*•*PLAYER*•*

8.6K 590 13
                                    

Sakura mencakar lehernya hingga berdarah. Dia benci melihat nama itu, sangat benci.

Air matanya mengalir deras, matanya yang berair menatap pantulan dirinya di cermin besar di depannya. Dia kacau, hancur, menjijikkan. Rambutnya acak-acakan, matanya membengkak, lehernya mengeluarkan darah. Seluruh tubuhnya dipenuhi oleh luka yang tertutup perban berwarna putih.

Lihatlah betapa menjijikkan dirimu sakura

Sakura menjambaki rambutnya kuat, hingga beberapa helai rambut berwarna merah muda itu terlepas dari kulit kepalanya. Dia menghiraukan nyeri di kepalanya.

Tangan sakura yang ditempeli oleh perban memukul-mukul kepalanya sendiri, tubuhnya terduduk dengan lemas, dibawah wastafel kamar mandi. Kepalanya ia tenggelamkan di kedua lututnya.

Dia benci!

Benci melihat semua luka ditubuhnya, benci melihat nama pria gila yang melekat permanen di lehernya, benci melihat pria itu, benci melihat dirinya sendiri.

Dia ingin pergi dari sini, dia ingin kembali ke kehidupannya yang sebelumnya. Saat dimana Sasuke tidak ada di hidupnya, saat ibunya masih ada bersamanya.

Kehidupan normalnya, dimana ia bisa mendapatkannya lagi?

Sakura mengangkat kepalanya dari lututnya, mata hijau miliknya menatap sendu pada lantai kamar mandi di depannya.

Cinta?
Jangan membuat sakura tertawa! Yang benar saja, mana ada cinta yang seperti itu!

Tidak pernah ada cinta yang menyakiti sampai separah ini, bukan hanya fisik tapi juga batin.

Bagaimana mungkin seseorang bisa jadi gila seperti itu hanya karena cinta yang tidak jelas asalnya darimana?

Mata sakura memanas dan cairan hangat meleleh dari kedua kelopak matanya, membasahi lehernya yang terluka, hingga menimbulkan nyeri yang luar biasa sakit. Tapi itu belum seberapa dibandingkan dengan rasa sakit dan nyeri yang sakura rasakan saat ujung cambuk tajam milik Sasuke merobek kulitnya, memaksa cairan merah yang bersembunyi di bawah permukaan kulitnya keluar.

Rasa sakit yang tidak seberapa, dibandingkan saat Sasuke melukis kulit lehernya dan mengukir nama pria itu disepanjang lehernya.

Sakura meraung, menumpahkan setiap hal yang tersimpan dihatinya.

Kenapa Tuhan begitu kejam?
Apa dia tidak pantas hidup normal, selayaknya orang lain di luar sana?
Kenapa ia harus bertemu dengan pria gila seperti Sasuke?
Kenapa ibunya harus mati dengan cara seperti itu?
Dimana kakaknya sekarang?

Sakura jatuh terbaring dilantai, tubuh terlukanya menyentuh permukaan lantai dingin itu, sangat menenangkan. Matanya menutup untuk menikmati sensasi dingin yang dikirimkan lantai itu kepada kulitnya yang terasa seperti terbakar. Cairan bening itu senantiasa mengalir.

Kepalanya yang tadinya terasa berat, sedikit demi sedikit menjadi ringan. Sakura bisa merasakan beban ditubuhnya seperti menguap pergi saat ia sudah melampiaskan apa yang dia simpan selama ini.

Dia bisa berfikir jernih sekarang,

Apa yang harus dia lakukan untuk bisa keluar dari sini?

Mata emeraldnya terbuka, sebuah ide melintas di kepalanya.

"Jika kau ingin bermain, akan kulayani"

•••

Sasuke menatap sakura yang terbaring di ranjang besar itu senang, gadisnya benar-benar menurutinya. Sakura melakukan apapun yang dia suruh tanpa protes.
Gadis itu tertidur setelah memakan sup ayam yang Sasuke bawakan.
Betapa ia mencintainya.
Sasuke beranjak dari kamar sakura setelah mengecup seluruh wajah gadis itu.

OBSESSION√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang