"Kalian ngapain berduaan di kantin? Ini masih jam pelajaran" tanya Gilang pada Arbizya dan Amar, dengan nada bicara yang dingin mengabaikan ucapan Surya, meski ia dapat mendengarnya dengan jelas.
"Ck! Santai lah,Lang. Lo kayak nggak paham sama sahabat sendiri" Ucap Amar berusaha terlihat baik-baik saja.
Rahang Gilang mengeras seketika saat menyadari Arbizya mengabaikannya dan semakin memeluk Amar lebih erat.
Ada kebingungan yang terselip didalam hati Gilang, seharusnya Gilang tidak masalah saat Arbizya bahagia bersama Amar, seharusnya Gilang tidak perlu terlalu memikirkan air mata Arbizya, seharusnya Gilang bersikap biasa saja saat Arbizya mengabaikan hadirnya. Tapi, kenapa hati dan logikanya tak pernah selaras?
Netra Gilang dapat melihat kerapuhan dalam sorot mata sembab milik Arbizya, tapi Gilang tak bisa memahami itu.
Mungkin memang benar yang dikatakan Surya, Arbizya bukan jodohnya.
"Balik ke kelas kalian masing-masing. Gue kasih poin 10 masing-masing buat kalian berdua, karna udah bolos jam pelajaran." ucap Surya dengan tegas sambil berlalu pergi.
Gilang masih di tempatnya, menyaksikan dua manusia berbeda jenis ini yang menatapnya dengan tatapan yang tak dimengerti oleh Gilang.
"Gue lepasin lo, bukan buat kayak gini,Zya. Makin hari tingkah lo makin nggak bener ya. Muak gue liatnya" ucap Gilang pada Arbizya
"Buat lo,Mar. Lo itu sahabat gue. Gue biarin kalian bahagia, tapi bukan berarti lo bisa buat Zya jadi kehilangan harga dirinya dengan embel-embel cinta. Drama banget hidup kalian." ucap Gilang yang kini atensinya berpusat pada Amar.
"Gue tunggu lo di kelas,Mar." lanjut Gilang sambil berlalu.
Sepeninggal Gilang, barulah Arbizya mengurai pelukan mereka.
"Sayang... Gilang makin aneh ya?" tanya Arbizya pada Amar, membuat laki-laki itu mengangguk.
Amar tidak buta, ia pun menyadari perubahan sikap Gilang. Semuanya tampak berbeda. Karena Arbizya atau Thalita? Entahlah Amar tak mampu menebaknya.
"Kita balik ke kelas ya. Mau aku anter nggak?" tawar Amar.
"Enggak usah. Kamu kan udah ditungguin Gilang. Aku balik sendiri aja."
"Yakin?"
"Iyaaa.. Ya udah nih aku duluan ya ke kelasnya. Daaa"
"Hati-hati"
*****
"Mbak Thalita kok bisa sih cepat hafal sama rumus-rumus kayak gini?" Tanya Zathifa yang sedang dibantu Thalita menghafal rumus dasar fisika.
"Aku udah berkali-kali bilang, Za. Panggil Thalita aja,nggak usah pake embel-embel Mbak." ujar Thalita gemas.
"Lagian kapasitas daya ingat setiap orang itu beda-beda,Za. Nggak bisa sama, jangan berkecil hati ya, aku yakin kamu bisa" lanjutnya.
Saat sedang berusaha menghafal, netra mata Zathifa tidak sengaja menangkap sosok Gilang yang baru saja masuk ke kelas. Membuat titik fokusnya beralih pada Gilang.
Kok mukanya Mas Laksa sepet gitu sih. Astaghfirullah...
"Hayo... Matanya udah mulai nakal yaa.." goda Thalita yang ternyata menyadari ketidak fokusan Zathifa dalam menghafal rumus.
"Engh.. Enggak kok Mbak." sangkal Zathifa
Psssttt...
Zathifa melirik Thalita yang berusaha menahan tawanya
"Kenapa Mbak?"
"Nggak apa-apa, baru tau aja ternyata kamu bisa juga ya cinta diam-diam"
Sepertinya apa yang dikatakan Thalita memang ada benarnya.
Sementara di barisan bangku yang lain...
"Lo kenapa Lang?" Tanya Yudhis tepat saat Gilang mendaratkan tubuhnya di kursi.
Tak ada sahutan apapun dari Gilang.
"Thalita mana?" Yudhis menoleh ke samping kirinya
"Tumben Ndra,lo nyariin Thalita, biasanya Zathifa yang lo tanyain."
Andra mengendikan bahunya acuh.
"Noh si Thalita, lagi bantuin Zathifa" Yudhis menunjuk ke arah kiri pojok belakang.
"Nggak jadi deh." Ucap Andra bermonolog
"Aneh." Desis Gilang yang hanya bisa di dengar oleh telinganya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Menyentuhmu
General FictionIzinkan aku menyentuhmu wahai hati yang dimiliki olehnya, seseorang yang aku kagumi dari kejauhan. ___^*^*^___ Ini hanya bagian dari kisah klasik antara Zathifa Faura dan Gilang Laksa. Zathifa Faura hanya seorang gadis sederhana dengan...