p

953 149 23
                                    

Papa Cho membiarkan Kyuhyun bersiap setelah tidak berhasil membujuknya untuk beristirahat lebih lama lagi. Padahal dia sendiri sudah menghubungi Sekolah bahwa Kyuhyun tidak akan ikut ujian tahun ini. Tanpa menutupi kondisi kesehatan Kyuhyun lagi, papa Cho meminta keringan untuk putranya tidak mengikuti kelas tambahan. Putranya akan mengikuti sekolah seperti biasa. Sampai waktu Kyuhyun ingin berhenti. Tidak akan lama.

Terhitung baru sehari Kyuhyun berada di rumah setelah kemarin memaksa pulang. Dia sudah tidak sabar untuk berangkat hari ini. Bahkan jika tubuhnya masih sedikit lemas, Kyuhyun tidak bisa menunda lagi untuk menemui Kibum.

"Papa, aku baik-baik saja." Kyuhyun menghampiri papa yang masih tidak tenang membiarkannya Sekolah. Kyuhyun sedikit mendongak untuk menatap wajah papa. Mengambil lengannya, "aku sudah berjanji. Aku pasti baik-baik saja."

Tidak tahu. Selain karena memikirkan kondisi Kyuhyun, ada sesuatu lain yang rasanya aneh di hati papa Cho. Dia tidak bisa menjabarkan kecemasannya. Rasanya tidak nyaman. Ingin mengikat anaknya saja di rumah. Entah bagaimana caranya. Asal kegelisahan tidak masuk akal ini teredam.

"Serius, Kyu. Papa tidak rela rasanya membiarkanmu berangkat. Sehari lagi, ya? Istirahat, ya? Masih ada lain kali, kan sayang?" Papa menangkup pipi putranya. Menatapnya dengan penuh kekhawatiran.

Kyuhyun tersenyum menenangkan papa. "Papa bisa terus pantau aku nanti. Tapi tidak ada lain kali, Papa. Hari ini. Kyu tidak bisa menunggu lagi."

#

Terus terang saja, papa Kim tidak bisa tidak memikirkan perkataan Kibum dua hari lalu. Anak itu kembali hampir tengah malam. Tidak tahu ke mana setelah kabur begitu saja. Padahal banyak yang ingin dia katakan. Tapi bahkan sampai pagi ini dia hanya bisa menatap Kibum, yang tidak sekalipun ingin menatapnya.

"Kibum," papa Kim mengikuti Kibum yang berjalan ke depan. Anaknya hampir tidak berhenti jika tidak ditahan lengannya. Begitupun Kibum masih menghempaskan cekalannya.

"Aku tahu aku tidak berguna!" seru papa Kim membuat Kibum akhirnya berhenti. "Aku tidak menyalahkanmu yang tidak bisa menghormati aku! Tapi sekali saja, Kibum, katakan padaku apa maumu? Bagaimana agar aku bisa pantas menjadi Papamu?" papa Kim sudah begitu frustasi. Dia hampir tidak bisa tidur nyenyak setelah hari itu.

Tidak hanya setelah hari itu. Sudah sejak lama papa Kim tidak bisa tidur dengan benar. Perusahaan, istri, anak, rumah tangganya. Semuanya berjalan sangat kacau. Itu juga hal berat untuknya. Bagaimana bisa dia tetap kuat? Karena dia lelaki. Karena dia seorang suami. Karena dia seorang ayah.

Tapi kali ini, dia tidak bisa begitu. Menyadari bahwa dirinya sudah begitu jauh dari putranya sendiri, membuatnya semakin terpuruk.

Kibum menatap ayahnya. Berwajah kaku dan dingin. "Baru sekarang kau bisa bertanya? Tidak ada. Hanya jalani saja hidupmu. Ini yang kau inginkan. Ini yang kau pilih."

"Kibum!!" papa Kim kembali menangkap lengan putranya. Menggaruk kepalanya kasar. Mulan memperhatikan mereka dalam diam dari dalam rumah. Dia cemas. Tapi tidak bisa ikut campur lebih jauh.

"Papa minta maaf. Papa minta atas hidupmu yang tidak menyenangkan. Semua salahku. Biarkan Papa memperbaikinya. Biarkan Papa melakukan sesuatu untukmu."

"Kau akan melakukan sesuatu untukku?" Kibum tersenyum remeh. "Apa yang bisa Papa lakukan?! Kau bahkan tidak bisa bertanggung jawab atas dirimu sendiri! Bagaimana bisa memperbaiki hidupku!" Kibum menarik lengannya. Tapi papa Kim kukuh memeganginya. "Lepas!"

Kibum muak atas hidupnya. Tidak berhenti akan kesialannya, sekarang dia bahkan menjadi bahan ejekan dan bully di Sekolah. Baru kemarin dia pulang dengan tubuh basah, bau dan kotor. Tapi papanya malah asyik seharian bersenang-senang dengan Suri.

"Memangnya apa yang bisa kau perbaiki, ha?!!" Kibum berteriak. "Kau bisa mengubah hidupku seperti Kyuhyun?! Hidup senang, dilimpahi kasih sayang!! Dan mendapatkan segalanya!!?"

Papa Kim tercekat. Tanpa sadar mengendurkan genggamannya. Kibum menarik lengannya kasar. Tersenyum semakin sinis dengan mata penuh amarah.

"Kau tidak bisa! Karena kau bukan Papa Cho!! Sedikit saja kau tidak memiliki apa yang dimiliki Papa Cho!! Kau iri dengan Papa Cho? Benar!! Akupun sangat iri dengan Kyuhyun!! Begitu besarnya perasaan iriku sampai berpikir untuk menggantikan posisinya!!"

"Kibum!" Mulan yang sudah tidak tahan berjalan keluar. Meneriakkan nama Kibum untuk menghentikan teriakannya. Sekalipun dia tahu Kibum mengatakan itu lantaran kesal. Mulan paham kondisi Kibum. Anak itu masih labil. Usianya masih terlalu muda untuk menerima semua nasib ini.

"Kau jangan ikut campur!! Jika kau sadar diri, kau juga salah satu penyebabnya!"

Mulan tidak membalas Kibum. Bibirnya kelu menghadapi kelabilan anak itu. Dengan kondisi emosi yang seperti itu tidak seharusnya dia terus membalas. Maka saat Kibum mengambil sepedanya, Mulan menahan papa Kim yang akan begerak mengejar anaknya.

"Biarkan dulu, sayang. Kau tidak harus menghadapinya dalam keadaan ini."

"Itu memang salahku, Mulan."

Mulan menggeleng. "Ini hanya tentang nasib. Kibum harus belajar menerima dan bersabar. Kau juga sudah berusaha."

"Dia begitu ingin menjadi anak seorang Cho."

"Jangan menganggap kalimat Kibum serius. Ayo, masuk. Jangan pikirkan itu. Lupakan perkataan Kibum." Mulan menarik papa Kim untuk masuk ke dalam rumah. Mendudukkan papa Kim di kursi dan menuangkan segelas air untuknya. Tapi papa Kim sudah terlanjur tenggelam dalam kalimat Kibum.

#

Kyuhyun masih di parkiran sepeda. Dia berangkat diantar papanya. Sengaja berada di sana untuk menunggu Kibum. Kibum pasti akan ke parkiran sebelum pergi ke kelas, untuk meletakkan sepedanya.

"Kyu!"

"Changmin." Kyuhyun tersenyum. Membiarkan Changmin memeluknya rindu.

"Apa yang kau lakukan di sini? Ayo." Changmin tidak melihat sepeda Kyuhyun, jadi heran saja kenapa Kyuhyun ada di sana.

"Aku menunggu Kibum."

Raut Changmin sedikit berubah. Namun tidak begitu nampak di mata Kyuhyun. Baginya anak itu tersenyum seperti biasa. "Tunggu di kelas saja. Ayo. Aku juga ingin mendengar kabarmu."

Kyuhyun tidak bisa menolak saat Changmin menarik Kyuhyun dengan mengalungkan lengan di leher Kyuhyun. Anak itu terseret oleh langkahnya.

Bukan ke kelas, Changmin malah membawanya ke kantin. Di sana sudah ada teman-temannya yang lain. Donghae, Eunhyuk, Mino, Taemin, Suho, Minho. Mereka heboh melihat kehadiran Kyuhyun yang beberapa hari ini absen. Meski tidak sekelas, mereka berteman akrab.

"Kau mau makan apa? Aku akan pergi mengambilnya untukmu." Changmin masih berdiri selagi Kyuhyun sudah duduk di dekat Minho.

"Air hangat saja. Aku sudah sarapan."

Changmin mengangguk lantas pergi. Kyuhyun menatap teman-temannya yang entah kenapa rasanya sedikit berbeda.

"Oh, itu Kyuhyun!"

Seseorang dari kelas lain berseru. Remaja lelaki itu menghampiri Kyuhyun dan gerombolannya. "Apa kabar, Kyuhyun?"

"Baik." Kyuhyun menjawab seperti biasa dia bersikap. Dia tahu remaja lelaki ini. Hanya saja tidak terlalu dekat. Mungkin karena rumor yang bilang jika anak di depannya ini adalah berandalan. Entahlah. Kyuhyun tidak pernah diijinkan oleh teman-temannya untuk dekat dengannya dengan alasan itu.

"Baguslah. Hei, kudengar Kibum jatuh miskin? Dia bahkan tidak membayar SPPnya. Ayahnya sampai datang pada Kepala Sekolah meminta keringanan. Kau, kan temannya. Kau pasti tahu ini."

Kyuhyun tidak bisa menjawab. Dia menatap pada teman-temannya yang bungkam. Lalu kembali mengarahkan mata pada Seunghan. "Kau pasti mendengar rumor tidak benar."

Seunghan menggeleng yakin. "Seseorang melihatnya sendiri. Aku ini dapat info dari orang terpercaya, lho."

Kyuhyun bangkit berdiri. Ekspresinya sudah tidak setenang sebelumnya. "Tolong, jangan membicarakan hal tidak benar."

Changmin kembali membawa pesanannya dan Kyuhyun. Lantas melihat Seunghan, dia berjalan cepat-cepat. Meletakkan begitu saja nampannya lalu mendorong mundur Seunghan. Dia berdiri di antara Kyuhyun dan anak itu sekarang.

"Ma Seunghan, sudah kuperingatkan untuk tidak berbuat macam-macam!"

Seunghan menatap Changmin tidak takut. Tersenyum kalem. Dia ingat bagaimana Changmin siap adu jotos dengannya setelah kemarin katahuan mengerjai Kibum. Tapi, toh mana bisa dia diam. Mengerjai Kibum itu kesenangan tahu. Apa lagi bonusnya Kyuhyun.

"Aku ini kasihan dengan Kibum. Kalian, kan anak-anak mampu. Kyuhyun juga pernah bilang Kibum sahabatnya. Benar? Tapi sepertinya dia sedikit diabaikan oleh kalian. Terutama oleh Kyuhyun."

"Ma Seunghan!!" Minho ikut berdiri. Geram juga mendengar mulut itu bercelote tidak henti. "Pergi saja kau!!"

Seunghan mengedik bahu. Terlihat sudah akan menyerah dan pergi. Namun rupanya dia masih bercuap. "Kyuhyun. Kibum kasihan sekali. Selama kau tidak bersekolah, anak itu menjadi murid paling menyedihkan di Sekolah."

"Apa yang kau katakan?" Kyuhyun maju, namun Changmin menahannya. Dia berusaha membawa Kyuhyun pergi tapi Kyuhyun menahan kakinya kuat di atas lantai.

"Dia hanya ingin cari gara-gara. Jangan dengarkan."

Seunghan mendengus dramatis. Changmin mengkode yang lain. Donghae beranjak dengan Eunhyuk menyeret Seunghan menjauh. Tidak sulit. Seunghan pergi namun menyeringai lebar pada Kyuhyun.

Kyuhyun menatap Changmin, menuntut penjelasan. Changmin mengambil napas tertahan. Kyuhyun beralih pada yang tersisa. Dan mereka menunduk.

"Apa yang tidak kutahu? Katakan!!"

#

Saat Mulan kembali setelah menelepon meminta ijin dari kantornya, dia tidak menemukan tuan Kim di depan TV. Tempat terakhir dia tinggalkan suaminya bersama Suri. Yang kini hanya ada Suri bermain seorang diri.

Mulan memanggil dan mencari tuan Kim di sekeliling rumah tapi pria itu tidak ada. Sekarang dia cemas. Dia sengaja libur untuk menemani tuan Kim yang terlihat sangat terpukul. Dia pikir akan menghibur suaminya seharian ini. Tapi entah sekarang ke mana perginya dia.

Dalam keadaan emosi yang tidak stabil, Mulan mencemaskan banyak hal. Takut jika tuan Kim melakukan hal-hal nekad yang membahayakan dirinya sendiri.

Mulan menggendong Suri dengan perasaan berkecamuk. Tidak tahu harus bagaimana. Dia hanya bisa berdoa.

#

Kyuhyun sudah mendengar bagaimana nasib Kibum di Sekolah ini. Semua rumor tentang keluarganya sampai uang SPP. Kibum tidak pernah cerita selain perceraian orang tuanya. Jadi Kyuhyun tidak bisa memastikan benar atau tidak semua rumor itu.

Yang tidak dia pahami bagaimana murid di sekolah memperlakukan Kibum setelahnya. Tidak ada keramah-tamahan. Tidak ada sikap menghormati. Kibum hanya digunjing dan diejek setelahnya.

Setelah mendengar penjelasan teman-temannya, Kyuhyun syok. Tidak sangka ini yang Kibum alami selama dia tidak masuk. Sekarang dia paham kenapa Kibum bisa semarah itu padanya. Pasti karena beban ini yang membuatnya bersikap seperti itu.

Tapi Kyuhyun juga kecewa. Kibum tidak mengatakan apapun padanya. Lebih-lebih semua temannya juga bungkam soal itu. Sedikit saja tidak ada yang mempertimbangkan untuk memberi tahunya. Dia marah menuding mereka telah berbuat sama kejamnya dengan yang lain.

"Aku yang melarang mereka untuk membicarakan itu denganmu." Changmin bersuara melihat Kyuhyun bergelagat akan marah.

"Kau tidak seharusnya melakukan itu, Changmin! Kibum sahabatku! Aku berhak tahu apa yang dia alami! Kalian juga tidak menolongnya."

"Bagaimana kami akan menolongnya?" Suho berucap. "Kibum bahkan menolak untuk didekati! Kami berusaha Kyu. Tapi dia bersikap seolah tidak membutuhkan siapapun!"

"Itu benar. Kibum sangat arogan, Kyu." Mino setuju. Sejujurnya dia tidak suka dengan Kibum. Tidak suka dengan sikapnya. Selama ini dia hanya cukup menerima karena Kibum terlihat baik pada Kyuhyun.

"Kau seharusnya berpikir lagi soal Kibum."

"Apa maksudmu?" Kyuhyun menatap Eunhyuk yang barusan berkata. Dia tidak suka mendengar kalimat Eunhyuk.

Eunhyuk berdecak pelan. Terlihat enggan mengatakannya, namun dengan pertimbangannya sendiri dia perlu mengatakan ini. "Kibum... kami tidak suka bagaimana dia bertingkah."

"Mwo?!"

"Dengar, Kyu." Eunhyuk menatap lurus mata Kyuhyun. "Kau berlebihan mengagungkan Kibum. Mementingkan Kibum. Bahkan memaksakannya di kelompok kita. Padahal bagi kami, Kibum sama sekali tidak menerima kita. Dia tidak benar-benar bisa berteman dengan kami."

"Karena Kibum tidak banyak bicara? Kalian tahu memang begitu dirinya."

"Jika itu saja kami tidak masalah, Kyu!" sahut Taemin. "Tapi sikapnya akhir-akhir ini sulit dipahami. Kami tahu dia terbebani dengan rumor itu. Kami tahu dia banyak diganggu. Kami tidak diam. Kami berusaha menolongnya. Memberikan bahu kami untuk bersandar. Juga siap untuk mendengarkannya. Tapi apa yang kami dapat? Dia berbalik sinis pada kami. Mendorong kami seolah sampah. Dia bahkan mengatai kami anak manja tidak tahu diri!

Tidak sadar dirinya sendiri seperti itu!! Apa-apaan! Hanya Changmin yang masih bisa bersabar!"

Kyuhyun mendudukkan diri lemas. Menyangga wajahnya dengan kedua telapaknya. Changmin mendekat. Menepuk bahunya sabar. "Kami memang tidak bisa memahaminya. Tapi kami juga punya kesabaran, Kyu. Dengan sikapnya yang seperti itu, entah siapa yang bisa bertahan."

Kyuhyun tidak membalas. Dia mengakuinya sendiri, Kibum memang seperti itu. Changmin masih mengusap bahunya. "Aku minta maaf meminta semua orang untuk tidak mengatakan ini padamu. Aku hanya memikirkanmu."

Kyuhyun mengusap wajah. Menatap semua temannya. Merasa bersalah telah sempat merasa marah pada mereka. Mungkin sudah saatnya dia mengakui betapa sulitnya meluluhkan Kibum. Dia tidak bisa lagi berharap kesabaran teman-temannya. Sekalipun dia sendiri masih berusaha untuk itu.

"Maafkan aku. Tidak seharusnya aku memaksakan kalian menerima Kibum. Maaf. Tapi, terima kasih sudah membantuku selama ini."

Donghae mendekat. Meraih Kyuhyun dalam pelukannya. Donghae sudah menangis cengeng. "Kyu, itu bukan masalah. Aku tidak membenci Kibum. Tapi mustahil jika Kibum terus seperti itu."

Kyuhyun mengangguk. Menepuk punggung Donghae berterima kasih.

"Kami tidak membenci Kibum." Suho berkata. Tersenyum kecut. "Kami hanya tidak memiliki tekad sepertimu, Kyu."

#

Tbc
Friday, June 28, 2019
6:49 PM

Sima Yu'I

an opportunityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang