•Bab 36

40 11 0
                                    

Angin malam semakin lama semakin menusuk tulang. Sinar bulan malam ini benar-benar terang. Taburan bintang pun tidak ingin kalah mengambil andil dalam keindahan langit malam ini.

Semua orang telah tertidur di tenda masing-masing. Karena, jam sudah menunjukkan pukul dua belas kurang sepuluh.

Tapi tidak dengan Fasya. Gadis itu kini sedang duduk di kursi yang berada di tengah-tengah lapangan yang terletak tepat di depan tendanya.

Fasya sengaja menunggu jam dua belas untuk menelpon kakak nya yang sedang berulang tahun hari ini. Bukan, besok maksudnya. Lebih tepatnya beberapa menit lagi.

23.55

Lima menit lagi. Fasya langsung mendial nomor kakak nya, Anton. Fasya yakin saat ini Anton tidak sedang tertidur. Pastinya malam-malam seperti ini Anton masih bermain ML.

***

Rafka terbangun ditengah malam saat ia merasa ada yang menjanggal di tenggorokan nya. Ah, ini sudah menjadi kebiasaan bagi Rafka,setiap tengah malam nya Rafka memang akan selalu terbangun untuk minum.

Rasanya sangat malas untuk keluar mengambil air minum. Namun gatal ditenggorokannya benar-benar telah menyiksa.

Terpaksa Rafka bangun dan pergi keluar untuk mengambil minum.

Setiba diluar, samar-samar Rafka mendengar seseorang yang berbicara. Persis seperti orang yang tengah menelpon.

"Happy birthday sayang Fasya... Ciee tambah gede aja nih.. Fasya janji deh abis pulang dari sini kita main-main rayain ultah babang Fasya yang satu ini.. "

Rafka mengernyitkan kedua alisnya hingga hampir menyatu. Itu Fasya. Lalu dengan siapa Fasya menelpon? Pakai sayang sayangan.. Dan.. Ulang tahun. Siapa yang Ulang tahun? Apa orang yang sangat spesial buat Fasya sampai ia rela mengorbankan jam tidurnya, padahal besok banyak kegiatan yang cukup melelahkan badan. Batin Rafka.

Begitu banyak pertanyaan yang menyeruak didalam otak Rafka. Didalam sana, hatinya tidak henti-henti nya merasa sakit setiap kali Fasya memanggil orang disebrang sana dengan sebutan sayang. Apa sesakit ini rasanya melihat orang yang kau cintai ternyata mencintai orang lain?

"Iya iya.. Ini Fasya langsung tidur.. Sekali lagi selamat ulang tahun ya.. Semoga makin ganteng.. Bye.. " kata Fasya diakhiri dengan kekehan.

Rafka yang terlanjur panas itu, akhirnya memutuskan untuk tidak jadi memgambil air dan kembali kedalam tenda.

Cemburu? Iya sepertinya. Ayolah, siapa yang tidak cemburu melihat orang yang kalian cintai sedang bertelponan dengan lelaki lain. Dan parahnya memakai panggilan sayang.

****

Sesudah mengucapkan selamat ulang tahun kepada kakak laki-laki nya,Fasya langsung bergegas kembali ke tendanya untuk tidur. Karena jujur, matanya sudah sangat mengantuk saat ini. Ini semua demi kakak tercinta nya.

Namun, sebelum Fasya masuk ke dalam tenda, netra hitamnya tidak sengaja menangkap sosok Rafka yang baru hendak masuk ke dalam tendanya.

Namun Fasya tidak ingin mengambil pusing akan hal itu. Matanya sudah sangat berat untuk memikirkan Rafka. Dan tanpa babibu Fasya langsung masuk ke dalam tenda dan mulai terjun ke dunia mimpi.

**

Fasya's Pov

Baru beberapa detik aku memejamkan mata, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang meneriaki namaku. Siapa?

"FASYAA!! KELUAR DONG.. "

Suara lelaki. Siapa? Tanganku bergerak mencari benada pipih yang aku letak di samping kiri tepat didekat kepalaku saat tertidur tadi.

"Masih jam satu kurang.. Siapa sih? Ga ada kerjaan banget.. " kataku bermonolog.

Kulihat kelima sahabatku ikut terbangun akibat suara gaduh dari luar.

"Siapa diluar Sya? " tanya Hana padaku dengan suara serak khas bangun tidurnya.

Aku hanya menggeleng kepala karena jujur aku sendiri tidak tahu siapa diluar. Tanpa ingin berlama-lama, aku raih jilbab instan yang sempat aku buka sebelum tidur tadi, dan langsung keluar tenda diikuti oleh kelima temanku.

Keningku mengernyit hampir menyatu saat aku melihat Rafka telah berdiri didepan tenda. Dan beberapa orang yang ikut keluar dari tenda karena ikut terbangun akibat merusuhan yang dibuat Rafka.

"Ngapain? " tanya Fasya bingung.

"Lo telponan sama siapa tadi? Asal lo tahu Sya, gue cemburu ," kata Rafka lantang dan sukses membuat mataku hampir keluar dari tempatnya.

"Siapa lo main cemburuan sama gue? Pacar aja bukan.. " ketusku.

Entah kenapa kata-kata itu yang keluar dari mulutku. Padahal dalam otakku sama sekali tidak memikirkan perkataan itu.

"Mulai detik ini.. Lo milik gue, " ucap Rafka tak terbantah.

Aku bengong melihatnya yang seenak jidat mengklaim aku menjadi miliknya. Memang dia siapa? Ya walau tidak bisa dipungkiri aku sebenarnya juga suka dengan Rafka.

Tapi tidak seperti ini juga caranya. Di depan Anisa, didepan semua para siswa, bahkan guru? Bunuh saja aku.. Bunuh.. Tenggelamkan dirawa-rawa. Mungkin sebentar lagi aku akan gila dibuatnya.

Aku sendiri? Kalian pasti tahu bukan? Aku akan tetap pada pendirianku. Pada istiqomahku bahwa aku tidak akan pernah lagi pacaran hingga halal. Itu istiqomahku. Sekalipun dia orang yang aku cintai.

"Gue ga terima penolakan. "

Aki semakin melebarkan mataku. Jika sudah seperti ini mau bagaimana lagi.

"Mulai detik ini lo pacar gue, " imbuhnya.

Aku pandang seluruh orang yang menatap ke arah aku dan Rafka dengan tatapan yang tak jauh beda dengan tatapanku tadi.

Terakhir, mataku tertuju pada Anisa yang tersenyum getir padaku. Sedetik berikutnya, Anisa pergi meninggalkan tenda dan berlari yang entah kemana aku pun tak tahu.

Ya tuhan. Masalah apa lagi ini? Bahkan hubunganku dan Anisa masih belum membaik. Lalu ini dipersulit dengan Rafka yang tiba-tiba mengklaimku menjadi miliknya.

Aku masih berdiri mematung. Bimbang, untuk meladeni salah satu diantara mereka. Sahabat atau Rafka?

Andai hati bisa di kendalikan sesuka hati, biarkan hati ini tidak jatuh pada siapapun. Karena dengan begitu tak akan ada yang tersakiti. Baik itu aku, kamu, dan dia.

Cinta Dipenghujung Masa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang