DUA

204K 6.5K 58
                                    

💌💌💌

"Ma, aku ini sudah sembuh, ngapain Mama masih menyuruh aku dirawat di sini? Ayo pulang aja ke rumah." Zella mengerucutkan bibirnya, ia tidak suka terus diperintahkan untuk istirahat.

Ia bosan terus menerus ada di ruangan bernuansa putih dengan bau obat yang begitu kentara, ia ingin sekali pulang dan segera melakukan kegiatan sehari-harinya. Lagi pula sekarang Zella sudah merasa lebih membaik, Zella sudah bisa makan-makanan biasa bukan lagi bubur seperti biasanya, itu berarti Zella sudah sembuh kan?

"Enggak Zella, kamu itu masih belum sembuh total. Dokter Aston bilang kamu harus istirahat beberapa hari lagi, sudah diam dan nurut aja apa kata Dokter." Jawab nyonya Altha mencoba untuk membuat putrinya mengerti.

Zella semakin merengut. Ia bosan terus-terusan berada di kamar inap, ia arus bekerja dan menghasilkan uang bukannya malah menghabis kan uang seperti ini.

Drtt Drrt

Tiba-tiba ponsel nyonya Altha berbunyi, memecahkan keheningan di sana. Segera nyonya Altha menerima telepon masuk di ponselnya.

"Iya? Baik, saya akan segera ke sana."

Setelah nyonya Altha menutup sambungan telepon, ia menatap putrinya dengan raut wajah sedih.

"Kenapa Ma?" Tanya Zella penasaran.

"Mama harus pergi ke kantor, ada rapat mendadak." Jelas nyonya Altha lesu.

"Ya sudah Mama tinggal datang aja repot banget."

"Lah terus? yang jaga kamu siapa?" Tanya nyonya Altha.

"Tuhan yang Maha Esa dan Maha Kuasa." Jawab Zella sekenanya.

Nyonya Altha hanya bisa menggeleng kan kepalanya mendengar jawaban putrinya itu.

"Ya sudah, Mama pergi dulu. Nanti Mama suruh dokter As-"

"Nggak perlu Ma. Ya ampun kan sudah Zella bilang seribu satu kali, enggak usah panggil dia lagi ke sini, risih tau."

Zella memotong ucapan Mamanya, ia sudah terlalu sering mendengarkan kalimat itu entah harus berapa kali Zella mendengarkan nama itu di sebut lagi. Mungkin jika diteruskan lagi otaknya bisa meledak sebab terlalu banyak mendengar nama itu disebut-sebut.

"Risih tau..."

Nyonya Altha mencebikkan bibirnya dan mengikuti gaya bicara Zella sekilas sebelum pergi meninggalkan Zella, Zella pun tak mau kalah ia juga membalas menjulurkan lidahnya dengan penuh rasa kesal.

Memang peribahasa buah jatuh tak jauh dari pohonnya ternyata benar adanya, contohnya saja ibu dan anak ini, mereka sama-sama keras kepala dan mudah merasa kesal.
Zella menghela napas, bahunya langsung merosot lemas setelah memastikan Mamanya telah keluar dari ruangan.

Jujur saja, saat ini Zella benar-benar merasa lemas, dari tadi perutnya terasa tidak enak dan mual, kepalanya juga sedikit pusing. Tapi jika ia mengeluh pada Mamanya bias-bisa ia baru keluar dari rumah sakit setelah hari raya tahun depan.

"Aduh..." Zella meringis kesakitan merasakan perutnya terasa melilit.

Ini kenapa sih? Kemarin masih biasa-biasa aja. Batin Zella sambil memejamkan matanya berharap bisa mengurangi rasa mual yang dirasakannya.

"Zella?"

Hampir saja Zella memilih untuk memejamkan matanya dan tidur tiba-tiba ia mendengar suara bariton itu memanggilnya, dengan malas ia pun membuka matanya dan tampaklah sosok tampan Aston di hadapannya.

"Eh Dokter?" Ucap Zella malas, moodnya yang buruk membuatnya terkesan jengkel dengan segala hal di sekitarnya.

"Kamu sudah cek kehamilan kamu?" Aston kembali bertanya, ia khawatir jika Zella masih belum memastikannya.

Sleeping Marriage (Sudah di terbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang