Sebuah Keputusan

28 1 1
                                    

"Nak Zathifa... ibu mau minta tolong sama kamu. Bisa?"

"Ibu mau minta tolong dalam hal apa? Insya Allah Zathifa bantu"

"Jangan dekati Aksa, kurangi aktifitas yang melibatkan kalian sering bersama. Bisa,Nak?"

Memori ingatan mengenai permintaan Ibu dari seorang Gilang Laksa kembali menyeruak tanpa permisi.

Bohong jika pada waktu itu Zathifa tidak terkejut dengan permintaan Leni. Tapi lagi dan lagi Zathifa harus sadar diri. Belajar berpikir positif meski Zathifa ragu dengan kemampuannya untuk menjauhi Laksa, walau pada faktanya Ia dan Laksa memang tidak pernah terlihat dekat.

"Maaf ya,Nak. Bukannya apa-apa. Kamu itu terlalu---"

"Ibu jangan lama-lama. Zathifa dicariin neneknya,tuh."

"Iya,Bu. Nanti Zathifa usahain ya. Ibu tenang aja, Zathifa pulang dulu ya Bu, assalamu'alaikum."

"Hati-hati di jalan,Nak. Wa'alaikum salam"

Pada akhirnya memang inilah keputusan yang Zathifa pilih. Membentang jarak yang sudah terbentang luas.

Keyakinan Zathifa semakin kuat tatkala melihat tawa yang terpaku dengan jelas diwajah seorang Gilang Laksa ketika bersama Arbizya.

Zathifa menatap pantulan dirinya di cermin, hanya beberapa saat, Ia segera bergegas keluar dari ruangan pribadinya.

Zathifa menghampiri Fikri yang sedang sibuk di ruang keluarga. Inilah sosok Fikri, yang membuat Zathifa merasa kagum juga kesal. Sosok Ayah yang pekerja keras, hari-harinya disibukkan dengan urusan pekerjaan tapi tetap berusaha selalu ada untuk keluarganya.

"Mau ke mana?" Dari nada bicaranya dapat dipastikan Fikri sedang dalam mood yang kurang baik

"Ke rumah Pak Riky, Yah" jawab Zathifa jujur

"Emangnya harus Thifa yang ke sana, ya nak?"

Zathifa diam. Pasti Ayahnya tidak akan mengizinkannya, apalagi jika mengingat kesehatan Zathifa yang sedang tidak begitu bagus.

"Telpon aja Pak Riky nya. Ibu ngga kasih kamu izin keluar rumah hari ini" ujar Zulfia sambil meletakkan kopi susu di atas meja ruang keluarga.

"Ibumu benar,nak. Kamu harus banyak istirahat. Kalo kamu keluar rumah hari ini. Besok Ayah ngga kasih kamu izin buat sekolah selama dua hari." Sahut Fikri tanpa mengalihkan pandangannya dari.... Laptop.

Zulfia menghela napasnya "udah Yah, nanti lagi urusin kerjaannya. Laptop terus yang dipandangin. Liat tuh anak kita bibirnya udah mirip bibir bebek"

"Astaghfirullah Ibu.... kok Thifa disamain sama bebek sih"

Fikri menutup laptopnya, menatap istri dan anaknya bergantian.

"Ibu ini kadang suka ngga inget dirinya sendiri. Kalian berdua kan sama. Apalagi kalo lagi ngambek gitu" celetuk Fikri.

Zathifa terkekeh mendengar celetukan Ayahnya.

"Biarin. Yang penting Ayah sayang sama Ibu" ujar Zulfia sambil berlalu ke dapur.

Fikri menggelengkan kepalanya "kadang Ayah bingung sama Ibumu"

Zathifa beralih duduk di samping Ayahnya.
"Kenapa Yah?" Tanya Zathifa

"Dulu, sebelum menikah. Ibumu itu sering nolak Ayah. Padahal Ayah niatnya baik mau ngajak Ibumu nikah. Eh... ibu mu itu ngga mau. Katanya Ayah ini terlalu tua buat dia. Padahal umur kami cuma beda sembilan tahun."

"Terus Ayah bingung dibagian mananya?"

"Bingung aja, ternyata Ibumu itu bukan tipe perempuan yang seneng dirayu." Fikri mulai menceritakan kisah asmaranya dengan Zulfia

*****

"Buah, buah apa yang jadi favorit laki-laki?" Surya memberi tebak-tebakan pada sahabat-sahabatnya ini.

"Buah duren!" Seru Dion asal

"Salah" ujar Surya

"Buah mangga?" Ucap Erwin menerka-nerka jawaban untuk pertanyaan tidak berfaedah dari si ketos ini.

"Salah" Surya beralih menatap Gilang "jawaban lo apa Lang?" Tanyanya

Gilang mengedikkan bahunya.

"Jawabannya..... buahenol" celetuk Yudhis

Hal itu sontak mengundang gelak tawa ketiga cowok itu. Pengecualian untuk Gilang, yang hanya diam.

"Selera humor lo pada rendahan banget sih" dumel Arbizya yang tiba-tiba datang, yang langsung mengambil posisi disamping Gilang

"Yeuu suka-suka kita lah ceunah" Dion melirik jengah menatap Arbizya.

"Dih. Terserah lo deh." Ucap Arbizya sambil mengibaskan kipas tangannya.

"Gilang... nonton yuk" Gilang menghela nafasnya, rengekan gadis disampingnya ini membuat moodnya makin memburuk.

"Gue ngga bisa."

Surya paham akan keadaan yang kemudian memilih untuk mengalihkan topik pembicaraan.

"Oi, Lang. Gimana soal persiapan lomba lo?" Bingung dengan pertanyaan Surya, Gilang mengernyitkan dahinya

"Hooh Lang. Lomba lo sama si Zathifa buat ngewakilin sekolah gimana dah? Ada kemajuan ngga?" Timpal Dion

"Oh. Bagus sih. Gue suka sama bacaannya Zathifa." Jawab Gilang yang sebenarnya ia pun baru teringat soal lomba itu.

"Suka sama bacaannya apa orangnya?" Goda Erwin yang mendapat tatapan horor dari Arbizya

"Ngapa dah lo Zy?" Tanya Dion

"Apasih. Nggak maksud lo Ion" cetus Arbizya

"Awas ya Lang. Kalo sampai aku tau kamu suka sama Zathifa a-"

"Lo mau apa?" Surya menyela ucapan Arbizya

"Udah lah.. gue mau pulang" pamit Gilang yang langsung beranjak pergi. Ia malas melihat perdebatan antara Arbizya dengan sahabat-sahabatnya.



Lanjutkah?

MenyentuhmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang