o

1K 139 28
                                    

Kyuhyun melewati massa sulitnya dua hari ini. Selama itu pula, Kyuhyun tidak mendapat kabar dari Kibum. Entah apa yang terjadi di sekolah. Entah bagaimana juga nasib pertengkaran mereka waktu itu. Hal itu membuat Kyuhyun resah. Tidak sabar untuk segera keluar dari rumah sakit.

"Istirahat, Kyu. Jangan main HP terus. Letakkan itu." Papa Cho sedikit menyesal menuruti anaknya membawakan ponsel jika tahu Kyuhyun akan sangat sibuk dengan benda pipih canggih tersebut.

"Sebentar, Papa. Aku belum dapat kabar soal Kibum." Kyuhyun sedang berusaha mengorek kabar sahabatnya itu dari yang lain. Tapi rata-rata jawaban mereka hanya itu-itu saja. Kibum baik. Kibum sedang giat belajar. Kibum ini. Kibum itu. Yang intinya Kibum baik-baik saja.

Seharusnya Kyuhyun lega. Iya, dia senang Kibum baik-baik saja. Tapi lebih dari itu, Kyuhyun berharap Kibum menanyakannya. Atau menghubunginya sendiri lalu Kyuhyun bisa merengek minta dijenguk, ditemani. Tapi sampai saat ini tidak ada satu notifikasi apapun dari nomor Kibum.

"Ada apa memangnya? Nanti kalau sudah sehat pun kalian bakal ketemu di Sekolah."

Mendengar itu bahu Kyuhyun melemas. Ponselnya lepas dari genggaman, masih di atas pangkuan. "Aku melakukan kesalahan pada Kibum. Dia tidak akan memaafkanku."

"Hari itu, sewaktu kau pulang menangis?"

Kyuhyun mengangguk. Mengulurkan tangan minta dipeluk papa Cho. Yang begitu saja dituruti si papa. "Nanti kau bisa minta maaf. Sekarang pikirkan untuk segera sehat lagi. Istirahat yang banyak. Jangan banyak pikiran. Minum obatnya teratur, makannya juga yang lahap."

"Tapi aku sudah bosan ada di sini."

"Baru tadi malam Dokternya bilang keadaanmu membaik. Tapi bukan berarti sudah sehat benar, Nak. Masih harus dirawat di sini. Sabar, ya."

Kyuhyun mengangguk patuh di dada papanya. "Papa."

"Heum?"

"Tidak apa, ya, aku tidak lulus?"

"Iya. Masih ada tahun depan."

"Tapi masih boleh masuk Sekolah, kan setelah ini?" Kyuhyun mendongak, menatap papanya yang berdiri sambil memeluknya. "Aku tahu harus istirahat banyak mulai sekarang. Tapi masuk sebentar saja, sebelum mereka ujian, lulus, lalu kami tidak ketemu lagi."

Dokter menyarankan agar Kyuhyun istirahat total dan fokus di pengobatan. Itu artinya Kyuhyun tidak akan lagi Sekolah. Tidak ikut ujian, tidak akan lulus tahun ini. Terlebih lagi, Dokter akan menjadwalkan tranplantasi hati buatan untuk menunjang kinerja hatinya yang sudah tidak maksimal. Kyuhyun ingin masuk Sekolah sebelum dia menjalani semua itu. Melihat teman-temannya yang akan berjuang untuk masa depan mereka. Begitu juga dirinya, Kyuhyun juga akan berjuang untuk masa depannya. Dia ingin sembuh. Ingin terus berjuang sekalipun banyak rasa sakit yang akan dia hadapi.

Demi papa.

"Boleh." Papa Cho tersenyum menyanggupi permintaan Kyuhyun.

#

Kibum berharap bisa protes keras. Tapi tidak ada pilihan lain. Rumah belum terjual, tidak ada uang untuk menyewa tempat baru. Terpaksa dia mengikuti papanya ke rumah wanita itu. Seberapa besar dia berharap tidak meninggalkan rumah kenangannya, tapi hal seperti ini tidak bisa dihindari.

"Kamar Kibum ada di sebelah sana, ya."

Kibum langsung berjalan menggeret koper, menolak dibantu Mulan. Memasuki kamar dan menutup pintunya kembali.

"Tolong maklumi, ya, sayang."

Mulan menggeleng kecil. Mengusap lengan suaminya maklum. Dia tidak ambil hati sikap Kibum. Sebisa mungkin memahami Kibum yang seperti itu. Mulan juga merasa bersalah. Bukan dia tidak tahu selama ini tuan Kim memiliki istri dan anak. Dia tahu. Tapi tetap menjalani hubungannya. Karena cinta. Dia mencintai tuan Kim sepenuh hati. Maka dia juga menerima semua konsekuensinya.

an opportunityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang