TIGA PULUH SATU

117K 3.2K 23
                                    

💌💌💌

Ceklek!

Pintu kamar terbuka menampilkan Aston dengan kemeja putih dan celana hitam panjang membuat Zella yang tengah berdiri di depan pintu terperanjat dengan penampilan Aston.

"Saya ingin keluar sebentar, kamu bisa langsung ke ruang makan kalau kamu lapar. Saya pergi dulu." Aston berpamitan sebelum pergi meninggalkan Zella yang masih mematung di tempatnya.

Dalam hati Zella mengakui ketampanan Aston memang melebihi rata-rata semua pria kenalannya di kantor, tapi sayangnya pikiran Zella berkata lain, seakan ia tak mau begitu saja mengakui kegantengan dokter yang satu itu.

"Ganteng sih, tapi... Tertunda." Gumam Zella dengan asal setelah itu ia mulai beranjak dari tempat ia berdiri.

Langkah kakinya terlihat begitu ringan, apa lagi dengan sepatu mahal yang di kenakannya rasanya Zella ingin sekali menjual saja sepatu itu dari pada memakainya. Lumayan untuk uang jajan sebulan ke depan hehehe...

"Widih... Rumah segede ini isinya barang-barang mewah semua kah?" Gumam Zella sambil terus berjalan mengelilingi setiap ruangan di lantai dua, hingga ia bertemu dengan salah satu pelayan yang rupanya sendari tadi mencari-cari Zella.

"Permisi nyonya. Ini sudah waktunya sarapan." Ucap seorang wanita paruh baya berpakaian pelayan menghampiri Zella dan menundukkan kepalanya. Bahkan untuk pakaian pelayan saja ada seragamnya sendiri mewah sekali, pikir Zella sesaat setelah meneliti seragam yang di kenakan para pelayan di sana.

Melihat hal itu, Zella yang awalnya melongo pun segera bersikap normal dan mengangguk sekali.

Setelah pelayan mengantar Zella menuju ruang makan yang ternyata berukuran seperti aula, Zella pun duduk di salah satu kursi dan menyangga kepalanya dengan satu tangan ke meja.

"Anda ingin makan apa nyonya?" Tanya pelayan tadi lumayan mengejutkan Zella karena ia pikir pelayan itu sudah pergi.

"Makan apa aja yang penting bisa dimakan." Balas Zella sambil tersenyum.

"Tapi nyonya, kami akan memasakkan langsung apa yang anda inginkan." Jelas si pelayan, di ikuti Zella yang hanya ber 'o' ria.

"Oo... Gitu toh.. Ya sudah aku mau nasi padang yang pedas pakai banget, bisa? "

Si pelayan mengerutkan keningnya sebentar, mendengar permintaan Zella mengenai makanan pedas.

"Maaf nyonya, tapi tuan berpesan kalau nyonya tidak boleh makan makanan pedas."

Dengan menahan semua kekesalannya Zella menggigit bibir bawahnya dan mencakar-cakar kecil ke arah kaca meja makan.

"Ya udah yang enggak pedas, boleh kan?" Zella menghentikan aksinya dan tersenyum kecut yang ternyata dibalas anggukan kecil si pelayan, setelah itu segera berlalu menuju dapur.

"Hadeeh bisa jadi nenek-nenek kalau gini ceritanya." Gerutu Zella sambil meletakkan kepalanya di meja makan.

Bibirnya manyun dan pipinya menggembung kesal. Zella pikir tinggal di rumah besar seperti ini akan menyenangkan tapi ternyata lumayan membosankan. Apa lagi sekarang Zella tidak di perbolehkan bekerja di kantonya dulu. Sungguh membosankan.

Sleeping Marriage (Sudah di terbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang