Ada jarak dari halte ke rumah Seohya. Tidak jauh. Tapi Kyuhyun juga tidak ingin membiarkan gadis itu berjalan seorang diri di hari yang sudah gelap. Kyuhyun menggandeng tangan Seohya di sepanjang jalan menuju rumah. Keduanya diam dalam pikiran masing-masing hingga sampai di depan gerbang rumah gadis itu.
"Sudah sampai. Terima kasih untuk hari ini, Kyuhyun."Seohya tidak segera masuk. Dia menunggu sesuatu. Dia sudah membayangkan ini. Atau mengharapkannya. Sebuah pernyataan.
"Masuklah."
"Eh?" senyum Seohya hampir luntur karena kecewa. Tapi Kyuhyun tidak melepas pegangannya.
Kyuhyun yang sadar masih menggandeng tangan Seohya segera melepasnya. Entah perasaannya saja atau memang gadis itu nampak kecewa. Jadi karena cemas Kyuhyun menahan Seohya.
"Ada apa?" Seohya tidak ingin terlalu berharap.
Kyuhyun mengerjap sekali. Melihat selain mata Seohya. Mengambil napas. Seolah memberanikan diri untuk menatap Seohya kali ini.
"Untuk yang kukatakan hari itu,"
"Oh. Aku sudah memaafkanmu. Kencan hari ini untuk menebus hal itu, kan." Seohya mengangguk sendiri. Tersenyum kecut.
"Seohya, kau menyukaiku?"
Mata Seohya melebar. Namun wajahnya segera berubah merah oleh kalimat langsung Kyuhyun. Napasnya tercekat. "A-pa yang kau katakan," kalimatnya melirih tidak berani menatap Kyuhyun lagi.
"Aku juga suka."
Terlalu cepat Seohya mengangkat wajahnya kembali. Menatap tidak percaya Kyuhyun. Mulutnya hanya terbuka. Terlalu terkejut. Jantungnya saja rasanya tidak berdetak saat ini.
Apa ini artinya mereka akan segera jadian?
"Tapi, kita masih sangat muda, Seohya. Maaf, aku mengatakan ini lagi. Cinta orang dewasa belum pantas untuk kita. Mari berteman saja, ne."
Mata Seohya menyendu. "Kenapa? Aku juga menyukaimu. Kita telah saling suka. Kenapa hanya teman?"
"Aku tidak ingin kau terluka lebih awal. Mungkin ini hanya suka. Aku bahkan tidak berani menyebutnya cinta." Kyuhyun tidak ingin melukai Seohya. Tapi ini harus dia lakukan. "Kita bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Kita masih terlalu muda bahkan untuk memikirkan diri kita sendiri. Aku menyukaimu. Mungkin lebih. Karena itu mari berteman saja. Teman spesial. Tumbuh bersama hingga waktu menentukan perasaan kita. Hingga usia menjadi lebih pantas untuk kita."
Untuk beberapa saat Seohya kecewa. Namun kemudian dia mencoba untuk membuka hatinya untuk bisa lebih memahami maksud Kyuhyun. Lantas dia mengangguk. "Aku mengerti. Kita memang masih muda."
Kyuhyun memberikan senyum terbaiknya pada Seohya. Dan gadis itu membalasnya tidak kalah lega. Dia menelengkkan kepalanya, menunjukkan jari kelingking. "Bisa berjanji padaku? Kita teman spesial mulai sekarang. Kita saling menyukai saat ini. Kita membiarkan waktu berjalan hingga menentukan semuanya. Mari bersumpah, untuk saat yang tepat nanti, kita akan saling berterus terang. Tidak peduli jika suka berubah menjadi hampa. Atau suka menjadi cinta. Kita tidak akan menyakiti yang lain dengan berbohong."
Kyuhyun mengaitkan kelingkingnya dengan Seohya. Menyanggupi janji mereka. Menggoyangkan tautan keingking mereka tiga kali. "Kita sepakat."
#
Kyuhyun kembali ke halte tempat mereka turun. Duduk di kursinya dengan lega. Urusan dengan Seohya selesai. Sisa yang lain.
Dia memeriksa ponsenya yang tidak dia buka seharian ini. Memusatkan perhatian sepenuhnya pada Seohya. Membahagiakan gadis itu seperti yang dia janjikan.
Hal pertama yang dia lihat adalah pesan gambar dari Kibum. Itu adalah foto dirinya dan papanya. Foto di lapangan basket. Foto di restaurant. Bahkan ada juga foto di kolam renang mereka. Kyuhyun tersenyum. Mengetik pesan pada Kibum.
'Wah, kalian bersenang-senang tanpaku.'
Tidak lama, pesan balasan datang. 'Rasakan. Aku mencuri Papamu.'
'Dia Papaku.'
'Benarkah? Orang di taman, menyebut kami ayah dan anak.'
'Kibum, jangan membuatku cemburu.' meski menulis seperti itu, tapi Kyuhyun justru tersenyum senang. Tidak. Mana mungkin dia cemburu. Baginya asal Kibum senang dan papa bisa melupakan beban akan penyakitnya, tidak masalah. Kyuhyun pikir papanya perlu mendapatkan kebahagiaan yang lain.
Rasanya, ini waktunya untuk menyerah. Sudah sejak lama, Kyuhyun memikirkan bagaimana jadinya jika dia tidak mampu bertahan lagi. Papa menegaskan hanya jatuh cinta pada ibunya. Papa memilih untuk setia sampai akhir hayat. Tidak ada kesempatan apa lagi meminta papa menikah lagi.
Jadi Kyuhyun pikir akan memberikan sosok pengganti dirinya. Putra yang lebih baik darinya dalam segala hal. Putra yang bisa menopang dan membanggakan papanya. Dan semua itu dia temukan dalam diri Kibum. Kibum sempurna. Kibum yang paling cocok. Kibum sangat pantas. Pelan tapi pasti Kyuhyun terus mendekatkan mereka. Membiasakan keduanya.
Kibum tidak membalas chat, justru pesan dari papanya yang muncul.
'Sudah malam. Kapan pulang?'
'Ini akan pulang. Bagaimana hari Papa? Senang?'
'Senang, dong. Kibum menemani Papa seharian. Kami bersenang-senang. Kau juga?'
'Iya. Aku bahagia hari ini.'
'Papa ikut bahagia. Papa jemput, ya?'
Sebelum membalas, Kyuhyun melihat sekitar. Mengira-ngira kapan busnya datang. Setelah menimbang, Kyuhyun mengetik balasan untuk papa.
'Tidak, Papa. Aku pulang sendiri. Busnya akan datang.'
###
Itu adalah hari sibuk. Satu setengah bulan sebelum ujian, semua murid ditempa cukup ketat dalam jam belajar. Pergi lebih pagi pulang malam. Percobaan ujian dilakukan, lembaran soal dan pelatihan hampir setiap hari. Semua orang hampir merasakan stress yang sama. Murid, guru, orang tua. Semua tidak lepas dari kekhawatiran.
Dan Kibum nampak lebih berbeda. Kyuhyun sering memergoki Kibum melamun. Di dalam kelas maupun di luar. Entah kenapa, ada apa? Kibum selalu mengelak untuk berkata jujur.
Tidak ingin menuduh, tapi Kyuhyun sangat yakin Kibum memiliki sesuatu tanpa ingin membaginya. Tapi dia sendiri juga sedang dalam kesulitan.
Kyuhyun khawatir dia tidak akan lolos dalam ujian akhir ini. Nilainya sangat rendah. Bahkan di ujian percobaan. Dia hampir-hampir tidak berani menunjukkan hasil itu pada papanya.
Bukan hanya malu tapi juga kecewa pada dirinya sendiri.
"Kyuhyun,"
Kyuhyun menoleh. Seohya berjalan menghampirinya yang sedang menyendiri di bawah pohon dekat keran air. Gadis itu langsung duduk di sebelahnya tanpa ijin. Sejak pergi ke taman bermain hari itu, dia tidak lagi menunjukkan kecanggungan. Mereka sudah menjadi teman. Teman khusus yang hanya keduanya tahu kesepakatan mereka.
Dia masih ingat apa yang dikatakan Kyuhyun di depan rumahnya. Seohya paham. Tidak akan memaksa. Mereka akan jadi teman baik dan membiarkan semua berjalan semestinya. Membiarkan waktu menunjukkan ikatan mereka.
"Sedang apa?"
Kyuhyun menggeleng samar. "Tidak ada."
Seohya merasakan sikap Kyuhyun yang tidak bersemangat. "Ini karena nilaimu?"
Garis bibir Kyuhyun melengkung ke bawah. Sedih. "Hem."
"Kau ada Kibum. Belajarlah dengannya. Aku juga belajar dengan Jeoyung."
"Kalian semakin akrab."
Seohya menggigit ujung lidahnya seraya meringis kecil. "Aku harus memaksanya. Kau tidak tahu betapa sulitnya itu."
Keduanya terkikik. "Aku tahu rasanya. Jangan lupa, aku juga melakukannya pada Kibum."
"Benar juga."
Keduanya menatap ke depan. Kyuhyun mengambil napas berat nan panjang. Masih tidak bisa lepas dari kecemasannya. Seohya melihat itu, memegang ujung pundak Kyuhyun. "Jangan khawatir. Masih ada waktu. Kau harus berusaha keras! Semangat!"
Kyuhyun tersenyum mendapatkan senyum Seohya. Hatinya terobati untuk saat ini.
#
'Kapan kau melunasinya, Kibum?'
Kibum tidak sabar untuk pulang. Mengayuh sepedanya dengan brutal. Bahkan tidak menstandar sepedanya dengan benar saat sampai. Berlari ke dalam rumah, menjeblak pintunya lebar-lebar.
"Kapan kau melunasi uang sekolahku?!" teriak Kibum di depan papa Kim.
Papa Kim menatap sekilas Kibum, berbicara sebentar dengan orang di seberang sambungan sebelum menutup panggilan. "Sabar, Kibum. Aku sedang berusaha."
"Berusaha?! Kau bahkan tidak bekerja sampai saat ini. Usaha macam apa yang kau lakukan, ha?! Kau ingin aku tidak lulus?"
Papa Kim bangun dari duduknya. Berdiri di depan Kibum. Menatap lurus anaknya. "Besok aku ke Sekolahmu."
"Untuk apa? Transfer saja uangnya!"
Papa Kim yang akan pergi, kembali berbalik pada Kibum. Menatap ganjil mata Kibum. "Kenapa? Kau tidak ingin aku ke Sekolahmu? Kau malu memiliki Papa seperti aku? Yang tidak berguna. Bangkrut. Tukang selingkuh dan diselingkuhi Mamamu? Ha?! Aku bahkan sehina itu di matamu sekarang?"
"Kau tidak paham!"
"Apa yang tidak aku pahami? Harga dirimu begitu tinggi sehingga akan malu dengan 'wajah miskin' ini! Kau takut diejek temanmu! Takut ketahuan jatuh miskin! Kau bahkan malu menjadi anakku!"
Kibum menggertakkan giginya kuat. Mendorong papa Kim dengan geram. "Itu salahmu!! Kau pikir kapan kau pernah memperhatikanku? Kau pikir telah berbuat pantas untuk kusebut 'Ayah'?! Dari pada di rumah, kau bahkan lebih memilih berlari pada perempuan itu!!" mata Kibum memerah. Tapi dia tidak ingin menangis di depan papanya. Tidak akan menjadi cengeng di depan ayah yang bahkan tidak pernah ada untuk waktu yang lama. Mengusap matanya kasar, Kibum berlalu dari depan papanya.
Papa Kim jatuh terduduk di lantai dingin. Pria itu menunduk dalam dan menjerit putus asa. Membiarkan Kibum yang berlari ke luar rumah. Dia juga tidak ingin terlihat begitu lemah di depan putranya.
Apa yang dikatakan Kibum tidaklah salah sepenuhnya. Dia berlari dari rumah yang dirasanya tidak nyaman. Mencari kebahagiaan di luar. Membiarkan putranya kesepian. Tanpa dirinya. Tanpa perhatian. Tanpa bimbingan. Hanya ada kebekuan dari keadaan keluarga yang telah dingin sejak lama.
Itu juga salahnya.
Sekarang, dia hanya ingin memulai dari awal jika ada kesempatan. Satu kemudahan saja. Papa Kim ingin membangun hubungan yang lebih baik dengan putranya.
Satu kesempatan saja. Papa Kim ingin membahagiakan putra satu-satunya.
#
Kibum menjatuhkan sepedanya begitu saja. Berlari hingga di bibir danau. Dia menjerit keras-keras. Menendang dengan kesal. Bahkan menangis. Matanya yang menangis. Dadanya sesak penuh emosi. Sedangkan pikirannya kalud.
Tidak. Kibum tidak terisak seperti seorang yang cengeng. Dia masih mempertahankan harga dirinya bahkan di depan danau tenang ini.
Kibum menyeka air matanya kasar. Napasnya masih naik turun. Namun perasaannya jauh lebih tenang. Tidak sia-sia dia menjerit-jerit barusan. Dia diam sebentar, berbalik hendak duduk di kursi. Namun langkahnya terhenti di detik itu juga.
Ada Kyuhyun di sana. Di kursi yang hendak dia tuju. Menatapnya. Mereka saling menatap tidak berkedip.
Kibum merubah arah. Berjalan cepat.
"Kibum!"
Kyuhyun mengejar. Namun Kibum tidak berhenti.
"Kibum, tunggu!" Kyuhyun menarik lengan kiri Kibum hingga berbalik.
"Ada apa?!" entah kenapa, tapi Kibum rasanya sangat marah. Malu-kah? Pada Kyuhyun? Tidak tahu, rasanya Kibum kacau hingga emosi pada Kyuhyun sekalipun.
Kyuhyun terkejut mendengar bentakan Kibum. Namun dia mencoba sabar. "Kau ada masalah? Ceritalah. Aku memaksa kali ini. Kau sekacau itu tadi. Jangan menanggungnya seorang diri."
Kibum menarik lengannya kasar. Kyuhyun melepasnya merasakan kekuatan Kibum. "Kibum," mata hitam Kibum tidak seperti biasanya. Lebih tajam dan dingin.
"Jangan ikut campur! Lupakan apa yang kau lihat tadi!" Kibum mundur dan Kyuhyun maju. Itu tidak menjelaskan apapun. Dan Kyuhyun tidak ingin meninggalkan Kibum dengan masalahnya. Tidak. Dia tidak bisa.
"Aku temanmu, bukan! Bagilah. Jangan menderita sendiri."
"Diam!!" bentak Kibum makin keras. "Kau tahu apa tentangku!! Teman?! Hanya kau yang mengira begitu!! Aku tidak!! Aku tidak nyaman denganmu!! Aku iri!! Aku cemburu padamu!! Kenapa kau yang manja dan bodoh, memiliki hidup enak dan sempurna!! Kenapa harus kau yang memiliki Papa sebaik itu!! Aku benci hidupku!! Tapi aku lebih membenci dirimu yang begitu!! Aku membencimu, Cho Kyuhyun!!!!"
"Kibum," Kyuhyun berjalan lagi saat Kibum berjalan. Tapi berbalik cepat, mendorong Kyuhyun kasar sampai terjatuh.
"Jangan mengikuti!! Jangan bicara denganku!! Jangan mendekatiku!!"
Bibir Kyuhyun bergetar. Kibum berlalu tanpa menoleh. "Kibum, jangan pergi. Maafkan aku. Kibum!"
Tanpa berhenti, Kibum mengambil sepedanya dan benar-benar pergi dari sana. Kyuhyun masih memanggilnya. Menangis keras. Meraung menginginkan dia kembali. Kibum menggigit bibirnya kuat-kuat, mengerahkan seluruh tenaganya mengayuh sepeda.
Jangan menoleh! Jangan berhenti!
###
Tbc
Monday, June 17, 2019
6:22 PM
Sima Yu'I
![](https://img.wattpad.com/cover/188249770-288-k462595.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
an opportunity
FanfictionKyuhyun sempurna hidupnya, begitu di mata Kibum. hidupnya bahagia. hidupnya menyenangkan. padahal ceroboh dan tidak pandai. lebih baik dirinya soal otak dan kemampuan olah raga. tapi kenapa Kyuhyun yang memiliki hidup bahagia? dibanding dirinya yang...