q

1K 160 54
                                    

Kyuhyun memasuki kelasnya hanya untuk menyeret Kibum. Mengabaikan sapaan teman-temannya, bahkan Seohya. Dia butuh bicara dengan Kibum tapi tidak di depan semua teman sekelas. Mereka butuh tempat dan waktu untuk berdua saja.

"Lepaskan, Kyuhyun. Aku tidak ada waktu untuk meladenimu."

Kyuhyun hanya menoleh tanpa mengucapkan apapun, apalagi melepaskan tangan Kibum yang dia pegangi benar-benar. Takut Kibum lepas dan pergi darinya.

Kibum mendesah kasar. Pergelangannya cukup sakit, ngomong-ngomong. Namun selanjutnya dia diam saja. Membiarkan dirinya diseret Kyuhyun ke manapun yang dia mau.

Kyuhyun akhirnya berhenti di atas atap. Menutup pintu yang menuju ke atap. Mengambil napas panjang nan dalam. Meletakkan sebentar keningnya di permukaan pintu. Kepalanya terasa berat, belum lagi rasa tidak nyaman di perutnya. Dia memejam, menekan semua rasa itu sebelum berbalik menyusul Kibum yang berjalan hingga ke tepi pagar kawat jaring.

"Kibum."

"Aku sudah bilang untuk tidak mendekatiku lagi. Tapi kau keras kepala rupanya."

Kyuhyun menarik lengan Kibum. Tidak suka berbicara dengan punggung, dia lebih suka melihat wajah Kibum dan saling menatap mata. Namun begitu menatap mata Kibum, Kyuyun bungkam. Begitu banyak yang ingin dia tahu dari Kibum. Semua penjelasan dari segala pertanyaan di kepalanya saat ini. Begitu banyak sampai dia sendiri tidak tahu bagaimana mengatakannya.

"Apa yang terjadi Kibum?"

"Tidak ada."

Kyuhyun menggeleng. "Aku tidak tahu apa-apa. Tapi tidak ada seorang pun yang mengatakan apapun padaku. Bahkan kau sendiri. Jika hari ini aku tidak datang, aku akan tetap tidak tahu sampai akhir. Apa begini kau memperlakukan temanmu?"

Kibum mendecih. Kyuhyun ini keras kepala. Sudah ditolak dan dibuang masih saja menyebut dirinya teman.

"Kibum, semua orang menyerah terhadapmu. Nae chingue, neo chingue. Semuanya tidak memahami dirimu."

"Tidak masalah untukku."

"Walau aku juga akan seperti itu?"

"Iya."

"Kau bersungguh-sungguh?"

"Sekarang aku yang tidak mengerti dirimu. Anni. Sejak awal aku tidak paham orang bodoh sepertimu. Menjadi temanku? Jangan bermimpi. Aku tidak membutuhkan dirimu atau siapapun." Kibum maju selangkah. "Jika kalimat sejelas itu masih tidak bisa kau pahami, aku tidak bisa mengatakan apapun lagi."

Kibum melangkah hendak pergi. Kyuhyun berbalik menerjang Kibum yang sudah berjalan hingga remaja itu terjatuh. Kemudian Kyuhyun menaiki tubuhnya, duduk di perut Kibum. Menekan remaja itu untuk tetap berbaring.

"Apa masalahmu Kibum!! Kau pikir kau sehebat itu?!! Kau pikir kau bisa sendirian tanpa orang lain!! Jangan buta, Kibum! Jangan terlalu angkuh!! Kau akan menyesal nanti. Kau sendiri yang akan terluka." Bibir Kyuhyun bergetar. Kesepuluh jarinya mengerat kerah seragam Kibum dengan bergetar.

Kibum tersenyum sinis melihat air mata Kyuhyun jatuh di wajahnya. "Bagiku, kau yang terlihat menyedihkan sekarang."

Bugh!

Satu pukulan. Kibum tertawa.

Lagi, Kyuhyun memukul wajahnya dan dia masih tidak mengeluh sakit. Justru tawanya yang semakin besar. Membuat Kyuhyun frustasi sendiri dan menjerit. Lantas jatuh di dada Kibum, menangis.

"Aku lelah Kibum. Aku sakit. Aku membutuhkanmu. Jangan seperti ini, kumohon jangan seperti ini. Bukan hanya dirimu yang menderita. Semua orang. Semua orang mengalami masa sulitnya."

an opportunityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang