•Bab 41

32 14 0
                                    

Dengan berlari-lari Rafka mencari keberadaan Fasya. Namun Fasya tampaknya sudah terlalu jauh dari jangkauannya.

Kelompoknya tadi sudah ia suruh terlebih dahulu untuk melanjutkan permainan dengan diketuai oleh Wahyu. Dan Rafka pun telah berpesan, jika nanti seandainya mereka telah sampai di pos tiga, tolong sampaikan pada guru yang ada bahwasannya Rafka dan Fasya hilang hutan menuju posko tiga.

Rafka semakin jauh berjalan dari area permainan. Matahari perlahan mulai tergelincir ke arah barat.

Dilihatnya jam tangan hitam yang terlikit dipergelangan tangan kirinya sekilas.

"Jam setengah empat, " gumam Rafka.

Rafka semakin mempercepat tempo berlarinya karena hari yang semakin lama semakin sore. Apalagi mereka akan meninggalkan tempat perkemahan dan kembali ke rumah masing-masing jam lima sore nanti. Jika Fasya tidak ketemu, otomatis Rafka dan Fasya akan ketinggalan bus. Kecuali semua orang mau menunggu Fasya hingga ketemu. Jika memang solidaritas mereka tinggi.

"Ya allah.. Fasya.. Lo dimana?.. " gumam Rafka sepanjang perjalanan mencari Fasya.
Bermenit-menit berlalu hingga tiba disuatu tempat, Rafka tidak sengaja menemukan sebuah benda. Benda pipih berwarna putih berlogo Oppo.

"HP siapa? " tanya Rafka bermonolog.

Tanpa ingin pikir panjang, Rafka langsung mengantongi Handphone tersebut dan lanjut mencari Fasya. Paling juga pemiliknya masih siswa SMP Bina Jaya, jadi nanti Rafka bisa tanyakan.

Drrt.. Drtt.. Drrtt..

Dering handphone Rafka berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Dengan langkah yang masih tetap mencari Fasya, Rafka mengangkat telpon tersebut yang ternyata dari Mita.

"Ya ada apa Mit? " tanya Rafka to the point. Jujur saat ini Rafka tidak ingin bertele-tele.

"Ini buk iis Ka.. Gimana Fasya nya sudah ketemu? " tanya Buk Iis tidak sabaran.

"Oh ibu.. Ini saya masih nyari buk.. Udah dari tadi tapi Fasya nya nggak ketemu-ketemu.. "

Terdengar helaan nafas berat dari sebrang sana.

"Ya sudah para guru laki-laki pun sudah disuruh untuk turun tangan mencari Fasya. Jangan biarkan handohone kamu mati Rafka, jika mati maka kamu pun juga bisa hilang nantinya.. Karena dari tadi handohone Fasya ibu hubungi tidak dijawabnya" jelas Buk Iis panjang lebar.

"Handphone Fasya hilang buk? " tanya Rafka yang dijawab deheman oleh Buk Iis.

"Ya sudah Rafka.. Kamu hati-hati.. Untuk kepulangan kita semua, kepala sekolah mengundurnya hingga besok.. " kata Buk Iis lagi dan diakhiri oleh salam keduanya.

Rafka kembali mencari Fasya ke segala sisi hutan.

Bagaimana pun juga,ini semua adalah salah Rafka. Ia menyadari akan hal itu. Jika seandainya Rafka tidak cemburu buta seperti itu,maka Fasya tidak akan pergi. Jika saja Rafka tidak terbawa emosi, maka semuanya akan baik-baik saja. Semua ini salahnya.

"Maaf Fasya.. "

****

"Ini dia taman nya.. Tapi kok nggak keliatan posko nya? Perasaan iya deh ini.. " gumam Fasya yang telah duduk direrumputan taman.

Taman kecil yang hanya dihiasi oleh rerumputaan jepang, dan sebuah kolam ikan Mas ditengahnya.

Sebuah taman yang terlihat sudah sangat jarang dikunjungi. Bahkan telah banyak rerumputan liar yang tumbuh di pinggiran taman. Dan.. Letaknya pun berada di tengah-tengah hutan.

Fasya jadi merasa menyesal tidak mendengarkan apa kata Rafka tadi. Tapi tetap. Seharusnya Rafka mengatakan baik-baik pada Fasya. Tidak langsung membentak seperti itu. Apalagi sampai menghinanya.

Fasya merogoh saku celana nya, hendak mencari benda pipih putih kesayangannya. Namun nihil, tidak ada sesuatu disaku celana nya.

"Handphone gue mana? " tanya Fasya khawatir.

"Ck. Kalau gini gimana caranya gue balik ke perkemahan? Mana jalannya lupa lagi.. " dumel Fasya.

Rasanya Fasya ingin mengangis saat ini juga. Tidak ada siapa-siapa disini. Hanya dirinya seorang diri di dalam hutan yang jarang dijamah manusia.

Bagaimana jika ada hewan buas yang sewaktu-waktu bisa menerkamnya? Atau mungkin makhluk halus menyeramkan?

"NGGK.. lo harus berani Fasya.. Ga boleh takut.. " gumam Fasya menguatkan dirinya sendiri.

Fasya kembali berjalan berharap ia ingat jalan yang tadi ia lewati. Namun tetap. Fasya sama sekali tidak ingat. Ia telah terlalu jauh masuk ke dalam hutan. Dan jalan yang tadi ia lewati seakan musnah begitu saja.

Rintik rintik hujan mulai turun. Membasahi jilbab hitam milik Fasya begitu juga bajunya.

Hati Fasya mulai tidak tenang. Perasaannya mulai tidak enak. Ia benar-benar takut. Sendirian, dihutan, hujan ditambah langit yang mulai menggelap.

Fasya menangis. Langkah kaki Fasya mulai melemah. Kakinya lemas, kepala seakan ditusuk ribuan bilah bambu.

Fasya terduduk lemas di tanah dengan tangan yang memeluk lutut nya sendiri.

"Mama... Fasya takut.. Papa... Fasya pengen pulang.. Jemput Fasya.. " lirih Fasya.

"Bang Anton.. Maafin Fasya kalau hari ini Fasya ga bisa temenin abang jalan-jalan.. " kata Fasya sambil terisak.

Kepalanya terus tertunduk, menyelup pada lipatan tangan di kakinya. Perlahan, rintik hujan mulai berhenti. Fasya sedikit lega akan hal itu. Walau tetap saja, ia tidak tahu kemana arahnya agar kembali ke perkemahan.

"Felisya.. " panggil seseorang.

Kepala Fasya terangkat dengan senyum mengembang terpatri di wajahnya.

"Rafka..." teriak Fasya dan langsung berlari ke arah Rafka.

Seandainya saja saat ini yang berada dihadapannya adalah kakaknya Anton, sudah dipastikan bahwa Fasya akan memeluknya dengan erat.

"Lo lihat? Gara-gara ulah lo yang keras kepala dan nggak mau sekali aja ngalah.. Semua jadi nanggung akibatnya. Lo hilang, semua khawatir, dan kepulangan di undur sampai besok. Semua itu karena lo Sya.. " sembur Rafka.

Entah apa yang ada didalam benak Rafka saat ini. Ia sangat khawatir dengan keadaan Fasya.

Mata merah bengkak, baju basah kuyup dan kotor, bibir pucat kedinginan. Siapa yang bisa memastikan keadaan Fasya baik-baik saja?

Namun, kekhawatiran Rafka disalah artikan oleh Fasya.

"Kok lo jadi salahin gue? " tanya Fasya tidak percaya.

"Karena lo emang salah Fasya.. Kenapa sih sekali aja lo nggak pernah mau ngakuin kesalahan lo? "tanyaa Rafka balik.

"Dan kenapa sekali aja lo nggak pernah coba ngertiin gue? Ngerasain gimana rasanya jadi gue? Gue baru aja hilang, gue takut, kedinginan tapi pas ketemu lo, lo langsung pojokin gue.. " kata Fasya dengan emosi.

Air mata kembali berderai. Katakan. Katakan saja jika Fasya tidak peka. Memamg iya, tapi untuk saat ini, bukan itu yang Fasya inginkan. Fasya butuh seseorang untuk menenangkan dirinya. Bukan malah menambah ketakutannya seperti ini.

"Asal lo tahu.. Elo.... " kata Fasya menggantung sambil menunjuk tepat didepan wajah Rafka. "COWOK PALING NGGAK PENGERTIAN YANG PERNAH GUA KENAL SEUMUR HIDUP GUE! "

Kembali berlari? Itulah yang dilakukan Fasya untuk saat ini. Biar. Biar saja Ia kembali hilang,dari pada terus menerus di rendahkan, diremehkan oleh orang tak berperasaan seperti Rafka. Menurut Fasya.

Dan Rafka,untuk kedua kalinya merutuki diri sendiri atas apa yang telah ia perbuat. Bukan itu maksudnya. Kenapa Fasya tidak mengerti? Rafka hanya ingin meluapkan rasa kekhawatirannya.

Dan kini,Fasya terlanjur marah dengannya. Dan Fasya kembali berlari entah kemana arahnya.

Tidak ingin lebih jauh ketinggalan jejak Fasya, Rafka langsung mengejarnya. Berharap Fasya belum terlalu jauh berlari. Semoga.


Cinta Dipenghujung Masa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang