mungkin kah?

25 1 0
                                    


Pada awalnya aku memang merasa sudah yakin untuk semakin membentang jarak antara aku dan Mas Laksa yang sudah jauh ini.

Tapi, kenapa masih terselip sedikit keraguan? Ya Allah, tenangkan hatiku dan tetapkanlah hatiku atas agamaMu. Aamiin.

Beberapa hari ini, aku merasa sedang diikuti seseorang, tapi siapa? Terlebih ketika aku sedang berada diluar rumah.
Hanya perasaanku saja atau memang ada yang mengikutiku?

Ini hari liburku, seharusnya menjadi hari istirahat untukku. Tapi apa kalian tau? Dengan santai dan seolah tak berdosanya, Cyellyen menelponku sejak pukul empat pagi.

Tak langsung ku terima. Kubiarkan saja ponselku berdering meski aku dengan sangat sadar mendengar dering itu.

Ku pikir Cyellyen akan menyerah. Tapi sampai pukul setengah lima pagi sahabat terSubhanallahku itu tetap menelponku.

Dengan rasa malas yang teramat sangat, aku menjawab telponnya. Dan apa kalian tau? Cyellyen menelponku sepagi itu hanya untuk mengajakku lari pagi? Ahiya, memang dasar Cyellyen yang tak berubah.

Mengganggu waktu istirahatku yang sangat minim:"(

Dan jadilah aku di sini, bersama Cyellyen tentunya. Aku sudah menolak ajakannya, tapi apa yang dia lakukan? Dia datang ke rumah nenekku kira-kira sekitar jam setengah enam pagi.

Beruntung aku sudah selesai membantu nenek, meski aku merasa sedikit kesal dengan nenekku itu. Kenapa juga beliau mengizinkan Cyellyen mengajak cucunya yang sangat malas keluar rumah ini hanya untuk hal yang tidak penting menurutku.

Sejujurnya aku sedikit risih dengan tatapan orang-orang disekitar taman ini. Lagi pula entah apa yang akan di lakukan Cyellyen di sini.

"Nikmati dan resapi" ujar Cyellyen sambil memejamkan matanya.

Aku diam, sebab aku yakin Cyellen sedang tidak mengajakku bicara.

Netra mataku tanpa sengaja menangkap sosok yang sangat ku kenal. Mas Laksa?
Apa rutinitas paginya juga adalah lari pagi?

"Ck. Pantes aku dicuekin. Asik natap masa depan agaknya" aku menoleh ke Cyellyen, dia menaik-turunkan alisnya, menggoda?

"Lyen, aku mau pulang" ujarku sambil berdiri dan dengan teganya Cyellyen menarik pergelangan tanganku hingga aku terjerembab ke belakang.

"ALLAHU AKBAR!" Pekikku saat aku benar-benar jatuh dengan posisi terduduk direrumputan taman.

"Aduduh... maaf Za, aku ngga sengaja. Sakit ya?"

Engga kok Lyen. Ini ngga sakit. Tapi sakit buanget. -_-

Aku hanya meringis menahan sakit.

"Gilang! Woi!" Aku memfokuskan pendengaranku, Cyellyen yang memang memanggil Mas Laksa atau aku yang salah dengar?

Dan sepertinya pendengaranku masih sangat jelas teman-teman.

Mas Laksa menghampiri kami, lebih tepatnya Cyellyen karena dia yang memanggil Mas Laksa. Dan aku langsung menunduk secara otomatis

"Kenapa Dyn?" Eh? Apa katanya? Mas Laksa memanggil Cyellyen dengan nama belakangnya?

"Lo sama siapa ke sini?" Aduh, pertanyaan macam apa ini Lyen? Pertanyaanmu benar-benar nggak berbobot Lyen.

"Thalita, ada Zya juga sih, tuh mereka lagi beli minum."

Cyellyen mengangguk? Apalagi yang mau kamu lakuin Lyen. Hftt...

"Gue mau minta tolong, boleh?" Heh? Mau minta tolong apalagi kamu Lyen? Jangan malu-maluin aku dong

"Boleh lah. Apaan?" Kok malah dibolehin sih Mas :"(

"Jadi gini, tadi Zathifa kan mau ninggalin gue pulang duluan, terus reflek dong gue tarik, maksud gue tuh biar dia berhenti. Eh nggak tau nya Zathifa malah ngejengkang. Nah berakhirlah dia di situ. Kayak yang lo liat. Dia cuma meringis doang ngga mau bangun."

Ehhh... mulutmu itu harus di ruqyah dulu apa gimana sih Lyen. Ish. Gemes banget akunya.

"Intinya aja Dyn"

"Ya gue minta tolong, lo bilang ke Thalita sama pacar lo itu buat bantuin gue gotong Zathifa ke rumah neneknya" ha? Apa kata Cyellyen tadi?

"Zya nggak akan mau. Coba deh nanti gue ngomong sama Thalita."

"Kenapa Zya nggak mau?"

"Zya nggak suka Zathifa" he?? Ya wajar Zya nggak suka aku. Kan sama-sama perempuan

"Alasannya?" Aduh, Cyellyen kepo banget sih :"(

"Dia ngira gue ada hubungan spesial sama Zathifa" ha? Aku salah dengar nggak sih ini?

"Dia cemburu apa posesif sih?"

"Mana gue tau. Tanya aja sama orangnya."

"Halah, dasar dianya aja yang nethink lagian Zathifa mana mungkin suka sama lo Lang"

"Udah Lyen, mending kamu bantu aku berdiri aja. Aku masih bisa jalan kok" ucapku sambil berusaha berdiri.

"Yakin Za?" Yakin ngga yakin sih:"(

"Insya Allah"

"Ya udah Lang. Lo pergi aja gih. Ntar bini lo nyariin lo" titah Cyellyen sambil membantuku berdiri

"Dia bukan bini gue Dyn" ujar Mas Laksa sambil berlalu.

Dan dia benar-benar pergi? Tanpa mau membantuku? Mungkinkah ini salah satu bukti bahwa Mas Laksa bukan dilahirkan sebagai takdirku?

MenyentuhmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang