e

985 126 9
                                    

"Apa tidak lebih baik istirahat saja, Kyu?"

Papa Cho masih cemas dengan keadaan anaknya. Semalam suhu tubuh Kyuhyun berubah-ubah mengkhawatirkan. Hampir membuatnya segera melarikan anak itu ke rumah sakit. Tapi Kyuhyun menolak. Bersikeras jika dirinya akan baik-baik saja.

Lalu pagi ini anak itu bersiap seperti biasa mengaku jika dia sudah tidak apa-apa. Memang nampaknya baik-baik saja, hanya tersisa sedikit pucat. Tapi itupun tidak membuat papa Cho merasa tenang.

"Papa, tiduran saja itu membosankan, tahu. Jadi makin pegal dan kaku. Papa santai saja. Aku hanya pergi sekolah. Janji, aku tidak akan memaksakan diri begitu merasa tidak enak. Aku akan langsung ke UKS," kemudian menambahkan saat papa Cho akan membuka mulutnya, "aku tidak akan memaksa otakku juga untuk berfikir. Ada Kibum, aku akan menyontek padanya. Seperti biasa. Oke, Papa?"

Menghela napas panjang, Papa Cho menyerah. "Tapi Papa antar dan jemput. Tidak ada sepeda hari ini."

Kyuhyun mengangguk puas. Tidak masalah diantar, yang penting bisa sekolah.

#

Kibum selalu merasa tidak memiliki ketenangan berada di rumah ini. Padahal kemarin dia bersenang-senang dan malamnya tidur dengan nyenyak. Tapi apa yang dia lihat pagi ini?

Wanita itu ada di sana. Di dapur rumahnya. Entah kapan datangnya, atau sudah sejak kemarin datang dan menginap? Ayahnya sendiri duduk di meja makan memangku gadis cilik yang dulu itu. Terlihat seperti keluarga harmonis. Istri yang memasak dan ayah yang mengurus putri kecilnya.

Menjijikkan!

Kibum berlalu, sengaja menyenggol vas bunga di dekat tangga hingga pecah. Lalu ayahnya akan berteriak dan mengomel padanya.

Sudah biasa. Masa bodoh. Terserah. Sebahagia mereka.

Sampai di luar, Kibum menggeram tidak tahan. Apa wanita itu akan resmi tingga di sini? Ah, sialan! Mana Ibunya sendiri juga tidak ada menghubunginya sejak keluar dari rumah. Kibum ingin sekali pergi kepada Ibunya, meminta tinggal dengannya. Tapi sampai sekarang tidak ada kabar darinya.

Kibum mengayuh sepedanya tidak bersemangat. Rasanya ingin lari entah ke mana. Dia malas juga ke sekolah. Pada akhirnya dia menepi, membuka jaket, melepas seragam atasnya dan mengenakan kembali jaketnya. Dia memutar arah kembali, bukan untuk kembali ke rumah melainkan ke tempat lain.

#

Kibum menenggelamkan dirinya di bilik warnet. Bermain game sejak datang. Bergerak hanya untuk membeli minum dan camilan yang tersedia di sana, lalu kembali sibuk nge-game.

Dia meninggalkan tempat itu lewat jam makan siang. Merasa kelaparan karena pagi ini dia keluar rumah tanpa sarapan. Mengendarai sepedanya dia mencari minimarket untuk mendapatkan ramen instan dan sekotak susu.

Itu pemandangan yang tidak menyenangkan. Saat di lampu merah, dia berhenti bersama kendaraan lainnya. Di sebelahnya ada sebuah mobil. Kibum iseng menoleh, tidak berniat memperhatikan. Tapi seseorang di dalam mobil itu dia menyedot perhatiannya.

Wanita itu menikmati ciumannya dengan seorang pria. Kibum mengenali wajah itu sebagai mamanya. Diliputi emosi, Kibum menendang pintu mobil dengan keras. Si pemilik mobil merasa terganggu kemudian membuka kaca mobil siap memaki. Tapi wanita bersamanya segera menahannya.

#

Kibum menatap mama dan pria itu dengan tajam. Ketiganya berada di tepi jalan setelah aksi anarkis Kibum.

"Kibum, kau tidak pergi sekolah?" ini mamanya yang bertanya.

Kibum melengos gerah. Detik berikutnya dia kembali menatap mamanya. "Kau berkencan dengannya?" tanyanya langsung.

an opportunityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang