u

2.1K 177 53
                                    

Kibum datang ke rumah sakit keesokan harinya. Membawa Suri yang merengek tidak mau dilepas Kibum. Bahkan ketika bibi tetangga sudah menggendongnya, dia menangis lebih keras menyentuh kepedulian Kibum. Apa dengan tidur bersama semalam saja Suri jadi begitu lengket padanya? Entahlah.

Suri tenang di lengan Kibum hingga samai di ruangan papanya. Mengetuk pintu untuk memberi tahu yang di dalam ada pengunjung, Kibum masuk kemudian tertegun.

"Kemari, Kibum." Mulan bangkit. Mengambil alih Suri darinya dan membiarkan Kibum lebih dekat dengan ayahnya. "Dia bangun pagi sekali. Dokter bilang itu keajaiban. Dia bisa bertahan karena kemauannya."

Mulan menyingkir keluar untuk memberi waktu mereka berdua. Kibum langsung menghambur pada ayahnya. Memeluknya dengan sangat berhati-hati. Tidak menekan. Cukup menempelkan tubuhnya. Masih ingat jika ayahnya terluka di banyak tempat.

Tapi Kibum menangis. Memanggil Papa berulang kali yang membuat Papa Kim ikut meneteskan air mata. Dokter bilang dia tidak boleh banyak bergerak dan berbicara dulu tapi demi Kibum dia berusaha menggerakkan tangannya. Menyentuh kepala Kibum.

"Aku takut sekali kau pergi. Maafkan aku, Pa. Maaf." Kibum akhirnya bisa mengucapkannya di saat ayahnya membuka mata. Hatinya lega. Perasaannya sedikit tenang melihat ayahnya bisa bertahan.

Kibum tidak melepas genggaman tangannya di tangan tuan Kim. Menatap ayahnya tidak bosan. Begitu juga tuan Kim, hampir tidak berkedip pada wajah putranya yang rasanya lebih lembut sekarang. Padahal dia telah berbuat kesalahan tapi justru sikap Kibum menjadi seperti ini. Dulu mustahil Kibum akan meminta maaf dan memanggilnya Papa dengan hangat. Namun sekarang itu telah berubah.

Harusnya dia bersyukur tapi begitu ingat kesalahan apa yang dia lakukan, tuan Kim tidak bisa menikmatinya terlalu lama. Dia gelisah dan mencoba membuka mulutnya untuk bersuara.

"K-kyu…hyun…?" hanya dengan satu kata itu dia berusaha menyampaikan tanya pada Kibum.

Kibum sedikit terkesiap. Namun dengan cepat Kibum mencoba bersikap baik. "Papa jangan pikirkan itu dulu."

Nyatanya Kibum sendiri belum siap menyinggunng masalah itu di saat dia bersyukur ayahnya telah bangun. Sampai sekarang pun dia belum melihat bagaimana Kyuhyun. Bagaimana keadaannya sekarang bahkan di kamar mana temannya itu dirawat dia tidak tahu. Kibum tidak berani pergi untuk mendapati mata asing tuan Cho dan menghadapi kondisi Kyuhyun yang buruk.

"Karena Papa bisa berjuang sejauh ini, aku yakin Kyuhyun juga pasti akan baik-baik saja." Kibum memaksakan senyumnya. Dan tuan Kim sama sekali tidak merasa lega dengan itu. Kibum terlihat lebih suram saat mengatakannya. Seolah hal lebih buruk terjadi pada Kyuhyun.

Tentu saja dia masih ingat bagaimana terakhir kali dia melihat keadaan Kyuhyun. Anak itu muntah darah dan tidak bangun sama sekali. Setelah kecelakaan, saat dia mencoba keras untuk tetap sadar dia memberi tahu orang yang berusaha mengeluarkannya keadaan Kyuhyun. Meminta mereka untuk menyelamatkan Kyuhyun lebih dulu tapi mereka hanya menenangkannya dan tetap mengelurkannya. Setelah itu dia tidak tahu bagaimana.

"Ki-bum…dia selamat, kan?"

Kibum mengangguk. "Kyuhyun ada di Rumah Sakit yang sama, Papa. Tolng jangan pikirkan itu lagi. Papa harus segera sehat."

Karena desakan suara Kibum tuan Kim tidak lagi bertanya. Dia juga lelah hanya dengan beberapa kalimat itu. Tubuhnya sedang tidak merasakan sakit memang, sebab obat yang diberikan dokter. Tapi tenaganya seolah terkuras habis dan terbatas.

Tuan Kim menatap langit-langit ruangan, berkedip lamban. Hal lain sedang dia pikirkan. Mengganggunya dalam diam.

#

Mulan menoleh saat Kibum akhirnya keluar. "Kenapa keluar?"

Kibum mendudukkan diri di sebelah Mulan. Suri bermain dengan jari ibunya saat menoleh dan mengeluarkan senyum. Kibum tidak kuasa membalas senyumnya. Suri batita ceria menurutnya.

"Papa sudah tidur."

"Kau bicara banyak hal dengannya? Melepas ketakutan dan rindumu?"

Wajah Kibum sedikit memerah karena malu. Mulan tertawa kecil. Menghela napas panjang. "Kau sudah bisa kembali Sekolah kalau begitu."

Kibum terkejut, bukan karena kalimat Mulan. Tapi karena kenyataan bahwa dia harus menghadapi dunia setelah insiden ini. Mulan melihat kekhawatiran Kibum dan mencoba untuk menguatkannya.

"Tidak boleh lari Kibum. Akan seburuk apa penilaian orang. Atau sekeras apa mereka memperlakukan kita setelah ini. Hal itu tidak bisa dihindari. Kau hanya harus percaya semua akan berlalu."

Kibum hanya remaja 15 tahun. Tentu hal itu akan menjadi sangat menakutkan untuknya. Mulan tidak akan mendesaknya jikapun Kibum belum siap kembali Sekolah. Dia mungkin akan menunggunya sampai siap. Tapi Kibum yang telah melewati banyak hal dalam hidupnya, sepertinya jauh lebih tegar sekarang.

"Aku akan Sekolah."

Mulan menjadi sangat lega karenanya. Bagamanapun waktu mendekati ujian semakin dekat. Kibum hanya perlu melewati beberapa langkah lagi untuk lulus dan melanjutkan hidup.

Kibum melihat Suri lalu mengambil bocah itu dari Mulan. Memangkunya. "Kau belum sarapan, kan? Pergilah ke kantin. Aku akan menjaga Suri dan Papa."

Mulan tidak menjawab, menatap Kibum dan suri bersamaan. Menimbulkan tanda tanya Kibum. Mulan tersenyum lebar. Mencubit gemas pipi Suri.

"Kalian sudah lengket, ya. Suri benar-benar menyukai Kakaknya, hm?"

Kibum ikut tertawa. Lalu membiarkan Mulan beranjak untuk mengurus keperluan tubuhnya.

Sepeninggal Mulan, Kibum tidak bisa tidak berpikir tentang Kyuhyun. Keinginannya untuk melihat Kyuhyun berhasil dia tekan selama ini. Sampai ayahnya telah membuka mata, dia juga berharap Kyuhyun akan baik-baik saja.

'Kau juga harus bertahan Kyuhyun. Ijinkan aku meminta maaf dengan benar. Ijinkan aku mencoba sekali lagi untuk menjadi teman yang benar.'

###

Mulan sengaja berada di rumah lebih lama. Kibum sudah kembali ke Sekolah mulai hari ini. Dia menyiapkan sarapan, bekal dan uang saku untuk Kibum. Kibum tidak lagi menolak. Sedikit merasa malu saat menerima semua pemberian Mulan. Tapi wanita itu tersenyum begitu hangat. Serta menyemangatinya yang beranjak dengan berat.

"Aku tidak bisa membantumu banyak. Tapi percayalah, aku dan Papamu akan selalu ada untukmu. Suri juga."

Kibum tertawa tanpa suara. Dia mengambil sepedanya. Dan sebelum benar-benar pergi dia menatap kembali Mulan. Berkata dengan ragu, "b-bisakah aku tahu kabar Kyuhyun?"

"Kau mau aku melihatnya?"

"Itu…" Kibum menunduk. Melihat ujung sepatunya. "Tolong,"

"Baiklah. Aku akan menjenguknya hari ini."

Kibum benar-benar berhutang banyak pada Mulan. Matanya berkaca saat dia mengangkat wajahnya melihat Mulan. "Terima kasih banyak."

"Kita keluarga, Kibum."

Kibum menganggukkan kepala. Menyeka sudut-sudut matanya. Kemudian bergegas pamit.

#

Dokter bilang kaki kiri tuan Kim tidak bisa pulih sedia kala. Dia akan cacat. Hal baiknya dia tidak perlu kursi roda atau tongkat untuk membantunya berjalan. Mungkin di awal-awal pemulihan dia akan membutuhkannya tapi setelah semua lukanya sembuh dia tidak akan memerlukannya lagi.

Kabar itu sudah cukup bagus menurut Mulan. Bahkan untuk tuan Kim dia pantas mendapatkkan lebih dari itu. Tapi semua hal yang terjadi bukan sesuatu yang bisa dia atur sesuka hati.

Bersama dengan kabar itu, Mulan jga mendapatkan kabar polisi akan datang. Tuan Kim cukup tegang saat mendengarnya. Bagaimanapun dia masih takut akan hukum dan jeruji besi penjara.

"Tidak apa, jalani semuanya. Itu tidak akan lebih buruk dari melarikan diri."

Tuan Kim membalas remasan tangan Mulan. Mengangguk lebih yakin. Apa yang akan terjadi adalah konsekuensi dari perbuatannya sendiri. Hal yang tidak menyenangkan mungkin akan terjadi tapi hal baik lainnya telah datang lebih dulu. Dia mendapatkan kehangatan putranya. Itu jauh lebih penting.

Dan melihat bagaimana Kibum berlaku pada Mulan juga suri, tuan Kim jauh lebih lega lagi. Rasanya dia akan bahagia setelah ini.

"Kapan mereka akan sampai?" tuan Kim bertanya dengan terbata.

"Siang nanti." Mulan mengusap tangan suaminya, berkata "aku akan pergi sebentar?"

"Ke-mana?"

"Mengunjungi Kyuhyun."

Mendengar itu tuan Kim jadi antusias. "Benar. Aku bertanya pada Kibum tapi dia tidak memberiku jawaban pasti. Aku juga,"

"Tidak. Kau belum boleh duduk, mana bisa pergi. Tetap di sini, aku yang akan pergi."

Tapi tuan Kim mengkhawatirkannya. Takut jika Mulan akan mendapatkan kemarahan dari tuan Cho. Dialah yang pantas mendapatkan semua itu. Namun Mulan tetap pergi.

#

Namun apa yang didapati Mulan? Dia pergi bertanya ruangan Cho Kyuhyun dirawat. Dan pihak rumah sakit bilang pasien atas nama Cho Kyuhyun sudah tidak lagi di sana. Dia bertanya apa yang terjadi. Apa Kyuhyun dipindahkan ke rumah sakit lain?

"Kondisinya sangat buruk. Dokter bahkan tidak berani memastikan dia akan bangun. Tapi ayahnya bersikeras anaknya akan baik-baik saja. Lalu kemarin pagi, tuan Cho membawa pergi putranya. Pihak rumah sakit sudah melarang tapi tuan itu bersikeras. Kami tidak bisa melakukan apa-apa lagi dan membiarkannya pergi."

"Pergi? Jadi maksudnya bagaimana?"

"Mungkin dia berada di rumah sakit lain. Tuan Cho bisa melakukan apapun dengan uangnya."

"Kalian tidak tahu Rumah Sakit mana?"

"Maaf soal itu. Tapi tuan Cho tidak memberi tahu tujuannya."

"Bisa, bisa aku tahu alamat tuan Cho?"

"Kau bisa mendapatkannya di bagian informasi."

Suster itu pergi setelah tidak ada yang ditanyakan Mulan. Mulan berpikir sebentar sebelum bergegas pergi ke bagian informasi. Dan bergegas pergi setelah mendapatkan alamat rumah tuan Cho.

Kembali lagi dia terkejut. Rumah tuan Cho tidak benar-benar kosong. Tapi tuan Cho tidak ada di kediamannya. Begitu juga Kyuhyun.

"Tuan kami pergi, Nyonya. Dia hanya berpesan agar kami merawat rumah ini."

"Tolong Ahjumma, saya ingin tahu kabar Kyuhyun."

Pelayan itu justru menangis. "Sungguh kejam orang yang melakukan itu pada tuan kecil kami. Apa yang perlu anda tahu tentang tuan kami? Tuan besar hampir gila beberapa hari ini. Dia sudah kehilangan Nyonya. Hanya tuan Kyuhyun yang dia miliki."

Sambil mengutuk 'penjahat' pelayan itu berlalu menutup pintu. Menolak Mulan bertanya lebih lagi.

Mulan termangu masih di depan pintu. Rasanya seperti tidak ada jalan untuk tahu keadaan Kyuhyun. Ini jauh lebih buruk dari penjara yang menanti tuan Kim.

Apa yang akan terjadi pada Kibum jika dia tahu Kyuhyun dan tuan Cho menghilang? Apa yang akan ditanggung tuan Kim setelah ini? Jika pintu telah ditutup dan mereka pergi entah ke mana. Bahkan jika tuan Kim menyesal dan mecoba meminta maaf harus ke mana dia pergi?

Mulan memutuskan kembali ke rumah sakit. Melangkah dengan lesu. Tepat di depan ruangan suaminya tiga orang polisi bersiap akan masuk. Mulan bergegas mendekat sebelum seorang dari mereka membuka pintu.

"Tunggu,"

Ketiganya menatap Mulan.

"Tuan Cho, kalian tahu dia pergi?" Mulan mungkin sudah buntu untuk bertanya pada polisi-polisi itu. Tidak berpikir bahwa mereka mungkin akan memberi jawaban yang sama.

Dua dari polisi itu berpandangan satu sama lain. Kemudian salah satunya, yang sudah pernah berinteraksi dengan Mulan sebelumnya, memilih untuk menjawab. "Kami tahu."

Mulan terkejut mendengar jawaban itu, lalu antusias untuk mendengarkan lebih lanjut.

"Tuan Cho menginformasikan kepergiannya. Tapi kami tidak bisa memberi tahu anda ke mana mereka pergi. Yang pasti itu untuk putranya."

Sedikit kecewa karena tetap saja dia tidak bisa mengetahui tempat tuan Cho. "Lalu kasus suamiku?"

"Pengacara tuan Cho bertugas untuk itu. Kasus ini akan terus berlanjut."

Iya. Tentu saja. Bagaimana bisa tuan Kim akan semudah itu lepas walau tuan Cho telah pergi. Mulan menghela napas berat. Saat polisi itu meminta ijin untuk masuk dia mengangguk. Mengikuti mereka dari belakang dan langsung berdiri di sisi suaminya.

###

Selesai,

Saturday, July 27, 2019
6:15 AM

Hanya untuk chapter ini kalian menunggu berapa lama?
Hahaha maaf salahku. Dalam krisis keuangan soalnya. Jadi suntuk sekali. Harus beralih menyegarkan diri. Eh keterusan sampai memutuskan ini selesai di sini.
Santai dulu. Mungkin bakal berlanjut ke AO season 2.
Aku ga akan tanya apa kalian mau s2 atau tidak. Aku lagi males berjanji, males nepati janji maksudnya. Dengan begitu jika mood dan keadaan ekonomiku stabil aku bisa kembali fokus ke AO2.
Psssst, mau nyegarin jiwa lagi dengan WangXian.

Bye bye
Sima Yu'I

an opportunityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang