•Bab 46

23 10 0
                                    

Assalamu'alaikum
Happy reading

"Anton, bangun.. Mobilnya mati.. " kata Bekti sembari menggoyangkan bahu Anton agar terbangun.

Anton hanya menggeliat kecil. Bekti semakin menguncang bahu Anton yang masih asik berkelana di alam bawah sadar itu.

" Anton!! Bangun, mobilnya mati!! " teriak Bekti tepat di telinga kanan Anton.

Anton langsung terduduk tegap mendengar teriakan maut dari sang ayah. Nur dan Weni yang melihatnya langsung meringis seakan merasakan dengung di telinganya saat Bekti berteriak tepat di lubang telinga Anton.

"Apa?? Fa fasya mati? " tanya Anton dengan mata yang setengah sadar.

Plak!!

Nur langsung menampar pipi anaknya itu sehingga membuat Anton benar-benar terbangun dari alam bawah sadarnya.

" Enak aja kamu bilang Fasya mati!!" marah Nur.

Siapa yang tidak akan marah jika anaknya sendiri mengatakan jika anak yang lainnya mati. Padahal masih hidup.

"Eh, kok Mama tampar sih.. " tanya Anton heran.

"Salah sendiri bilang adik sendiri udah mati," kesal Nur.

"Lho, orang kepala sekolah Fasya sendiri yang bilang.. Nih kalau ga percaya.. "kata Anton membela diri sembari menyodorkan tangan kanan yang kosong ke arah ibunya.

" Apaan? " tanya Weni, Nur, dan Bekti secara bersamaan karena heran melihat Anton yang menyodorkan tangan kosongnya.

Anton melirik ke arah genggaman tangannya. Matanya membulat seketika, dimana letak handphone Papanya.

" Lho, Hp Papa mana? "tanya Anton heran sambil celingukan mencari benda pipih ajaib itu.

" Ini? " tanya Bekti sambil menyodorkan handphonenya yang baru keluar dari dalam sakunya.

" Nah ini, tapi kok sama Papa? Kan Kepala Sekolah Fasya masih ngomong.. "

" KAMU NGIGO!!!" teriak Nur, Bekti, dan Weni lagi lagi bersamaan.

Anton meringis setelah sadar bahwa yang baru saja Ia alami adalah hanya sekedar mimpi.

Hatinya sedikit lega karena itu hanyalah sebuah mimpi. Bukan kenyataan. Jika itu nyata, Anton tidak tahu lagi harus berbuat apa saat satu-satunya adik perempuan yang ia miliki harus menghadap ilahi. Anton rasa Ia tidak akan kuat akan hal itu.

'Ambil saja nyawaku terlebih dahulu sebelum engkau mengambil nyawanya, ya Allah.. ' batin Anton.

"Cepet turun.. "titah Bekti pada Anton.

" Udah Sampai Pa? " tanya Anton dan melirik ke arah jendela yang masih menampakkan jalan raya yang sepi.

" Mobilnya mati!! Turun.. Buat dorong sampe POM Bensin.. " geram Bekti. Heran, kenapa kedua anaknya sama-sama lemot. Pasti turunan dari Nur ini.

Anton langsung bersiap keluar mobil saat ia lihat Papanya yang sepertinya sudah ingin menendangnya hingga Benua Antartika.

Bekti juga ikut turun dan mereka berdua mulai mendorong mobil tersebut. Sedangkan kedua emak hanya bersantai ria di dalam mobil. Somplak.

"Pa.. I.. Niih... Bheerhaattt... " ucap Anton sudah persis seperti orang yang mengejan.

Berat sekali pasti mobil itu. Buktinya, mereka berdua yang telah mengeluarkan tenaga maksimal, sama sekali tidak membuat mobil itu bergerak barang satu inci pun. Miris sekali.

Cinta Dipenghujung Masa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang