• Bab 15

45 20 0
                                    


"Rasa cinta yang sebenarnya hanyalah rasa cinta kepada allah. Bukan kepada ciptaannya."


Paginya Fasya bergegas untuk pergi ke sekolah. Kakak laki-laki nya itu sudah mendesak nya sedari lima belas menit yang lalu. Fasya kali ini benar-benar kesal setengah mati, pasalnya ini masih sangat pagi bagi Fasya. Apalagi hari ini tidak akan ada kegiatan disekolah dan tentunya disekolah nanti, mereka hanya akan bermain-main. Ya, mereka, seluruh siswa kelas XII SMA Bina Jaya.

"FASYAA! ayo! Gua hampir telat ini" teriak Anton dari teras luar.

Untuk kesekian kalinya, decakan sebal itu keluar dari mulut Fasya. Dengan langkah seribu ia meraih tas kecil dan handphone nya yang tergeletak bebas diatas kasur.

Bahkan sedari bangun tidur ia belum sempat men-cek notifikasi di handphone nya yang merupakan sebuah rutnitasnya disetiap sesudah shalat shubuh.

"Iya bang.. Sabar dikit na~~pa... " ujar Fasya memelan diakhir kalimat, kala seorang anak laki-laki yang kira-kira berumur tiga tahun itu memeluk erat kaki Fasya sehingga membuat Fasya tidak dapat beranjak kemana-mana.

'Lho, anak siapa? Jangan-jangaan.. Anak yang mama sama papa buat tadi malam?' fikir Fasya dalam hati.

Anak laki-laki itu masih memeluk erat kaki Fasya tanpa melihat terlebih dahulu siapa yang dipeluknya. Mungkin anak itu mengira Fasya ibunya, lantas siapa bapaknya?😂

"Fasya kok belum per-eeeh... sini sayang.. Sama siapa ke sini?" kata Nur yang awalnya bebicara pada Fasya kini beralih pada balita itu.

"Ya sama mama lah dia kesini, kan mama yang buat.. " ucap Fasya enteng.

"Maksud kamu? " tanya Nur dengan tampang bodohnya.

"Iya, mama yang buat toh sama papa tadi malam, kan papa yang bilang,masa mama lupa sih, baru tadi malam lho ma.. " jelas Fasya.

Nur tampak masih belum menyambung dengan apa yang dikatakan anak bungsu berjilbab nya ini.

"Tapi kok aneh ya, bisa gitu langsung gede.. Alat reproduksi mama yang modern pastinya kan? Canggih. " kata Fasya mengacungkan jempol dan langsung dibuahi pukulan kecil dikepalanya.

"Udah sana pergi, mama pukul deh lama-lama" kata Nur dengan tangan kanan yang telah terangkat diudara bersiap memukul Fasya dan tangan sebelahnya lagi memegangi laki-laki balita itu yang ada digendongan Nur.

Fasya bergidik ngeri melihat ibunya yang sudah seperti kucing garong. Dan dengan segera dia keluar rumah dan menuju tempat Anton yang mungkin telah berubah menjadi beruang kutub karena menunggu Fasya yang tak kunjung datang. Bang toyyib kali...

Namun, saat ia berbalik badan, ia hampir saja menabrak seseorang yang baru saja hendak masuk ke rumah itu.

"Eh, tante Weni.. Maaf.. Hampir aja ketabrak" ucap Fasya sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Tidak lupa juga cengiran khasnya yang tidak akan pernah tinggal apapun keadaannya.

"Iya Fasya, udah sana pergi, abang kamu dari tadi ngomel mulu tu didepan" kata Weni dengan sedikit kekehan.

Fasya mengangguk dan langsung berlari ketempat kakak nya berada. Untung saja dia tidak ditinggal pergi. Karena, biasanya kalau sudah seperti ini, Anton yang dengan segala keikhlasannya akan meninggalkan Fasya dan membiarkan gadis itu menunggu bis dihalte sendirian.

Cinta Dipenghujung Masa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang