TIGA PULUH DELAPAN

125K 3.7K 147
                                    

💌💌💌

(Flashback)

Dua hari yang lalu tepatnya setelah kejadian di mana Queen di selamatkan oleh Alive di pantai Sandly, tampak seorang wanita dengan setelan baju rapi sekaligus menarik mulai memasuki sebuah ruangan di salah satu gedung perusahaan terkenal.

Beberapa orang yang sempat melihat penampilan wanita itu mengerutkan keningnya heran, dalam pikiran mereka saling bermunculan pertanyaan mengenai wanita berpenampilan cukup berani itu.

Siapa dia? Dan untuk apa wanita itu ada di kantor perusahaan tempat mereka bekerja? Apa dia seorang pegawai baru? Jika iya, bukankah pakaian wanita yang tampak cukup berani itu telah sedikit menyalahi aturan kerapian di kantor mereka? Kurang lebih begitulah yang mereka tanyakan di benak mereka.

Seakan sudah biasa, wanita itu hanya menghiraukan beberapa celotehan yang sempat ia dengar.
Dia menyisir salah satu sisi rambutnya yang tergerai menggunakan tangan kemudian salah satu tangan lentiknya yang lain mulai membuka sebuah pintu yang merupakan salah satu ruangan terpenting dalam gedung perusahaan besar itu.

Queen Arisabel? Ya, wanita itu tak lain adalah Queen, seseorang di mana selama ini bersikap seakan tidak pernah melakukan kesalahan apapun, lalu selama ini apa dia sudah lupa akan tindakan kurang ajarnya terhadap Aston. Dan sekarang apa yang di lakukan wanita itu sepertinya semakin mengungkapkan sifat aslinya.

"Sayang aku datang." ujar wanita itu yang tak lain adalah Queen, dengan sensualnya ia masuk dan melangkah mendekati seorang pria yang kini tengah tersenyum simpul menatap kedatangan wanita yang sendari tadi ia tunggu-tunggu.

"jadi sampai di mana pembahasan mengenai rencana kita sayang?"

"Sudah hampir selesai, semua akan segera kamu dapatkan sayang." Jawab pria itu yang beranjak dari kursi kebesarannya kemudian beralih melingkarkan kedua tangannya ke pinggang ramping Queen.

"Bagus, aku sudah geram dengan wanita jelek itu, semoga saja dia cepat mendapat balasannya." Queen kembali berujar, senyuman terus terukir di sudut bibirnya seakan akan baru saja memenangkan lotre senilai milyaran juta rupiah.

"Bagaimana dengan pria bernama Edwart yang menyukaimu itu? Apa kamu sudah mengurusnya sayang?"

Queen, dokter cantik itu mengernyitkan keningnya sejenak setelah mendengar ucapan pria yang kini mencium lembut leher jenjangnya yang lumayan terekspos.

"Apa kamu tidak memercayaiku? Tenang saja sayang, aku sudah mengurusnya, aku campakkan saja dia. Dia sudah tidak ada gunanya. Bayangkan saja, niatku melakukan akting bunuh diri itu hanya untuk mengundang Aston datang kepadaku, tapi ternyata dia malah mengusirnya. Bodoh sekali dia, tanpa dia pun aku tetap akan selamat, dia kira aku tidak bisa berenang apa?" Queen berdecak kesal, ia memalingkan wajahnya sejenak seakan menggambarkan seberapa ia membenci seseorang yang sedang dibicarakannya.

Pria itu terkekeh pelan menanggapi penjelasan cukup panjang dari Queen, dia menatap dalam-dalam manik mata Queen, membuat pandangan mata Queen terkunci seketika.

"Kali ini kita memiliki tujuan yang sama baby, kamu dan aku. Kita akan menjatuhkan mereka bersama-sama. Aku tau rasanya diacuhkan dan tidak di anggap, sekarang hanya aku yang akan selalu bersamamu. Kita jatuhkan musuh kita secepatnya, setuju?"

Perlahan Queen mengaguk mantap, ia mengalungkan tangannya ke leher jenjang pria itu. Cukup sudah mengenai rasa cintanya yang tidak terbalas, ia sudah muak. Sekarang jika Queen tidak bisa mendapatkan Aston maka ia tidak akan tinggal diam.

Kalau aku tidak bisa mendapatkanmu, maka dia juga tidak bisa mendapatkanmu juga Astonku sayang...Queen membatin, rasa sakit yang selama ini ia sembunyikan akan segera ia balaskan.

Sleeping Marriage (Sudah di terbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang