d

1K 136 9
                                    

Kibum hendak langsung pergi saat dilihatnya ada papanya di meja makan. Merokok, apa lagi. Kibum mencibir dalam hati melihat kebiasaan papanya ini. Sudah syukur belakangan mereka jarang ketemu jadi mengurangi intensitas pertengkaran.

"Tunggu. Sarapan dulu. Sini, duduk."

"Tidak," tolak Kibum mentah.

Entah ada apa dengan papanya itu, dia tidak marah seperti biasanya. Sebaliknya dia membujuk Kibum. "Duduk dulu. Pelayan kita sudah berhenti, tapi aku membuatkanmu nasi goreng. Kita sarapan, ayo."

Kibum tersenyum sinis. Berhenti, pria itu bilang. Padahal memang sudah tidak bisa menggaji, makanya pelayan di rumah diberhentikan untuk menghemat pengeluaran.

Remaja itu mendekati meja makan bukan untuk duduk, melihat nasi goreng yang disajikan. Cukup terlihat normal, mungkin bisa dimakan. Tapi kibum tidak berselera. Terlebih dengan perubahan sikap papanya. Dia lebih ke merasa curiga.

"Katakan saja, kenapa mendadak bersikap jadi ayah bertanggung jawab."

Papa Kim merasa telah salah mendidik anak. Lihat bagaimana Kibum bersikap. Kalau tidak anak sendiri sudah lama Kibum itu mati di tangannya.

"Baiklah, kalau memang tidak mau basa-basi," papa Kim menyesap dalam rokoknya sebelum berkata, "kau tidak bilang punya teman berpotensi."

"Maksudnya?" Kibum mengernyit tidak paham kali ini.

Papa Kim menekan ujung rokok pada asbak. Matanya menatap Kibum dalam. "Anak yang pagi-pagi itu ada di halaman, dari keluarga Cho, bukan?"

"Jika benar, kenapa?" Kibum melipat tangan, antisipasi pada perkataan papa selanjutnya.

Papa Kim terlihat sumringah. Menepuk meja dengan antusias. "Sangat berpotensi! Keluarga itu bisa membantu kita, Kibum. Tuan Cho sudah menjadi rekanan bisnis yang paling dicari selama ini."

Mamanya selalu benar. Tidak ada yang berguna di otak papanya selama ini. Tidak dalam pekerjaan atau pun rumah tangga. "Maksudmu kau ingin memanfaatkan pertemananku dengan Kyuhyun untuk mendekati Papa Cho?"

Entah apa yang membuat binar mata papa Kim semakin kuat. Padahal apa yang terlihat bagi Kibum saat ini, papanya sangat tidak tahu malu. "Papa Cho? Kau sudah sangat dekat mereka rupanya. Itu bagus. Lain kali kita pergi ke sana. Aku perlu menjalin hubungan baik dengan orang tua anakku. Sayang sekali kau bukan anak perempuan. Kal,"

"Sialan!" Kibum menggebrak meja hingga piring berisi nasi goreng bergetar. Dia muak. Sungguh. Mengetahui papanya memiliki niatan seperti ini membuat harga dirinya tersentil.

"Apa-apaan, Kibum!"

"Berani kau mendekati mereka, aku tidak sudi lagi menjadi anakmu!!"

"Kau menolak saranku?!"

"Iya!!" yang benar saja. Kibum bahkan tidak bercerita soal ini pada Kyuhyun. Dia menutupi kenyataan bahwa bisnis papanya berada dalam masa sulit.

"Kau ini bodoh, ya! Ini gunanya punya teman!! Tuan Cho bisa membantuku keluar dari kebangkrutan!!"

"Tidak! Dan tidak akan!!" Kibum berbalik dengan cepat. Tidak peduli jika papanya kembali ke sifat aslinya. Marah-marah.

Kibum masih cukup punya malu. Bagaimana pun dia tetaplah remaja seperti pada umumnya. Sedikit naif dan memiliki keresahannya sendiri. Yang mendapat kepercayaan diri dari reputasi orang tuanya. Mamanya wanita karier sukses dan papanya seorang pebisnis. Memiliki sahabat, Kyuhyun, yang juga berasal dari keluarga terpandang.

Dia sudah begitu nyaman dengan papa Cho dan Kyuhyun. Ada beberapa kebahagiaan yang tidak dia dapatkan di rumahnya sendiri saat bersama mereka. Kalau sampai Kyuhyun tahu dia akan jatuh miskin, Kibum tidak yakin masih berani berada di sekitarnya lagi.

an opportunityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang