t

1.3K 155 36
                                    

Begitu Ambulance sampai di rumah sakit. Perawat di sana dengan sigap menurunkan pasien dan dibawa cepat ke UGD. Masuk ke dalam ruangan itu, menahan yang tidak berkepentingan tetap di batasnya.

Kibum kacau sekarang. Melihat ayahnya seperti itu. Dia hanya cemas tapi tidak tahu harus berbuat apa. Kibum berdiri di sana, menatap pintu UGD air mata yang hampir kering. Sampai datanglah brangkar selanjutnya. Decitan roda dan langkah yang terburu menjadi satu, terdengar jelas, menarik perhatian Kibum.

Itu Kyuhyun!

Brangkar itu segera masuk dan seperti Kibum, Papa Cho juga tertahan di luar. Terpaksa melepaskan genggamannya dengan tidak rela. Jika bisa dia ingin tetap di sisi anaknya. Tidak peduli apa yang akan mereka lakukan agar anaknya baik-baik saja. Dia ingin di sebelahnya. Melihat semua proses. Papa Cho hanya ingin memastikan mereka tidak menyerah pada Kyuhyun seburuk apapun kondisinya.

Keduanya tidak ada yang beranjak dari tempatnya. Tidak melakukan keonservasi pun tidak mengistirahatkan diri. Dua orang itu hanya menatap ke depan. Pada pintu di mana keluaarga mereka masing-masing sedang berjuang.

Untuk pertama kalinya Kibum merasa takut akan ditinggalkan. Tidak seperti Mama yang dulu pergi. Papanya mungkin akan pergi lebih jauh dan tidak kembali. Tidak! Kibum tidak ingin seperti itu. Dia butuh Papanya.

Benar. Dia membutuhkan Papa Kim. Dalam keadaan apapun, pria itu selalu ada. Entah untuk bertengkar dengannya atau hanya sekedar saling melihat sinis. Papanya tidak pernah melarikan diri tanpa pulang kembali, kan. Begitulah Papanya selama ini. Dalam kesulitan dan tekanan apapun Papa pasti akan pulang untuk menemuinya dan bertengkar dengannya.

Tidak apa, batin Kibum mulai berdoa. Jika hubungan mereka terjalin dengan pertengkaran sepanjang hari tanpa kasih sayang yang terlihat nyata, biarlah. Yang dia inginkan hanya Papa Kim kembali. Bahkan jika setelah ini dia akan di penjarakan, Kibum juga tidak apa. Dia tidak akan lari, apalagi sampai tidak sudi melihat ayahnya. Kibum akan setia. Seperti Papa, yang selalu di sana sekasar apapun dirinya selama ini.

Papa Cho menoleh saat Kibum terisak. Anak itu menunduk mengusapi air matanya dengan kasar. Hanya begitu, tanpa menegur atau bertanya Papa Cho kembali menatap pintu UGD. Di kepalanya saat ini hanya ada Kyuhyun. Hanya Kyuhyun yang perlu diperhatikan dan dipikirkan. Tidak ada tempat untuk hal lain ataupun orang lain.

#

Mulan datang 25 menit lalu, langsung menghambur pada Kibum. Menangis. Dia sedang mengurus Suri yang sedang rewel saat kepolisian datang memberinya kabar. Diantar polisi itu dia sampai di sini. Pihak polisi bilang kasus penculikan ini akan terus diproses, tapi menunggu sampai tuan Kim dalam keadaan baik untuk dimintai keterangan. Proses penangkapan dan pengadilan juga akan dilanjutkan setelahnya. Semua tergantung kondisi tuan Kim. Tuan Cho tidak mengatakan apapun. Dia hanya mengangguk dan berterima kasih saat polisi itu pamit kembali ke kantor.

Terhitung sudah 2 jam sejak Mulan sampai, pintu UGD hanya sesekali terbuka untuk akses suster keluar masuk entah untuk apa. Hanya sekali juga tuan Cho dan Kibum didatangi untuk tanda tangan. Karena Kibum masih di bawah umur, Mulan memberikan tanda tangannya untuk wali pasien.

Mulan membujuk Kibum untuk duduk. Anak itu terlihat sangat kacau dan lelah. Tapi Kibum menggeleng justru meminta Mulan yang duduk. Melihat Suri, Kibum merasa kasihan. Wanita itu datang membawa Suri. Batita itu ikut menangis saat Mulan menangis. Dan sekarang bersandar lelah di dada ibunya, lalu jatuh tertidur tidak lama setelah Mulan duduk di kursi tunggu yang diletakkan cukup jauh dari pintu UGD.

Mereka masih menunggu dengan cemas. Masih berdoa dan berharap yang terbaik dari kinerja para dokter untuk menyelamatkan keluarga masing-masing.

###

Hari telah berganti. Bukan menjadi lebih baik Kibum justru dihadapkan pada keadaan ayahnya yang tidak kunjung baik. Tuan Kim masih terbaring tidak sadarkan diri. Dokter bilang lukanya parah. Terlebih kaki dan dadanya, pihak Dokter mengatakan untuk dilakukan operasi. Dan itu masalahnya.

Untuk menempati kamar inap saja Kibum tidak sanggup membayarnya. Mulan lagi yang mengeluarkan uang. Mulan bilang itu sudah tanggung jawabnya. Tuan Kim suaminya, Kibum anaknya. Intinya mereka sudah jadi keluarga Mulan. Tapi Kibum tidak enak hati. Wanita itu juga harus mengurus Suri. Kibum menolak bantuannya bukan karena tersinggung atau marah, kali ini dia jelas-jelas takut membebani wanita itu. Anehnya Mulan hanya tersenyum dan menggenggam tangannya. Kemudian melanjutkan apa yang dia perlu untuk tuan Kim.

Kibum tidak bisa mengelaknya. Mulan sudah membantunya. Dia bersyukur sekaligus semakin malu pada wanita itu. Bagaimana Mulan selalu melihatnya dengan mata yang lembut dan menghadapinya dengan kesabaran tinggi. Jika merasa tersinggung atau sedih wanita itu bahkan hanya memilih menghindar dibanding menegurnya. Padahaldengan sikapnya yang kurang ajar itu sudah pantas jika Mulan menegur Kibum dengan kedisiplinan.

"Maafkan Kibum, Papa. Bangunlah. Papa harus sembuh." Kibum meletakkan kepalanya di samping lengan tuan Kim. Bau menyengat obat dan antiseptik berbaur tidak menyenangkan untuk penciumannya, namun Kibum tidak beranjak jauh-jauh dari tempat tuan Kim.

Anak itu berada di titik penyesalannya. Merasakan ketakutan besar yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Juga sadar akan hubungan orang tua dan anak. Tidak peduli sebaik apapun orang lain pada kita atau sekeras dan seburuk apapun orang tua kita, kelurga sendiri jauh lebih baik dalam mencintai. Ketulusan kasih mereka, pengorbanan, rasa sayang, kesabaran. Kibum tidak bisa melihat itu sejak lama pada ayahnya.

"Kyuhyun sekarat Papa." Kibum menangis saat ingat kembali apa yang terjadi kemarin. Betapa hancur sekaligus mengerikannya sosok tuan Cho yang baik hati itu.

Sesaat setelah dokter menjabarkan kondisi Kyuhyun kemarin dan memberi status buruk akan keselamatan sahabatnya yang diambang maut, tuan Cho meraung marah. Bukan hanya dokter yang jadi makiannya tapi juga Kibum dan tuan Kim. Kibum hampir mendapatkan perlakuan kasar dari tuan Cho sebelum orang-orang di sana menahan tuan Cho. Belum lagi saat brangkkr tuan Kim dibawa kelur, tuan Cho semakin murka. Pada tuan Kim yang masih memejamkan mata dia berteriak, memintanya bangun dan bertanggung jawab atas anaknya.

Itu pertama kali Kibum melihat kemarahan tuan Cho. Menakutkan. Tapi pun menyedihkan. Kibum tidak bisa berkata apapun. Sadar akan kesalahan siapa hal ini terjadi. Bukan ayahnya, tapi dia. Kibum turut bersedih atas Kyuhyun, rasa sesalnya jauh lebih besar.

"Dia tidak akan mati, kan Pa? Aku takut jika dia tidak selamat. Aku belum meminta maaf padanya. Belum berterima kasih padanya. Papa," dengan sesenggukan yanng tertahan Kibum mencari lengan ayahnya. Untuk dipegangnya sebagai penguatnya, "aku harus bagaimana?"

#

Pria itu sendirian. Menatap lurus pada kaca tembus yang tidak seberapa lebar demi melihat putranya terbaring diujung maut. Sedih sendiri, tidak berdaya seorang diri. Dia tidak ada keluarga kecuali anaknya. Dia tidak ada teman kecuali putranya. Tuan Cho seorang diri menanggung beban dan kesedihannya.

Rasanya berat sekali. Hatinya sakit luar biasa. Tenaganya hampir habis jika tidak ingat dia bejuang demi Kyuhyun. Buah hatinya. Tumpuan hidupnya. Harapannya. Masa depannya. Kyuhyun.

Demi Tuhan, tuan Cho telah bersabar atas kehilangan istrinya bertahun-tahun silam. Dia patah hati dan jiwanya menjadi rapuh. Dia jatuh terpuruk hampir tidak kenal dunia. Dia kehilangan kekasih hatinya. Separuh jiwanya. Namun tangan kecil itu meraihnya. Memberikan kehangatan yang menakjubkan. Menyadarkannya dia tidak sendirian. Kyuhyun bersamanya. Untuk menjalani hidup tanpa sosok Ibu dan Istri. Untuk menangis dan tersenyum bersama. Meyakinkannya bahwa dia akan bangkit dan baik-baik saja.

Tapi sekarang sosok itu di dalam sana. Berjuang untuk hidup dibantu alat rumah sakit. Sedangkan dirinya hanya bisa melihat dari sini. Tidak tahu harus bagaimana. Tidak tahu apa-apa lagi selain sakit hati dan kesedihan.

"Bertahan, ya Nak. Papa mohon sayang. Kau kuat." Tuan Cho menyentuh kaca seolah menyentuh wajah putranya. "Papa… Papa pasti menemukan cara untuk menyelamatkanmu. Kita tidak boleh menyerah, bukan. Pasti ada cara untuk dilakukan. Pasti."

Tuan Cho mengusap air matanya meski percuma, air matanya akan turun dan terus turun, memberikan gambaran betapa besar dukanya. Dia berbalik. Melangkah pelan dan semakin cepat.

#

"Kibum,"

Mulan menggoyang pelan bahu Kibum. Membangunkan anak itu yang terlelap di tepian ranjang ayahnya. Hari sudah gelap dan Kibum tidak makan seharian. Mulan khawatir dia akan jatuh sakit jika begini terus.

"Bangun dulu. Aku bawakan makanan."

Kibum mengerjapkan mata. Menegakkan badan menatap sebentar Mulan lalu beralih pada sang ayah. Matanya menyendu cepat begitu melihat ayahnya masih seperti itu.

"Papa pasti akan sembuh, Kibum. Kau sudah mendukungnya dengan baik. Dia pasti bisa merasakan kehadiranmu. Untuk putranya dia pasti bangun."

Kibum menunduk. Meremas jemari ayahnya yang dia genggam. "Bagaimana saat dia bangun nanti?"

"Ne?"

"Apa Papa akan ditangkap?"

Mulan meluruskan bibir. Kibum kembali menatapnya. Meminta jawaban. Mulan terpaksa tersenyum. Dia tidak bisa menutupinya.

"Bagaimanapun Papa telah berbuat salah. Dia harus menebus kesalahannya baru bisa menjalani hidup tanpa beban."

Mata Kibum berkaca, tapi dia tidak akan sebrutal itu lagi. Dia tahu ayahnya harus bertanggung jawab akan kejahatan yang telah dilakukannya. Dia akan menerimanya. Bukan saatnya untuk mengeluh, bukan.

"Apa kau tidak malu? Kau tidak kecewa? Kau tidak ingin meninggalkan Papaku?" tanya Kibum setelah mampu menahan air matanya.

Mulan tersenyum lembut. Mengusap kepala Kibum sayang. "Kau belum mempercayaiku. Tidak apa. Setelah ini kita akan saling mengenal lebih jauh."

"Kau sungguh bersama Papa karena cinta?"

"Iya. Kami tidak memiliki apapun selain itu untuk memulai hubungan. Tidak harta. Tidak juga kemolekan. Aku dan Papamu, juga telah melakukan kesalahan. Tapi kami tidak lari. Kami sadar untuk bersabar dan bertahan. Seperti sekarang. Bahkan jika aku bisa lari, itu tidak akan menjamin tidak ada kesusahan di tempat lain."

"Tapi Mamaku melarikan diri dengan pria lain."

"Kau membenci Mamamu, Kibum?"

"Tidak tahu. Aku hanya tidak ingin melihatnya lagi."

"Kau boleh kecewa. Tapi jangan pernah membenci orang tuamu sendiri."

"Aku akan mendengarkanmu."

Mulan tertawa kecil. Matanya berkaca mendengar kepatuhan Kibum. Apa ini bisa dibilang Kibum sudah menerimanya? "Ayo, makan. Jangan sampai kau ikutan sakit."

Kibum bangun dari duduknya. Mengikuti Mulan yang berjalan keluar dan duduk di kursi tunggu. Mulan menyiapkan makanan yang dia bawa untuk Kibum. Meski rasanya kelu untuk makan, tapi anak itu berusaha untuk menyuap makanannya. Di saat begini, makanan enakpun rasanya hambar. Namun kelegaan serta sedikit semangat yang entah bagaimana dia dapatkan setelah bicara dengan Mulan, Kibum bisa menikmati makanan itu.

"Setelah ini pulang saja. Aku yang akan menunggui Papa malam ini." Kibum akan menggeleng tapi Mulan langsung menyela. "Ini namanya kerja sama dalam kelurga. Kita tidak bisa menanggungkan beban hanya pada satu orang. Kibum akan pulang istirahat lalu besok kembali ke sini lagi."

"Aku sudah banyak membebanimu."

"Tidak. Sejak aku menjadi istri Papamu itu telah menjadi kewajibanku. Jangan merasa sungkan lagi. Kau bilang akan mendengarkanku, kan."

"Baiklah. Suri di mana?"

"Aku menitipkannya pada Bibi sebelah rumah. Dia sudah makan dan meminum susu. Jika kau tidak keberatan, kau bisa menjaga Suri?"

Kibum ragu. Dia tidak pernah bersinggungan dengan anak-anak selama ini. Memangnya dia bisa menjaga batita?

"Tidak apa, Kibum. Suri tidak terlalu rewel. Kau hanya perlu menemaninya tidur. Bibi sebelah akan menemanimu. Aku sudah bilang padanya."

Kibum mengangguk. "Baiklah."

Menyelesaikan makannya dengan cepat, Kibum akhirnya pulang dengan taksi yang dipesankan Mulan. Mulan sendiri memasuki ruang rawat tuan Kim dan menempati kursi yang sebelumnya ditempati Kibum. Mengambil tangan suaminya. Mengecupnya dalam.

"Kami menunggumu. Kau harus melihat Kibum. Dia tegar, sayang. Apapun yang terjadi nanti, kau tidak boleh takut karena kami bersamamu."

###

Tbc
Thursday, July 11, 2019
6:32 AM

Sima Yu'I

an opportunityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang