SEVENTEEN

713 94 10
                                    

Somi masuk kedalam ruangan megah itu saat seorang wanita muda cantik yang dia ketahui menjabat sebagai sekretaris dari CEO perusahaan tempat dia berpijak sekarang mempersilahkan nya.

Kesan pertama yang dia dapat begitu masuk adalah kesan mewah yang sangat kentara. Ciri khas yang memang terdapat pada diri om Kaiser.

Somi semakin melangkahkan kakinya kedalam dan mengangguk kaku begitu mendapati om Kaiser sudah duduk disalah satu sofa yang memang tersedia diruangan itu.

"Duduk Som." Katanya dengan wajah dan suara tanpa ekspresi. Jika begini, Somi tidak tau apakah dia harus bersikap santai atau justru sebaliknya.

"Santai aja, om ga bakal lama kok." kali ini pria paruh baya itu tersenyum, sukses membuat beban dalam dada Somi luruh seketika.

"Kamu mau minum apa?" Somi dengan cepat menggeleng sambil melambaikan tangannya berulang kali.

"Gausah om, gapapa."

Meskipun begitu, om Kaiser tetap memesan sesuatu melalui intercom nya.

"Jadi, om gamau basa-basi." sebuah foto om Kaiser letakkan tepat dihadapan Somi. Cewek itu bergegas mengambilnya dan menatap cukup lama pada dua insan yang ada difoto tersebut. Yang satu sangat amat Somi kenali, sementara yang satunya lagi tidak.

"Kamu pernah denger cerita dari Haechan tentang Riyu?" Perlahan Somi mengangguk.

"Itu Riyu." tunjuk om Kaiser lagi pada foto tadi. Somi kaget, namun berusaha menutupi nya sebisa mungkin.

"Somi ga tau kalo Haechan dan Riyu sedekat ini." Somi tersenyum masam. Sudah cukup dia dilanda cemburu akhir-akhir ini karna kehadiran Heejin, dan sekarang harus ditambah lagi dengan Riyu.

Jika ada yang bertanya siapa Riyu sebenarnya, maka Somi hanya bisa menjawab bahwa Riyu adalah teman yang memiliki nasib yang sama dengan Haechan. Mereka berdua adalah korban dari tabrakan maut yang mereka ciptakan sendiri. Baik Haechan maupun Riyu tidak ada yang bisa disalahkan, karna pada dasarnya hari itu mereka berdua sama-sama ngebut dalam kondisi yang sama-sama kalut.

Setau Somi, sejak kecelakaan itu Haechan jadi memiliki trauma parah akan hujan sementara Riyu harus berlapang dada karna tangannya yang tidak bisa lagi digunakan untuk bermain piano. Kondisi mereka sama-sama mengenaskan, tapi Haechan berhasil menyikapinya dengan ikhlas sementara Riyu justru mulai mengunci dirinya sendiri sejak itu, mulai memberi batasan pada orang-orang yang ingin mendekatinya. Baginya, mereka semua datang hanya untuk mengasihani dan mengolok-olok nya, kecuali Haechan.

"Jadi om Kaiser ngehubungi Somi kemarin dan minta bertemu hari ini, itu semua ada hubungannya dengan Riyu? Atau lebih tepatnya mereka berdua?" Somi meralat ucapannya, masih dengan mata yang tetap menatap lekat pada foto ditangannya.

Om Kaiser terlihat mengangguk.

"Om sudah janji sama kedua orang tua Riyu bahwa om akan menjodohkan putri mereka dengan Haechan, maaf, tapi jika kamu bisa--"

"Somi ga bisa om." Somi berkata tegas.

"Jika om meminta Somi untuk mutusin hubungan dengan Haechan, kali ini Somi yang minta maaf, Somi ga bisa sampai Haechan sendiri yang memilih untuk mutusin Somi."

Kaiser menghela nafasnya, tentu saja sudah menduga bahwa jawaban penolakan lah yang akan diterimanya.

"Kalau begitu, biarin Haechan yang mutusin, dia tetap pilih kamu atau justru ninggalin kamu dan memilih bersama Riyu, teman yang sudah dia nantikan sejak lama."

Sun x Flower (HAECHAN) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang