•Bab 47

26 12 0
                                    

"Cepat jelasin ke kita.. " kata Via setelah tautan tangannya terlepas dengan tangan Anisa.

Mereka menyeret Anisa ke belakang tenda yang mereka sendiri tidak tahu itu tenda siapa.

"Jelasin apa? " tanya Anisa dengan tampang polosnya. Tidak, pura-pura polos lebih tepatnya.

"Jelasin kenapa lo tiba-tiba hilang.... " gemas Rahmi.

"Oh, itu.. Karena.. Gu gue.. Nyari Fasya ke hutan.. " cicit Anisa.

"Udah aku duga.. " kata Hana dengan bangganya.

"Tapi kenapa ga bilang sih Nisaaa.. Lo tahu nggak sih? Langkah yang lo ambil itu bisa bahayain diri lo sendiri.. " kata Via.

Anisa mendengus. Namun dalam hati bersyukur. Karena sahabat sahabatnya peduli dengan keadaannya.

"Tapi kan gue nggak kenapa-kenapa.. Lo masih lihat gue disini.. Berarti gue aman-aman aja.. " bela Anisa.

"Tapi tetap Anisa.. Kita semua disini khawatir.. Seenggaknya kamu bilang bilang ke kita.. "

Anisa hanya diam saja. Percuma juga ia menjawab. Ia akan tetap kalah. Dua lawan satu? Coba saja kalau kalian bisa. Anisa mah nyerah saja.

"Udah lah.. Dari pada debat nggak jelas kayak gini, mending ke tempat Fasya.. Kalian nggak lihat gimana keadaan Fasya tadi? " lerai Lira yang sedari tadi hanya diam.

Mereka langsung teringat Fasya dan bergegas pergi ke tempat dimana Fasya berada. Meninggalkan Lira yang mendengus kesal karena ditinggalkan.

"Nyesel gue ngasih usulan .." dumel Lira dan menysusul ketiga temannya.

****

"KYAAAAAA......... "

"Aaaaaakkhhh"

Brukkk..

Krrkkk..
Gedebug...

Mobil pick up Bekti menerobos masuk area perkemahan. Untung yang dibawanya adalah mobil pick up. Bukan pajero miliknya yang masih kinclong itu. Jika tidak, maka Pajeronyalah yang akan bernasib seperti pick up tua itu. Lecet dimana-mana.

Alhasil kejadian itu menyita fokus seluruh orang yang ada disana yang awalnya fokus pada Fasya dan Rafka. Kini malah beralih pada sebuah mobil pick up yang meluluh lantakkan pionering yang dibuat oleh anak Osis.

Tidak hanya itu, mobil pick up yang dibawa Bekti juga menabrak sebuah tenda kecil di dekat pionering itu. Untung tidak ada siapa-siapa di dalamnya. Karena semua orang saat ini sedang berada diluar karena skandal kecil tadi. Apalagi kalau bukan karena berita kehilangan Fasya dan Rafka tadi. Ditambah dengan berhasil ditemukannya Fasya dalam keadaan tidak sadarkan diri begitupun dengan Rafka.

Nur, Weni, dan Anton turun dari atas bak mobil itu dengan sempoyongan. Bagaimana tidak,selama kurang lebih setengah jam mereka bertarung nyawa diatas mobil tersebut. GILA! Perut mereka seakan di aduk aduk dengan mixer.

Lihat saja. Anton telah menyudut ke batang pohon untuk memuntahkan isi perutnya. Padahal baru Ia isi dengan makan malam dirumah tadi. Rugi dong!

"PAPA!! PAPA MAU JADI DUDA? LIHAT TUH.. GARA-GARA PAPA.. SEMUANYA JADI ANCUR.. " tunjuk Nur ke arah tongat-tongkat pramuka yang sudah patah itu. Sungguh malang nasib tongkat itu.

Bapak Kepala sekolah memandang miris ke arah tongkat-tongkat pramuka itu. 'Baru beli itu.. '

"UNTUNG GAK ADA SIAPA-SIAPA DI DALAM TENDA.. KALAU ADA ORANG GIMANA? " sambungnya masih dengan emosi yang menggebu-gebu karena masih tidak terima menjadi korban ugal ugalan suaminya.

"Nur.. Udah.. Nggak malu lo dilihatin sama semua orang..udah.. " bisik Weni pada Nur.

Pandangan Nur langsung menginterupsi pada semua orang yang menatapnya dengan tatapan bingung. Ada juga yang diam-diam menahan tawanya. Bahkan Cici sudah merekamnya karena tahu itu adalah orang tua Fasya.

"Suatu hari pasti berguna.. " kata Cici sambil terkikik.

Nur menyengir lima jari pada semua orang. Malu sendiri menjadi tontonan teman teman anaknya. Apalagi sambil memarah marahi suaminya seperti tadi.

"Mah... " rengek Anton setelah Ia puas memuntahkan semua isi perutnya.

Nur melirik ke arah Anton anaknya yang kini sedang berjalan ke arahnya sambil memegangi perut. Sedangkan Weni sudah pergi ke tempat anaknya Rafka yang sedang terbaring pingsan di dalam tenda.

Penampilan Anton saat ini sungguh membuat siapa saja yang melihatnya jadi terpesona. Bagaimana tidak, rambut acak-acakan, bibir basah karena tadi meneguk habis sebotol air mineral yang diberikan Bekti. Ditambah dengan balutan jaket army (?) yang digunakannya.

Huft.. Meleleh hati para jomblowati. Lihat saja saat ini, mereka para perempuan hingga berbisik-bisik sambil memandangi Anton yang tengah merengek pada Mamanya itu.

Ada juga yang diam-diam memotretnya. Begitupun Cici karena sedari tadi dia memang sedang memegang HP untuk merekam kejadian Mama nya Fasya tadi.

Namun mereka semua masih belum tahu bahwa lelaki yang mereka puja itu adalah kakak kandung Fasya. Yang mereka tahu hanya orang tua Fasya. Dan itu pun hanya sebagian yang tahu.

Bukannya Fasya tidak mengakui kakaknya pada teman-temannya. Hanya saja Fasya tidak mau orang-orang jadi banyak berteman kepadanya hanya untuk mendekati sang kakak.

Bahkan para sahabatnya pun tidak tahu.

'Eh.. Itu bukannya yang sering nganterin Fasya bukan sih? '

'Iya yah.. Tapi siapanya Fasya? Setau gue Fasya gak punya kakak.. Waktu gue ke rumahnya buat kerkom aja, abang nya ga nongol. '

'Itu tuh kakak kelas kita pas MPLS.. Masa kalian ga inget.. '

'Oh iya.. Tapi ada hubungan apa sama Fasya? Kalau kakak gak mungkin.. Pacar kali ya? '

'Tapi masa sih pacar? Orang Fasya sudah alim begitu.. '

'Kita mana tahu dalem nya Fasya begimana.. Dulu aja.. Yang kita kira Fasya ga bakal pacaran.. Eh tau taunya udah jadian sama si Azka. '

'Iya juga sih.. Tapi ini ganteng loh.. Beruntung banget Fasya kalau beneran pacaran sama nih orang..namanya siapa sih? '

'Lupa gue.. Kalau ga salah ketua osis dulunya'

Kuping Hana sedari tadi panas mendengar celotehan tak berguna segerombolan siswi di dekatnya.

"Dasar, baru lihat yang bening aja.. Ribut orang sekampung.. " kesal Hana.

"Eh, tapi mereka benar juga.. Itu siapa ya? Fasya gak pernah cerita ke kita kalau dia punya kakak.. " kata Hana sambil mengingat-ingat barangkali Fasya pernah bercerita tentang kakak laki-lakinya.

Tapi memang Fasya tidak pernah bercerita.

"Itu Kak Anton.. " kata Rahmi setelah Ia mengingat kembali siapa lelaki yang kini tengah berbicara dengan kepala sekolah dan kedua orang tua Fasya.

"Lo kenal? " tanya Lira dan Via bersamaan.

"Iya, dia ketua Osis waktu kita MPLS.. Ingat nggak? Masa kaluan lupa sih.. " kata Rahmi.

"Oh iya... Tapi kenapa dulu Fasya seakan nggak kenal sama Kakak nya? " tanya Hana.

Huft... Semakin kesini ceritanya semakin absurd yah.. Maaf ye kalau ga seru..



Para readers yang baik hati dan tidak sombong... Kasih semangat kek gitu ke aku...

Tekan tombol 🌟 aja aku udh seneng bangt😅

Cinta Dipenghujung Masa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang