•Bab 31

46 14 0
                                    

Jangan ukur cinta dari seberapa lama sebuah hubungan itu bertahan, tapi lihatlah bagaimana antara kedua belah pihak saling mengerti dan mengalah. Bukan mengalahkan.

~

Sesudah mendirikan tenda, Anisa berjalan-jalan keliling tempat perkemahan. Tidak jauh-jauh,karena dia sendiri pun takut jika nanti nya tidak tahu jalan pulang.

Hutan ini memang sangat pas digunakan sebagai tempat perkemahan. Hutan yang tidak terlalu lebat,namun masih terkesan kerimbaan nya.

Au ah, susah gua jelasin nya.

Sejak hubungan ia dan Fasya merenggang. Anisa lebih suka kemana-mana seorang diri. Entah kenapa. Padahal dulu, hendak ke toilet sekolah saja harus ada teman, dengan alasan jagain pintu agar tidak ada yang mendobrak.

Anisa trauma. Dulu ia pernah sekali ikut, diajak oleh Fasya untuk menjahili orang. Dan orang itu jatuh pada adik kelas mereka yang sedang tukar baju di toilet. Fasya dengan tak tahu malu nya, men dobrak pintu tersebut hingga terlihatlah mereka yang hanya mengenakan tangtop dan laging pendek.

Dan Anisa, sangat tidak mau itu terjadi pada nya. Karma berlaku bukan? Maka dari itu ia selalu membawa seseorang jika ingin ke WC. Sebenarnya alasan utama nya bukan itu. Tapi... Ya, kalian tahu lah, apa yang dilakukan perempuan jika sudah ngumpul di WC. Mentok nya paling gosip sana gosip sini.

"Sendiri aja kak.. "

Anisa menoleh ke belakang. Dan berdiri lah makhluk astral. Nggak lah. Si Reyhan maksud nya.

"Iya nih.. Lagi pengen sendiri aja.. Lo sendiri? "

"Berdua kok.. "

Anisa celingukan mencari sosok yang dimaksud Reyhan. Tidak ada seorang pun disini. Hanya ada mereka berdua. Atau jangan-jangan dia memiliki teman tak kasat mata? Oke.. Anisa mulai merinding.

"Berdua sama lo, " sambung Reyhan disertai kekehan.

"Dasar lo" umpat Anisa disertai kekehan.

"Btw, tamat nanti lo mau nyambung kemana? " tanya Reyhan tiba-tiba.

"Belum tahu sih, kemana nyokap gue nyuruh aja. "

Reyhan memgangguk angguk setuju. Detik berikutnya, kedua nya sama-sama terdiam. Bukan karena canggung, tapi karena emang tidak ada lagi hal penting yang bisa mereka bicarakan.

"Ehm, kak.. Gue pengen ngomong sesuatu, " kata Reyhan setengah gugup.

Anisa menoleh ke arah Reyhan sepenuhnya. Sebelah alisnya terangkat tanda bahwa ia bertanya apa yang ingin ditanyakan oleh Reyhan.

"Kalau seandainya..."

"Seandainya? " tanya Anisa memotong perkataan Reyhan.

"Kalai seandainya gue suka sama lo? " tanya Reyhan dalam sekali tarikan nafas.

Anisa terdiam. Terkejut? Tentunya ia terkejut. Reyhan, lelaki yang akhir-akhir ini dekat dengan dirinya. Tapi jujur Anisa belum memiliki perasaan lebih pada Reyhan.

Tapi tunggu! Belum? Apa mungkin ada rencana untuk mencintai Reyhan? Jika memang sudah jalan nya seperti itu, Anisa hanya bisa mengikuti alurnya. Lagipun Reyhan anaknya baik. Pintar, tidak sombong, dan diantara teman-teman nya yang lain, dia lah satu-satu nya yang bukan brandalan. Tampan? Tentu saja.

Tapi bagaimana dengan Rafka yang telah menetap lama dihati Anisa? bagaimana juga dengan Nino yang baru-baru ini mewarnai hidup nya yang awalnya hanya hitam putih seperti layar TV tahun lima puluhan?

"Gue tahu apa yang lo fikirin," ucap Reyhan tiba-tiba membuyarkan lamunan Anisa. " Gue nggak nuntut lo buat balas perasaan gue. "

Senyum simpul yang menyiratkan luka itu terpatri di wajah tampan Reyhan. Anisa yang melihatnya sungguh tidak tega. Apalagi selama ini Reyhan selalu baik kepada nya.

"Terkadang, seseorang menolak cinta itu bukan berarti tidak memiliki perasaan. Mungkin ada suatu hal lain yang membuat nya menolak itu," alibi Anisa. Untuk sementara waktu biarlah seperti itu. Dari pada harus menyakiti hati Reyhan. Rasanya Anisa tidak akan tega. Tapi mau bagaimana lagi? Perasaan itu belum ada.

"Maaf, untuk saat ini gua nggak bisa, mungkin suatu saat nanti. "

Setelah mengucapkan itu, Anisa langsung pergi meninggalkan Reyhan. Sepanjang perjalanan, Anisa terus merutuki mulutnya yang bisa-bisanya melontarkan perkataan seperti itu.

Bukankah sama saja itu artinya Anisa memberi harapan pada Reyhan? Tapi percayalah, tadi itu hanya perkataan refleks keluar dari mulutnya yang lemes ini.

****

Fasya baru saja selesai makan siang, dan saat hendak mencuci piring makannya dan yang lainnya, tiba-tiba Lira meneriaki nya dari dalam tenda.

"Apa sih Ra? "

"Ini, bonyok elu telpon, " jawab Lira sambil menyodorkan benda pipih berwarna putih milik Fasya itu pada Fasya.

"Oh, ya udah, lu lanjutin kerjaan gua ya.. " pinta Fasya dan diangguki oleh Lira.

Lira memgambil alih pekerjaan Fasya sedaangkan Fasya sendiri langsung pergi ke tempat yang lumayan sepi untuk menjawab panggilan dari mama nya.

"Hallo? Assalamualaikum Ma, " salam Fasya.

"Wa'alaikum salam... Ma ma, ini gua Anton abang lu.. " jawab seseorang dari sebrang sana yang tak lain adalah Anton.

"Maa, ini Fasya.. Udah diangkat, " teriak Anton. Fasya langsung menjauhkan benda pipih itu dari telinganya karena teriakan Anton yang tidak bisa dibilang biasa-biasa saja. Bahkan lebih parah dari teriakan kakek nya Shiva saat sedang bernyanyi.

"hallo Fasya, " kali ini suara lembut mama nya, Nur.

"Ada apa Ma? " tanya Fasya.

"Kamu kapan pulang sayang? " tanya Nur.

"Besok kayak nya deh Ma, " jawab Fasya seadanya.

"Oh gitu, "

"Ada apa emang nya Ma? "

"Lusa mama rencana nya mau ngajak kamu ke pesantren Al Mukminin yang di Jawa barat itu, kamu waktu itu minta disana kan? "

Fasya terdiam. Pesantren Al-mukminin di Jawa Barat? Bandung?  Kenapa mama nya tiba-tiba setuju? Padahal waktu itu Fasya sudah membujuk hingga menangis sesegukan demi mama nya itu mengizinkan, tapi tetap tidak diizinkan. Dan kini tiba-tiba saja mama nya memintanya untuk ke sana?

Apa takdir ingin bermain-main dengan nya?

"Hallo sayang, kamu masih ada disana kan? Hallo... "

"Eh, iya mah.. Kalau gitu aku matiin dulu ya, aku harus ngumpul  dulu.. " alibi Fasya.

"Ya sudah, assalamu'alaikum sayang. "

Tut..

Fasya memaatikan sambungan telponnya setelah menjawab salam dari sang Mama.

Pikirannya kembali berkelana ke topik pembicaraannya dengan Mama nya beberapa menit lalu.

pesantren?

Jauh dari Jakarta?

Jauh dari teman-teman nya?

Jauh dari Rafka?

Berarti melanggar janji nya pada Rafka untuk ikut bersekolah di UNJ. Walau saat itu ia belum sempat mengucapkan janji. Tapi tetap saja. Pasti Rafka akan sangat kecewa padanya.

Tapi kenapa emang nya? Toh, Rafka bukan siapa-siapa nya. Hanya sekedar teman. Iya sekedar teman yang berharap suatu saat bisa menjadi lebih dari sekedar teman.

Fasya menyadari itu kini. Iya, itu. Bahwa dirinya benar-benar telah mengagumi laki-laki yang bahkan juga dicintai oleh teman nya sendiri.

"Ya allah, Fasya harus apa? "

Cinta Dipenghujung Masa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang