tawa Haechan kemudian. Mereka kembali mengobrol ringan. Membicarakan banyak hal sambil sesekali tertawa kecil.
"Woy cepetan elah!" Renjun dari kejauhan udah teriak-teriak kaya orang kesetanan. Hal itu berhasil membuat Yeri yang ada didekatnya menarik rambut Renjun kasar. "Sabar napa ayam jantan. Itu juga mereka lagi jalan kesini."
Dan setelahnya mereka pun adu bacot sampe Jaemin dan Jeno harus memisahkan keduanya.
"Gara-gara lo nih." Tunjuk Renjun begitu Haechan tiba dihadapannya. "Kok gue?"
"Ya elo lah. Tadi itu jalan apa ngesot mas, lama amat!" Renjun masih kesal.
"Pokoknya kalau ntar sampe di toko buku, trus stok komik limited edition yang udah gue tunggu dari tiga bulan lalu abis, lo yang gue salahin. Titik." Haechan mendecih.
"Pantes ga ada temennya, lambe nya licin banget sih." Itu Yeri yang nyaut. Lagi, mereka kembali saling melempar argumen. Selama 10 menit mereka pun berhasil menjadi tontonan murid-murid yang berhamburan ingin pulang kerumah. Parkiran jadi padet dan sialnya, malah Haechan yang mendapat pelototan dari bu Rani saat guru cantik itu kesusahan mengeluarkan motor matic miliknya akibat pertengkaran dua temen idiot nya ini.
Somi menyolek lengan Haechan yang tengah digandengnya. "Chan?" Cowok itu noleh.
"Ini jadi pergi ga sih? Soalnya mendadak gue di chat Felix, katanya ada tugas kelompok. Kayanya gue ketempat Felix aja deh."
...
Bonus, pict of Sun.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun x Flower (HAECHAN) (END)
Cerita Pendek"Semuanya tuhan ciptakan berpasangan. Itu kenapa kamu dan aku terlahir." "Tapi tuhan juga menciptakan pertemuan dan perpisahan, Chan."