•Bab 3

97 20 2
                                    

|•Lo lucu, konyol dan malu-maluin. Tapi ngga tau kenapa, semua itu ngga membuat gue ilfiel sama lo, bahkan dengan sikap lo yang apa adanya itu, semakin membuat gue kagum dengan lo •|

Fasya's POV

Kring!!!

Bunyi bel membangunkan aku dari alam bawah sadarku. Setelah mengumpulkan beberapa nyawa yang sempat hilang saat tertidur, aku pun beranjak dari brankar UKS menuju toilet yang terletak tidak jauh dari brankar yang aku tiduri tadi.

Langkahku sedikit tertatih tatih. Ya, kalian tahu lah semua ini karena apa? Karena apa lagi kalau bukan karena terjatuh ditangga dekat lapangan basket tadi.

Flashback on

"Please tolingin gue Man... " mohon nya lagi.

"Udah mending lo lari aja lagi deh, mereka udah mau deket tuh" saran Irman.

Aku melirik kearah Sisi dan lainnya yang sedang berlari kearahku. Tanpa ba bi bu lagi, aku pun berlari sekuat tenaga menghindari mereka yang sudah seperti srigala lapar itu.

Huft!

Saking fokusnya berlari, aku sampai lupa kalau ditepi lapangan basket ini ada beberapa anak tangga.

Dan...

Bruk!!!

Damn it!! Kenapa harus jatuh? Disaat suasana begitu ramai saat ini. Mau diletakkan dimana mukaku ini?

Dan tidak bisa dipungkiri lagi, gelak tawa dari semua orang menjadi makan siangku saat ini.

Bukan hanya malu yang harus aku tanggung, tapi juga luka ditelapak tanganku. Dan aku yakin, lutut dibalik rok panjangku ini juga pasti sedang mengeluarkan darah.

Semua orang menggerumuniku, tapi sialnya bukan untuk menolong. Tapi malah menontoni aku yang sedang meringis kesakitan.

Ada sih, beberapa dari mereka yang hendak menolong. Tapi aku tolak terang-terangan karena mereka laki-laki. Ya jelas aku tidak mau ditolong oleh mereka, karena itu akan membuat aku bersentuhan dengan yang bukan mahram. Aku kan ingin hijrah.

Sedangkan Sisi dan yang lainnya? Malah tertawa terbahak-bahak tanpa ada niatan untuk menolongku.

"Fasya lo ngapain dah?" tanya Sisi disela sela tertawanya.

"Nyari kodok" jawabku ketus.

Hingga akhirnya Anisa, Hana, dan Via datang, lalu mempapahku menuju UKS. Leganya...

Flashback off..

Aku menyibak kan rok panjangku itu untuk melihat luka yang tadi belum sempat aku lihat. Bukannya belum sempat, hanya saja aku takut untuk melihat darahku sendiri.

Entah phobia atau apa, yang jelas saat aku melihat suatu hal yang berbau luka dan darah, maka aku akan histeris sendiri.

Tapi sekarang aku bisa melihatnya karena luka itu telah ditutupi hansaplast.

"Cepat sembuh?" gumamku saat melihat bacaan yang tertulis diatas hansaplast yang menempel dilututku.
Siapa yang menulis tulisan cepat sembuh dihansaplast ini? Apa lagi dengan embel embel gambar love disetelah katanya. Tidak mungkin ketiga temanku itu yang melakukannya.

Cinta Dipenghujung Masa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang