EMPAT

184K 5.8K 15
                                    

💌💌💌

Aston masih bingung dengan jawaban yang diberikan Zella, jelas sekali Aston  ingat kejadian di malam itu, dan setelah berpikir panjang ia tidak ingin hal yang buruk terjadi, maka dari itu ia harus bertanggung jawab, itu adalah hal yang benar.

"Apa maksud kamu? Tolong bicara yang lebih jelas." Ucap Aston, khawatir.

"Mau jelas bagaimana lagi? Aku bilang enggak ada hasilnya." Jawab Zella, tenang dan mengabaikan Aston yang masih menatapnya tajam.

"Di mana kamu membuangnya? Cepat katakan." Aston mencoba memeriksa kebenarannya.

"Ya di tempat sampah." Balas Zella acuh.

Dengan segera Aston mencari tempat sampah yang di maksud Zella, sedangkan Zella hanya melihat tingkah Aston yang menurutnya sangat aneh. Apa ini salah satu dari adegan candanya?

Setelah menemukan tempat sampah yang dimaksud Zella, ia pun membuka tempat sampah itu dan untung saja test pack itu masih ada di sana.

Aston mengambil alat itu, ia masih tidak percaya dengan ucapan Zella.

Begitu Aston melihat tanda yang tertera di sana ia tidak begitu terkejut, sebab Aston sudah tau jika itu benar. Ya, Aston melihat tanda plus di alat itu, yang menandakan Zella tengah hamil.

Dengan langkah yang sedikit tergesa-gesa, Aston kembali ke tempat Zella.

"Kamu bilang, tidak ada hasilnya?"

Zella menoleh dengan malas, ia menatap Aston tanpa minat sama sekali. Ia malah mengambil beberapa camilan yang ada di meja kecil samping ranjang rumah sakit yang kini menjadi tempat rebahannya dan kemudian memakan camilan itu.

"Hm em." Balas Zella singkat.

Aston menghela napas sejenak, kemudian diletakkannya test pack itu di meja kecil yang terletak di samping Zella.
Zella hanya menaikkan satu alisnya bingung.

"Kamu cari tau apa tanda yang tertera di sana. Saya ada di ruangan saya jika kamu ingin bertemu saya." Ucap Aston sambil sejenak memijit ujung hidungnya, lalu keluar dari ruangan Zella.

Zella mengerutkan keningnya menatap kepergian Aston lalu tatapannya kembali menatap test pack yang seakan semakin membuat pikirannya geram.

"Ish! Aku ini capek. Enggak tau apa sih badan lagi remuk semua malah di tambah dengan hal tidak penting seperti ini.”
Zella bergumam kesal, ia meletakkan camilannya ke atas test pack  yang kini ada di meja kecil di sampingnya sehingga test pack itu tertutupi oleh bungkus camilan yang baru saja Zella makan. Beberapa saat kemudian Zella mencoba untuk menutupi dirinya dengan selimut dan berlalu tidur, tapi sayangnya ia jadi semakin penasaran dengan ucapan dokter Aston kepadanya.

Bagaimana kalau dia benar-benar hamil? Bagaimana jika dokter itu benar? Dan bagaimana dengan nasibnya jika semua itu nyata terjadi? Semua pemikiran itu terus meringsuk masuk ke dalam kepalanya.

Zella menggeleng pelan, berusaha menyingkirkan pikiran negatif yang menghinggapi otaknya.

Meski begitu ia tidak bisa mengabaikannya begitu saja, dan ia akui sekarang candaan dokter tampan itu berhasil membuatnya was-was setengah mati.

"Ck!" Zella berdecak kesal, ia mengacak rambutnya yang tergerai. Kemudian Dengan gerakan cepat ia mengambil ponselnya, mencoba mencari informasi lebih lanjut mengenai penggunaan test pack tadi.

Blog demi blog Zella baca dengan teliti, sampai ia menemukan satu blog yang mana membuat Zella membelalakkan matanya tak percaya juga terkejut.

"A-APA!"

Zella menjerit keras, dengan susah payah ia menelan salivanya. Tangannya gemetar dan tubuhnya seketika jadi terasa tak bernyawa. Sekali lagi ia menatap tajam test pack yang ada di sampingnya.

"Enggak, nggak mungkin! Ini nggak mungkin kan?!" Zella menolak untuk percaya, tapi sayangnya ia tidak bisa bersembunyi dari kenyataan. "Berarti dokter itu ngomong yang sebenarnya? Semua itu bukan candaan?!”

Zella masih bengong, pikirannya kosong, mulutnya menganga kaget, ia tidak akan mengira hal seperti ini bisa terjadi padanya. Pantas saja selama ia bangun dari koma ia selalu merasa mual, pusing , dan tidak enak badan. 

Zella kira ia hanya mengalami masuk angin biasa dan akan sembuh dengan sendirinya, tapi nyatanya sampai sekarang ia masih merasakan rasa mual itu.

"Tenang Zel, ini belum sepenuhnya benar. Bisa aja dokter itu sudah merencanakan semuanya, bisa aja alat itu sudah di siapkan dia dari awal." Gumam Zella, ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kasar.

Sebisa mungkin Zella kembali menguatkan dirinya. Ia tidak mau termakan ketidak jelasan yang membuatnya gundah gulana seperti ini.

Ia butuh penjelasan sejelas-jelasnya dari dokter itu. Kalau bisa semua kejadian yang tidak ia ketahui selama ia koma, ia membutuhkan semuanya sekarang juga.

Zella menghapus kasar air mata yang sempat menerobos keluar dari kelopak matanya, tangannya mengepal kuat menggenggam ponsel di tangan kanannya.

Kurang ajar! Batin Zella menahan amarah di dalam hatinya.

💌💌💌
.
.
.
####

Gimana reaksi Zella nanti ya???

Penasaran??? Yuk baca kelanjutannya.. :)

Don't forget your vote :)

Thanks for read this story and happy next part for you guys ✨❤💚😊

Sleeping Marriage (Sudah di terbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang