b

1.3K 150 14
                                    

"Jangan buru-buru begitu," tegur papa Cho melihat putranya dari meja makan. Kyuhyun berjalan tergesa menenteng blazer sekolah, tas dan menggigit dasinya. Papa Cho beranjak menghampiri Kyuhyun untuk membantunya bersiap. Menarik dasi tersebut dan memasangnya rapi selagi Kyuhyun mengenakan blazernya.

"Papa, sudah boleh pakai sepeda?" tanya Kyuhyun berharap.

"Hem."

"Yes!" pekik Kyuhyun senang. Mengambil tas yang dia taruh di ujung meja, dia berpamitan. Membuat si papa melongo, lalu menyerunya agar sarapan dulu. Namun Kyuhyun sudah berlari keluar.

Dia hanya sudah telat. Bangun kesiangan, mandi dengan cepat dan memakai seragamnya buru-buru. Beruntung tas miliknya sudah rapi terisi buku-buku jadwal pelajarannya hari ini. Dia pikir pasti papa yang membereskan tasnya. Ingat jika semalam dia langsung tidur begitu disuruh papa.

Kyuhyun mengayuh dengan cepat mengejar waktu. Lalu di jalan dekat sekolah dia melihat Kibum yang mengayuh sepedanya santai. Kyuhyun mengerem sepedanya, tidak sampai berhenti, hanya menyamakan laju sepedanya di sebelah Kibum.

"Woi!" serunya berniat mengagetkan Kibum. Namun Kibum hanya menoleh tidak acuh. "Mukamu asem pagi-pagi. Kurang tidur?" Kyuhyun mengajak bergurau sebenarnya tapi tanggapan Kibum di luar ekspetasinya.

"Ya."

"Jujur sekali," gumamnya pelan. Kemudian sadar akan waktu. "Heh, Kim. Kita telat!" menepuk bahu belakang Kibum keras, Kyuhyun mengayuh sepedanya lagi sekuat tenaga. Kibum mendengus keras sebelum mengikuti tindakan Kyuhyun. Dia hanya sedang malas lari mengelilingi lapangan.

Beruntung dengan usaha mereka, gerbang belum sepenuhnya ditutup saat keduanya sampai. Kyuhyun tertawa seperti biasa, menggeret Kibum tidak sabaran. Saat memasuki kelas, Kyuhyun sudah ditunggu seorang teman perempuan sekelasnya

"Kyuhyun, aku pikir kau tidak masuk lagi."

Kyuhyun menyentuh dadanya dengan wajah drama. "Kau sebegitu pedulinya padaku, Jeoyung-ah. Aku tersentuh, sungguh."

"Jangan gila, masih pagi," balas gadis pendek itu. Kemudian mengangkat tangannya. "Aku khawatir dengan buku catatanku. Cepat. Aku perlu belajar juga."

Kyuhyun menyentuh kepalanya masih mendrama, tapi kali ini dia serius. Dia ingat belum menyelesaikan salinannya. "Sebentar, Jeoyung. Aku belum selesai menyalin."

"Kyuhyun!"

"Hanya sebentar saja. Tinggal beberapa lembar. Tidak banyak." Kyuhyun melewati gadis berambut sebahu itu. Menyusul Kibum yang sudah duduk lebih dulu menelungkupkan diri. Hah, dirinya masih repot. Urusan Kibum nanti saja. Dia membuka tas mengeluarkan dua buku yang diperlukan. Membukanya namun kemudian membulatkan mata heran. Catatannya sudah selesai. Dan itu bukan tulisannya.

"Ah, papa." Kyuhyun tersenyum girang.

Kibum yang mendengar Kyuhyun menyebut papanya, membuka satu lipatan tangan, miring melihat Kyuhyun. "Kalau kau tidak rela meninggalkan Papamu, jangan pergi sekolah, Papa's bear. Tinggal di rumah saja. Menggelayut seharian di lengan Papa Cho." Kibum yang selalu berkata dengan nada datar dan terkesan dingin, menyahutinya dengan sarkas.

Kyuhyun membalas dengan juluran lidah. Bahkan tidak peduli sebutan kekanakannya yang dikatakan Kibum. Dia pergi untuk mengembalikan buku pada Jeoyung dan kembali dengan cepat setelah menggoda gadis manis itu.

"Kyuhyun, kami sudah selesai!" teriak Jeoyung dengan urat menyembul. Kyuhyun yang sudah sampai di bangkunya memberi ekspresi tidak percaya. Menatap Jeoyung lalu Kibum bergantian.

"Beneran sudah putus kalian?"

Di depan ada Ketua Kelas yang baru kembali dari Ruang Guru, mengumumkan jam pertama dan kedua kelas mereka kosong pelajaran diganti dengan belajar sendiri. Itu artinya beberapa lembar soal di buku tugas.

an opportunityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang