•Bab 16

48 13 5
                                    

Terima kasih takdir, karena lo gue bisa ngerti bagaimana pahitnya perjalanan hidup.

*

Kira-kira sudah tiga kali Fasya mengitari sekolah nya yang terbilang luas ini. Dia berusaha mencari ketiga temannya yang sedari tadi pagi sama sekali tidak diketahui keberadaannya. Kemana sebenarnya mereka?

Mulai dari lapangan, ruang perpustakaan, UKS, toilet, bahkan sampai ke ruang BK pun , Fasya sama sekali tidak melihat tanda-tanda keberadaan teman-teman nya itu.

Saat ini Fasya sedang berada didekat parkiran sekolah. Merasa lelah karena mencari ketiga temannya itu, Fasya memutuskan untuk beristirahat disana.

"Oh iya, telfon aja kali... Kok baru ke ingat sekarang sih.. Dasar otak.. Kalau dibutuhin aja, sok jual mahal" dumel Fasya pada dirinya sendiri.

Tangan kecil nya mulai merogoh saku baju sebelah kanan nya yang tertutupi jilbab,dan mendapatkan benda pipih berwarna putih kesayangannya itu.

Tangan nya mulai menari diatas layar ponsel itu, dan beberapa detik setelahnya ia tempelkan benda itu ditelinga nya sambil menunggu jawaban dari seseorang disebrang sana.

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan"

Fasya memandang heran ke arah handphone nya. Bahkan kedua alis nya nyaris menyatu karena saking herannya Fasya pada benda pipih ajaib itu.

Seseorang menepuk bahu sebelah kanan Fasya, dan sontak membuat Fasya melirik ke arahnya.

"Lo kenapa?" tanya Rafka yang juga ikut heran melihat Fasya. Ya, sedari tadi dia memang sedang memperhatikan gadis bermata sipit itu. Entah apa yang membuat nya tertarik dengan segala hal yang dilakukan oleh Fasya.

"Ini, gue hubungin si Hana tapi kok yang jawab orang lain. Nomor nya, nomor Hana kok, gue bisa jamin.. tapi kok suara nya bukan suara Hana.. Aneh.. " cerocos Fasya dengan tatapan masih kepada handphone nya itu.

"Temennya kali.. emang dia ngomong apa?" Tanya Rafka ikut heran.

"Bilang 'nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan' gitu.." kata Fasya mengikuti irama yang tadi didengar nya dari ponsel.

Rafka yang mendengar penuturan absurd dari Fasya, rasanya ingin sekali menerkam Fasya hidup-hidup lalu membuang nya ke samudra pasifik. Atau jika perlu memutilasi jasadnya terlebih dahulu.

"Itu nama nya operator Fasya pinter" ucap Rafka gemas.

Saking gemasnya jadi pengen di tampol.

"Oh, jadi Hana kerja sampingan jadi operator? Wah.. Hana hebat deh.. "

Rafka sukses melongo mendengar jawaban kelewat polos dari Fasya.

Siapa saja tolong ingatkan kepada Rafka untuk tidak berteriak histeris kepada gadis polos didepannya ini.

"Felisya Abraham yang terhormat,anggota osis yang sering cabut, plus juara kelas berturut-turut selama tiga tahun... Please.. Itu bukan Hana.. Tapi operator.. Itu tanda nya si Hana lagi nggak aktif nomornya" jelas Rafka dengan penuh kesabaran.

Fasya hanya bisa menyengir sambik menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Lalu kembali meletakkan handphone nya ke dalam saku bajunya.

"Emang kenapa lo sampai nelpon Hana?" tanya Rafka yang sudah ikut terduduk disamping Fasya.

Fasya sedikit menggeser tubuhnya menjauh dari Rafka karena merasa tidak nyaman duduk berduaan dengan Rafka ditempat sepi seperti ini. Fasya hanya tidak ingin terjadi fitnah.

Cinta Dipenghujung Masa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang