💌💌💌
Zella masih menatap Ponselnya tak percaya dengan apa yang telah ia lihat dan baca. Sekilas terbesit rasa ingin sekali menangisi nasibnya, tapi sayang sekarang Zella memerlukan hal lain selain bersedih.
Ya, ia bukan tipe wanita yang akan menangis dan berdiam diri saja, ia perlu sebuah penjelasan, penjelasan merinci mengenai apa yang telah terjadi selama ia koma.
Apa yang sudah terjadi hingga Zella memang hamil sungguhan? Apa jangan-jangan Zella telah menjadi korban orang mesum seperti di berita yang ada di media sosial ? Kenapa Zella bisa hamil?
Zella menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kesal. Ia melempar ponsel yang di genggamnya ke atas ranjang dan memutuskan segera menuju ruangan dokter tampan bernama Aston itu.
Dengan langkah yang sedikit tergesa-gesa ia berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Hampir semua pandangan mata di sana tertuju pada Zella, pasalnya ia terlihat begitu aneh dan janggal dengan baju pasien dan tanpa alas kaki berjalan begitu saja di antara orang-orang yang ada.
Jujur walau pun Zella terlihat begitu dingin dengan tatapan matanya yang tampak tajam, sebenarnya hatinya meraung-raung berduka atas nasib tidak jelas yang menghancurkan hati dan pikirannya.
Ia merasa begitu tertekan dan juga stres. Namun Zella tak ingin menunjukkan itu, akan sangat menyedihkan jika orang-orang menggagapnya lemah begitu saja.
Zella terus mencari-cari ruangan Aston, tapi ia masih belum menemukannya. Rumah sakit itu terlalu besar bagi Zella, ia tidak bisa berkeliling satu rumah sakit hanya untuk mencari ruangan dokter itu, apa lagi tubuh Zella terlalu lemas untuk bisa melakukan itu.
Sampai, Zella memutuskan untuk bertanya pada salah satu resepsionis di sana.
"Permisi mbak, ruangannya dokter Aston di mana ya?" Zella bertanya ke salah satu resepsionis di sana, sikap Zella yang dingin sempat membuat si resepsionis sedikit ragu untuk melayani Zella.
"O-oh ruangan dokter Aston ada di lantai dua. Kalau boleh tau ada perlu apa dengan dokter Aston? Saya akan memberi jadwal janji temu dengannya jika anda memiliki keperluan."
Zella hanya tersenyum kecut menanggapi senyuman ramah resepsionis itu, ia melihat lagi ke ujung lorong rumah sakit, kemudian kembali bertanya."Sudah saya sudah ada janji sebelumnya, urusan pribadi. Bisa kasih tau di mana ruangannya? Maksud saya di sebelah mana?" Tanya Zella sekali lagi, karena jujur saja ia pikir ia akan kesulitan mencari jika hanya mendapat informasi sebatas itu.
"Anda tinggal naik ke lantai dua, dan di sana akan ada penunjuk arah sesuai ruangan yang tertera di sana." Balas Resepsionis.
"Oh kalau gitu terima kasih mbak, saya permisi dulu." Zella mengangguk sekali kemudian pergi menuju ujung lorong.
Setelah dikira otaknya cukup mengingat informasi resepsionis tadi, Zella segera melangkahkan kakinya menuju lantai dua, hingga akhirnya berkat petunjuk ruangan yang ada di sana Zella pun berhasil menemukan ruang dokter Aston.
Zella sempat terdiam sejenak saat akan membuka pintu ruangan Aston. Ia ragu akan dirinya sendiri, sekilas Zella melirik perutnya dan mencoba menenangkan pikirannya.
Ia tidak bisa menahan rasa pedih mengingat kenyataan yang begitu mengecewakan dan menghancur kan hatinya dalam sekali serangan.Rasanya Zella ingin sekali mengamuk di depan dokter Aston dan melampiaskan semua kemarahannya pada dokter itu, kalau perlu ia akan melempar semua benda yang ada di depannya jika ia sampai kehilangan kesabarannya.
"Jangan cengeng Zel! Ini bukan akhir dunia, sabar."
Zella bergumam, ia menarik napas panjang, mengumpulkan keberaniannya dan cepat-cepat membuka pintu ruangan Aston.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleeping Marriage (Sudah di terbitkan)
Romance"Kamu Hamil anak saya." "APA!!!?" Mungkin dari sanalah semua berawal, dari satu kalimat yang membuat hidup Zella berubah drastis. Tiba tiba dinyatakan mengandung anak seseorang sedangkan dirinya baru saja bangun dari koma bukanlah hal yang lumrah. ...