bingung

17 0 0
                                    

"Sekarang lo nggak perlu sok mikir gitu. Dulu waktu lo mutusin buat selingkuhin gue,emangnya lo mikir dulu?"

"Udah lah ya,Zy. Gue capek. Kita selesai sampai di sini. Semoga lo sama Amar bisa langgeng." ucap Gilang sambil berlalu meninggalkan Arbizya tanpa menoleh lagi.

*****

Cyellyen dan Indira berjalan terburu-buru menuju ruangan guru setelah mendengar berita panggilan untuk Cyellyen. Memang Cyellyen yang di panggil tapi Cyellyen dengan teganya menarik paksa Indira untuk menemaninya.

"Ayo dong,Ra. Lebih cepat jalannya."

Indira menghela nafasnya pasrah meski masih menggerutu didalam hatinya.

Nggak sabaran banget yang nggak pernah dipanggil guru. Seneng banget kayaknya. Hadehhh...- gerutu Indira

"Lagian lo kenapa kayak seneng banget gitu dipanggil ke kantor sih,Lyen?" tanya Indira gemas karena tangan kanannya yang terus saja ditarik paksa oleh Cyellyen

Cyellyen menghentikan langkahnya, hampir saja membuat Indira menabrak Cyellyen andai saja Indira tidak cepat menyadarinya.

"Heh! Mana ada ekspresi panik gini disebut seneng?"

Ahiya, tolong ingatkan Indira kalau Cyellyen bisa dua kali lipat lebih menyebalkan ketika sedang kedatangan tamu bulanannya itu.

Sabar,Indira... Mending diam, daripada jaguar betina ini ngamuk.- batin Indira memberi motivasi untuk dirinya sendiri.

Tak bisa dipungkiri ekspresi terkejut di wajah ketiga siswa SMK itu. Terlebih ekspresi terkejut Cyellyen yang lebih terlihat seperti ingin menerkam mangsanya.

"Jadi, saya sudah memutuskan untuk membebaskan kalian memilih. Gilang dengan Zathifa, atau Gilang dengan Cyellyen yang akan mewakili sekolah"  ucap Pak Riky

Dalam hati Cyellyen ingin sekali rasanya ia mengomeli Zathifa atas keputusan sepihaknya itu.

Gilang pun dalam hatinya sudah menggerutu, mana tahan ia berjuang demi nama baik sekolah kalau bersama dengan gadis cerewet nan galak seperti Cyellyen. Ia lebih setuju jika yang menjadi pasangannya untuk lomba adalah Zathifa, sebab gadis itu yang paling berbeda diantara yang lain.

Sementara Indira yang duduk di samping kiri Cyellyen hanya diam dan bersantai ria. Toh itu urusan ketiga teman-temannya,meski ia juga ikut dikejutkan dengan keputusan Zathifa.

Keheningan melanda ruangan Pak Riky hingga suara Gilang memecahkan keheningan yang terjadi.

"Saya mau, Zathifa memberikan alasan kenapa dia mundur untuk berjuang bersama saya demi nama baik sekolah ini"

"Nah,iya tuh Pak, saya setuju sama si Gilang" ucap Cyellyen bersemangat

"Ssstt...Lyen, kok lo kayak semangat gitu sih?" bisik Indira ditelinga kiri Cyellyen.

"Iya, gue lagi semangat banget,Ra. Semangat buat nolak." jawab Cyellyen dengan sama-sama berbisik.

Sementara Zathifa hanya menunduk dan terdiam, ia bingung. Alasan apa yang akan ia ucapkan. Satu sisi ia pun ingin melakukan dan menerima permintaan Pak Riky. Tapi, di sisi lain, ia sudah berjanji pada Ibu Leni bahwa ia akan menjauhi dan sangat meminimalisir hal-hal yang melibatkan ia dengan Gilang.

"Zathifa diam, itu artinya dia nggak punya alasan kuat untuk nolak keputusan yang udah Bapak buat, iya kan Pak?" ucap Gilang yang kini atensinya sudah beralih pada Pak Riky.

Anggukan kepala Pak Riky menjawab semuanya,setuju dengan pendapat Gilang.

"Sejujurnya Bapak juga bingung sama jalan pikiranmu,Zathifa. Padahal Bapak sangat yakin bahwa kamu dan Gilang mampu memberikan yang terbaik untuk sekolah kita."

"Jadi, maksud Bapak, saya meragukan?hiks hiks..." sela Cyellyen

"Cyellyen, tolong diam. Nggak usah le--"

"Bapak kalo ngomong kenapa sih jujur banget? Saya benci sama Bapak!" sela Cyellyen lagi sambil berlalu.

Indira dibuat kelabakan mengejar Cyellyen yang sedang dilanda masa sensitifnya.

Pak Riky geleng-geleng kepala, tak paham dengan jalur pikiran Cyellyen.

"Temanmu itu aneh,Za. Kamu yakin mengajukan dia sebagai salah satu perwakilan sekolah?" tanya Pak Riky pada Zathifa.

MenyentuhmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang