masih sama (lagi)

32 1 2
                                    


Hari semakin terasa cepat berlalu, sudah genap satu minggu Gilang berusaha bersikap biasa saja ketika melihat kedekatan antara Arbizya dan Amar.

Selama satu minggu itu pula, Gilang sering menghabiskan waktu berjam-jam lamanya bersama Zathifa,Cyellyen, dan Pak Riky untuk latihan seleksi lomba.

Surat yang dipilih untuk latihan pun memang sengaja dipilih secara acak. Sesuai kemauan tiga siswa itu.

Setelah kejadian di ruangan Pak Riky itu,Zathifa memilih untuk diadakan lagi seleksi untuk lomba.

Cyellyen yang sempat menolak itu pun harus mengiyakan permintaan Zathifa manakala sahabatnya itu memohon padanya. Padahal Cyellyen saja tidak yakin dengan kemampuannya.

Lantunan demi lantunan ayat suci Al-Qur'an terdengar merdu menghiasi mushala SMK GENTA ASNA DWIRA.

Zathifa menitikkan air matanya saat Cyellyen membaca Q.S At-Taghabun ayat 15

Allah SWT berfirman:

اِنَّمَاۤ اَمْوَالُـكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۗ وَاللّٰهُ عِنْدَهٗۤ اَجْرٌ عَظِيْمٌ

innamaaa amwaalukum wa aulaadukum fitnah, wallohu 'indahuuu ajrun 'azhiim

"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar."

Tiba-tiba pikiran Zathifa melayang jauh, menelusuri setiap kenangan bersama orang tuanya.

Bagaimana jika ia sudah menyusahkan Ayahnya?
Bagaimana jika ia belum bisa menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya?
Bagaimana jika Allah menguji Ayahnya melalui dirinya?

Ah, rasanya dada Zathifa sesak sendiri memikirkannya. Tak kuasa menahan air matanya hingga sesenggukan pun terdengar sampai di telinga Gilang, Cyellyen, dan Pak Riky.

Sebuah tangan terulur memberikan tisu pada Zathifa, membuat gadis itu mendongak untuk melihat siapa pemilik tangan itu.

Pak Riky

"Makasih Pak." Ucap Zathifa lirih bersamaan dengan Cyellyen yang mengakhiri bacaannya.

"Kita cukup kan latihan hari ini, besok akan saya putuskan siapa yang akan mewakili sekolah kita untuk lomba ini." Tutup Pak Riky seraya berdiri,bersiap untuk pulang.

Ketiga siswa itu mengangguk paham.
Setelah mengembalikan Al-Qur'an pada tempatnya, mereka berpamitan untuk pulang ke rumah masing-masing.

*****

Malam sedang mengambil tugasnya, menggantikan siang agar makhluk bumi bisa mengistirahatkan tubuhnya dari penat yang mendera.

Setelah shalat isya' Zathifa memilih melangkahkan kakinya ke kamar neneknya.

"Nek, Zathifa kok nggak bisa tidur ya?" Tanya Zathifa sambil merebahkan tubuhnya diatas ranjang neneknya.

Fatimah -nenek Zathifa melangkah ke kamar mandi tanpa menjawab pertanyaan cucunya.

Zathifa mengerucutkan bibirnya, merasa diabaikan oleh neneknya.

"Makanya kalo mau tidur itu baca do'a dulu, bukannya malah baca nama doi" cibir Fatimah sembari berjalan menuju lemari buku mini di sudut kamarnya.

Zathifa cengo mendengar kata 'doi' yang diucapkan Fatimah.

"Nenek kok tau kata 'doi' ?"

"Ya tau lah. Nenek kan sering tuh ngobrol sama Cyellyen yang katanya gaul. Ehiya kata dia, doi nya kamu itu si Gilang anaknya Leni, bener gitu?" Ucap Fatimah panjang lebar sambil mendaratkan tubuhnya di ranjang.

MenyentuhmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang