TUJUH

173K 5.3K 57
                                    

💌💌💌


"Aduh.." Zella meringis merasakan perutnya kembali mual, saat ini ia sudah sadar dari pingsannya. Tubuhnya menggeliat berusaha mencari posisi yang nyaman saat berbaring.

Aston yang juga tertidur di samping Zella jadi ikut terbangun karena merasakan tangan Zella yang bergerak.

"Zella? Kamu sudah sadar?" Tanya Aston setelah membuka matanya dan menatap Zella yang masih menutup matanya tapi merintih tidak nyaman.

"Ada apa? Apa yang sakit?" Lanjut Aston kembali cemas.
Kenapa seperti ini lagi? Lagi-lagi Aston merasa tidak tenang setiap melihat wajah Zella yang pucat dan lemas. Tidak henti-hentinya Aston mengelus pelan tangan Zella dan menatap Zella penuh kecemasan.

Zella terdiam sejenak saat samar-samar mendengar suara bariton itu kembali terdengar ada di sampingnya.
Memang ia belum sadar sepenuhnya, ia masih merasa mengantuk dan matanya terasa sangat berat bahkan hanya untuk sekedar mengintip.

"Zella?" Sekali lagi Zella mendengar suara bariton itu tengah memanggilnya.

Eh? Jangan-jangan itu suara dokter Aston?! Zella membatin, ia curiga jika di sampingnya sudah ada dokter tampan nan aneh itu lagi.

Tidak salah lagi, jelas tadi Zella mendengar suara pria bukan suara wanita, tidak mungkin Mamanya memiliki suara berat dan serak seperti itu, lalu apa benar dugaan Zella jika dokter Aston tengah ada di sampingnya?

Spontan Zella langsung saja membuka matanya lebar-lebar dan bangkit dari tidurnya. Benar apa dugaan Zella, lagi-lagi matanya menangkap bayangan wajah dokter Aston.
Ya, senyum itu, mata itu, dan juga garis wajah itu. Semuanya benar-benar membuat Zella terkejut.

"D-dokter?!" Ucap Zella setelah sepenuhnya sadar jika Aston tengah ada di sampingnya. Sejenak ia merasakan tangannya seakan di genggam oleh seseorang, tentu saja Zella melirik ke arah tangan kanannya dan seketika matanya membulat kaget.

"Apaan ?! Jangan pegang-pegang!" Zella memekik tidak suka, ia langsung menarik tangannya dari tangan Aston dan menatap Aston dengan tatapan waspada.

Aston hanya tersenyum kecut menanggapi respon Zella. Aston rasa Zella masih belum bisa menerima dirinya sepenuhnya. Ia jadi takut jika Zella tidak akan pernah memaafkan kesalahannya.

Apa yang harus Aston lakukan jika Zella tidak ingin menikah dengannya? Aston bisa saja malah mendapat tuntutan dari Zella, tapi bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah, bagaimana jika Zella berpikir untuk menggugurkan kandungannya?

Tidak, Aston tidak ingin itu terjadi. Bagaimana pun juga Aston akan menjaga Zella dan anaknya sebisa yang ia mampu, ia tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada mereka karena itu sudah pasti menjadi tanggung jawabnya ya bukan?

Hening~

Kini Suasana mereka menjadi canggung, tidak ada yang ingin bicara. Aston hanya tetap diam karena tidak ingin membuat kesalahan apapun, sedangkan Zella masih tetap diam tidak ingin berbicara dengan dokter Aston barang satu kata pun. Eh tidak, bukan itu yang sekarang ada di pikiran Zella. Lebih tepatnya Zella diam karena tengah berusaha mengingat-ingat apa yang telah terjadi padanya hingga dokter tampan itu ada di sampingnya dan dengan beraninya menyentuh tangan sucinya?!

Kurang ajar! Berani-beraninya dokter cari-cari kesempatan dalam kesempitan! Mesum nggak jelas! Zella membatin saat setelah ia mulai mengingat kejadian sebelum ia pingsan. Tapi sayangnya ia tidak begitu mengingat apa yang terjadi setelah ia pingsan. Bagaimana kalau ia telah di apa-apakan oleh dokter mesum satu ini. Astaga itu tidak boleh terjadi.

Ya lumayan lama suasanya di dominasi dengan keheningan. Hingga seseorang yang sendari tadi sibuk merekam tingkah Aston dan Zella dari kejauhan akhirnya terkekeh pelan, membuat Aston dan Zella menoleh secara bersamaan.

Sleeping Marriage (Sudah di terbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang