SATU

229K 7.2K 50
                                    

💌💌💌

PART2
..<<>>..

"APA?! Hamil?!"

Zella terdiam mematung dan tak bergerak. Mulutnya menganga kaget tapi beberapa saat kemudian dia segera menggeleng pelan, sebenarnya apa yang telah terjadi selama ia koma? Kenapa tiba-tiba dokter tampan di depannya itu bicara hal yang aneh-aneh mengenai kondisinya? Zella hamil? Tidak mungkin.

Oh apa mungkin ini adalah salah satu candaan khusus para dokter? Apa jangan-jangan Zella sedang di prank oleh dokter tampan di depannya itu? Zella yakin sebentar lagi pasti akan ada tawa lepas dari dokter itu. Pasti!

Zella memicingkan matanya menatap mata Aston tanpa berkedip sedikit pun. Tapi kenapa aneh? Kenapa dokter itu malah menghela napasnya seakan ia bicara hal yang sangat serius. Apalagi ekspresi itu, wajah itu jelas menunjukkan sebuah penyesalan mendalam.

Enggak-enggak mungkin, ini pasti cuma akting aja. Batin Zella meyakinkan dirinya sendiri. Ia memicingkan matanya dan kembali memeriksa gerak gerik dokter itu.

Benar-benar keturunan keras kepala, Zella masih saja mengira apa yang di katakan Aston adalah sebuah prank atau candaan belaka, jiwa anak mudanya sudah terlalu melekat di otak Zella. Apa lagi setiap hari ia juga suka menonton acara prank-prank semacam itu, entah di smartphonenya atau di televisi.

Mata Zella masih tetap menatap Aston tanpa berkedip sedikit pun membuat Aston yang ditatap seperti itu hanya bisa menaikkan satu alisnya bingung.

Bagaimana tidak? Ia kira perempuan di depannya itu akan langsung melampiaskan emosinya saat itu juga. Tapi kenapa Zella hanya diam dan menatap Aston? Apa ucapannya sudah terlalu menghancurkan hati wanita itu? Astaga kalau itu benar maka ia harus segera menjelaskannya.

"Saya minta maaf karena perbuatan saya, tapi saya bersedia bertanggung jawab sepenuhnya, termasuk menikahi kamu." Ujar Aston sekali lagi berusaha seserius mungkin.

Hening~ tidak ada respon sedikit pun dari Zella, sampai sebuah tepukan tangan kembali memecahkan keheningan rupanya sebuah tepukan dari Zella.

Prok prok!

"Wow! Beneran?" respon Zella setelah beberapa saat lalu hanya diam dan menatap Aston, ia tersenyum dalam hati dan berniat untuk mengerjai balik dokter satu ini.

Otak ku lebih pintar dari yang kamu kira orang tampan! Zella membatin dan tersenyum puas dalam hatinya.

"Beneran aku hamil? Terus dokter ayahnya gitu?" kata Zella meneruskan ucapannya, Zella menatap Aston dengan intens dan kemudian bersikap seolah-olah sedang menilai penampilan dokter tampan itu.

"Enggak apa-apa lah yang penting ayahnya ganteng."

Apa? Apa dokter tampan bernama Aston itu tidak salah dengar? Kenapa responsnya sangat biasa? Kenapa Zella malah terlihat senang?

Aston mengusap wajahnya dan memijit ujung hidungnya, ini semua sangat membingungkan, untuk kali ini Aston benar-benar tidak tau harus menjelaskan dari mana. Semuanya terlalu rumit, dan sekarang Zella malah terlihat bahagia mendapat berita itu?

Bukankah seharusnya Zella merasa sedih? Harus terikat dengannya dan mengandung anak yang bahkan tidak ada sangkut pautnya dengan cinta atau pun perasaan?

"Saya serius." Balas Aston, berusaha tampak semakin serius, cara apa lagi yang bisa ia lakukan untuk meyakinkan Zella.

"sudah dokter, kok jadi enggak lucu begini sih? Jangan takut-takuti aku loh." Ucap Zella sambil menarik selimut hingga menutupi lehernya. Jujur saja, sekilas saat tadi ia kembali melirik ekspresi wajah itu sempat membuat Zella khawatir kalau yang dikatakan dokter itu memang benar. Tapi tetap saja Zella masih sulit menerima ucapan itu.

Sleeping Marriage (Sudah di terbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang