Gue rela nunggu Lo meski harus bertemankan sepi-,
-Rava
Samar-samar Rahel mendengar suara Mamanya yang mengoceh dilantai bawah. Mau tak mau gadis itu pun terganggu dari tidurnya."Nggh."
"Masih pagi juga, Mama berisik banget sih."
Rahel meregangkan otot-ototnya yang terasa pegal karena semalam ia begadang. Tadi malam ia tidak bisa tertidur karena terus membuat strategi.
Tangannya mulai meraba-raba disekitar nakas mencari benda pipih itu.
Dia mengusap layar ponselnya. Dan--
07:15
"Hmmm... pukul 7 ."
Racau nyawanya yang masih belum terkumpul. Dan sesekali Rahel menguap. Mata gadis itu masih enggan untuk terbuka. Seakan mendapatkan hidayah nyawa, Rahel baru tersadar.
"Mamaaaa... Rahel kesiangan!!"
Teriak gadis itu yang langsung melesat ke kamar mandi dan mendadak menyisir rambut, membuat jadwal, membereskan tempat tidur semuanya ia lakukan dalam kurun waktu 5 menit. Keren bukan Rahel?
"Rahel cepetan bangun, ter--"
"Ma, Rahel berangkat sekolah ya. Udah telat."
Ucap Rahel sambil mencium punggung tangan dan kedua pipi Diana.
"Sarapan dulu, nanti kalau kamu sakit gimana?"
"Ga usah Ma, Mama sih gak bangunin Rahel." Gerutu Rahel sambil berjalan menuju pintu.
"Kamu yang susah dibangunin."
Teriak Diana sambil terus mengikuti anaknya dibelakang.
"Tadi pagi Rava jemput kamu kesini, tapi Mama suruh dia duluan aja."
"Kasian kalau harus nunggu kamu. Entar dia kesiangan." Lanjut Diana setelah sampai diteras rumah.
"Assalamualaikum"
Teriak Rahel dan berlari untuk menuju halte. Sungguh ia tak mau jika harus dihukum. Mau ditaruh dimana muka dia. Pasti itu akan sangat memalukan pikirnya.
"Waalaikumsalam."
Diana menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah anak gadisnya.
Seketika wajahnya murung. Wanita peruh baya itu merasa resah.
"Mama sayang kamu Rahel." Ucap Diana lirih.
***
Rava sudah sampai disekolah 30 menit yang lalu. Sekarang cowok itu sedang menunggu Rahel yang sudah siang belum juga datang. Dia duduk didekat lapang upacara sembari menghubungi nomor seseorang. Siapa lagi kalau bukan 'Rahel'.
Rava tak mengindahkan tatapan memuji siswi lain yang berada disekitar situ.
"Ok fix Rava kece bangeettt."
KAMU SEDANG MEMBACA
White Lilies & Phobias (END)
Подростковая литератураRahelsya Dwirani Putri, seorang gadis berkulit tropis, berambut sebahu, baik hati dan cerewet. Dia memiliki masalalu yang berlika-liku hingga dirinya berakhir menjadi seorang Phobias. Siapa sangka, sosok dimasalalunya kembali datang dikehidupannya m...