"Kau jadi pergi kemarin?"
Kibum bertemu gadis itu saat pagi di koridor masuk. Garis bibir Seohya memanjang dan melengkung, hingga kedua pipinya naik. Kibum cukup paham maksudnya dan tidak lagi bertanya.
Lagi pula, aneh juga. Dia bukannya sudah tahu Seohya pasti ke rumah Kyuhyun, untuk apa bertanya. Kyuhyun menerornya semalam. Menggerutu panjang pendek dan bersungut-sungut tidak jelas. Kibum yang mengangkat ponselnya jadi jengah bermenit-menit hanya mendengar tujuan Kyuhyun menghubunginya hanya untuk mengomel. Giliran dia membalas dengan kalimat; 'tapi senang, kan, Seohya datang?' tanpa nada, Kyuhyun langsung mematikan sambungan telepon.
"Kau tidak tanya keadaanya?" rupanya Seohya mengekor di belakang Kibum. Lalu dengan satu langkah lebar beralih di sebelahnya. "Dia menanyakanmu. Papa Cho orangnya baik, ya. Pantas Kyuhyun juga baik."
Kibum melirik Seohya tanpa minat. Gadis itu berbicara random seoal ini dan itu yang tidak jauh-jauh dari kegiatannya kemarin menjenguk Kyuhyun. Kibum ingin lari sebenarnya. Tapi malas juga pagi-pagi harus buang tenaga. Terpaksa mendengar cerita Seohya.
"Oh, Kibum!"
Kibum berhenti diikuti Seohya. Wali kelas mereka, guru Park, memanggil dari arah belakang. Kedua murid itu menunduk hormat pada guru Park.
"Kibum bisa ikut aku sebentar?"
"Iya."
#
Kyuhyun keluar kamar berbalut kardigan besar. Berjalan malas menruni tangga hingga sampai di meja makan. Papa sudah ada di sana, membaca korannya ditemani secangkir teh.
"Papa tidak kerja?" tanya Kyuhyun begitu duduk.
"Tidak. Kan, kita mau ke Rumah Sakit." Papa Cho melipat korannya, ditaruhnya di sudut meja. Lantas meminum tehnya. Selama itu dia menyempatkan diri melihat Kyuhyun dengan sudut matanya.
Kyuhyun menguap masih mengantuk. Padahal tidurnya cukup lama. Sekarang saja dia bangun lebih siang. Kedua tangannya menarik sisi-sisi kardigan untuk membungkus badannya.
"Jam berapa pergi?"
"Delapan. Sarapan dulu baru pergi."
Papa menyibak poni Kyuhyun. Menyentuh keningnya yang sedikit hangat. Kemarin Dokternya bilang tidak perlu obat penurun panas. Kyuhyun hanya diberikan suntik vitamin lalu mengingatkannya untuk jadwa check-up.
"Masih pusing?" tidak hanya kening, Papa Cho juga menyentuh pipi dan leher Kyuhyun. Memastikan benar-benar suhu badan putranya. Dia tersenyum lega saat Kyuhyun menggeleng untuk pertanyaannya. "Bibi masih buat sarapan. Kau mau pergi cuci muka dulu atau nanti saja?"
"Nanti sekalian bersiap," putus Kyuhyun seraya mengeluarkan ponselnya. Mengecek beberapa pesan di aplikasi chat. Di grup kelasnya, teman-temannya menanyakan dirinya. Kyuhyun mengetik balasan untuk mereka. Yang langsung mendapatkan balasan.
Kyuhyun memang tidak pintar dalam pelajaran. Tidak seperti Kibum. Tapi dalam hal berteman, Kyuhyun jauh lebih baik dari Kibum. Teman Kyuhyun bukan hanya di kelasnya saja. Hampir di seluruh kelas pada angkatan mereka mengenal dan dikenal Kyuhyun. Sampai pada adik-adik kelas. Jadi kalau dipikir Kyuhyun cukup populer juga. Bukan karena prestasi, melainkan sikap dan perilakunya.
"Pulang Sekolah mereka akan datang." Kyuhyun menatap papanya, meminta ijin untuk teman-temannya yang akan menjenguk.
"Datang saja. Nanti Papa suruh Bibi siapin makanan untuk mereka."
"Memangnya kita sudah pulang? Hari ini ada rapat para Guru, jadi Sekolah bubar lebih awal. Aku minta Kibum datang juga."
"Seohya ikut juga, tidak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
an opportunity
FanfictionKyuhyun sempurna hidupnya, begitu di mata Kibum. hidupnya bahagia. hidupnya menyenangkan. padahal ceroboh dan tidak pandai. lebih baik dirinya soal otak dan kemampuan olah raga. tapi kenapa Kyuhyun yang memiliki hidup bahagia? dibanding dirinya yang...