•Bab 22

43 15 0
                                    

Pagi hari nya, di SMA Bina Jaya semua kelas XII tengah sibuk merapikan apa-apa saja yang akan dibawanya ke puncak. Segala baju-baju dan perlengkapan lainnya sudah dibawanya ke sekolah hingga besok mereka hanya akan membawa badan, dan beberapa barang pribadi lainnya.

Via, Hana, dan Anisa saat ini sedang duduk bersantai di lapangan basket yang bebas dari para pemain basket. Disana suasana nya lebih tenang ketimbang di tempat-tempat lainnya. Apalagi lapangan ini dikelilingi oleh beberapa pohon yang bisa digunakan untuk berteduh dari panas.

"Fasya mana sih? Dari tadi nggak balik-balik.. Lama banget tugas nya selesai.. " gerutu Anisa.

"Iya.. Ini nih.. Yang bikin aku ogah-ogahan masuk anggota OSIS dulu.. Banyak tugasnya.. " timpal Hana.

Via mengangguk membenarkan. Memang di antara mereka berempat, hanya Fasya lah yang tampaknya sangat antusias dengan organisasi yang ada disekolahnya. Sedangkan yang lainnya, jangankan OSIS, disuruh menjadi perangkat kelas saja, menolak sekuat tenaga, jiwa, dan raga mereka.

"Eh.. Btw, kemaren lo kemana? Si Fasya nggak bisa diem nanyain lo mulu.. Kuping gue sampai panas tau nggak?" adu Via.

Anisa cengengesan menanggapi perkataan Via. Segitunyakah Fasya hingga ia sangat mengkhawatirkan dirinya.

"Kemaren gue kecopetan..." jujur Anisa.

"APA! " ucap Hana dan Via serentak.

Anisa menutup kedua belah telinganya karena merasa teriakan kedua temannya itu bisa-bisa menulikan pendengaran nya. Apalagi posisinya yang di tengah-tengah kedua sahabatnya. Membuat dia semakin terlihat apes hari ini.

"B aja kali gengs.. " ucap Anisa dengan tangan yang mengelus elus telinga nya. "Tapi untung gue lari.. Bla bla bla bla... "

Dan terceritakanlah semua yang terjadi pada Anisa kemarin siang. Mulai dari A sampai Z Anisa jelaskan pada kedua temannya itu. Sedikitpun huruf tidak tertinggal.

"Eh.. Si Nino yang lo maksud itu yang ono kan?" tanya Via sambil menunjuk seorang laki-laki yang tengah duduk di kursi panjang yang terletak di koridor kelas XI.

Anisa mengangguk membenarkan tebakan Via. Laki-laki yang duduk lengkap dengan seragam basketnya itu memang Nino. Superheronya kemarin.

Raut wajah Via berubah menegang seketika kala tebakan nya benar.

"Kenapa emang nya?"

****

Sedari tiba disekolah hingga jam menunjukkan pukul sepuluh lewat dua puluh menit, Fasya masih asyik mondar mandir ruang OSIS-ruang Musik. Ruang musik untuk sementara waktu di gunakan untuk menampung barang-barang siswa kelas XII untuk keperluan besok .

Mulai dari memindahkan tenda-tenda, tas-tas berisikan alat-alat lainnya, dan banyak lagi hal lainnya. Lepas dari itu semua, Fasya masih harus meminta surat izin orang tua dari setiap peserta yang akan ikut ke puncak esok hari. Hari yang sangat panjang.

Dengan beberapa bulir keringat yang membasahi permukaan wajah nya, Fasya duduk di sebuah kursi yang terletak di pinggir lapangan upacara bendera.

Paparan sinar matahari yang sangat menyengat menerpa wajah Fasya sehingga membuat Fasya lebih banyak lagi mengeluarkan keringat nya.

"Udah Sya?"

Fasya menoleh ke arah belakang. Tepat pada sosok Rafka yang menenteng dua buah botol air mineral dalam kantong kresek.

Fasya menggeser sedikit tempat duduknya untuk memberi sedikit jarak antara mereka berdua. Ya, memang seharusnya mereka seperti itu bukan? Kini Fasya berusaha agar tidak lagi seperti dulu. Tidak lagi mudah agar bisa di pegang sesuka hati dengan lawan jenis. Meski terkadang dia masih suka beradu mulut bahkan sampai mengeluarkan perkataan yang kasar. Tapi setidaknya dia telah mencoba. Mencoba menjadi lebih baik.

Cinta Dipenghujung Masa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang