Suatu saat aku akan menjadi sosok penting dalam hidupmu menggantikannya-,
-Sean
Tap.... tapp.. tap....Terdengar suara langkah kaki seseorang, menghampiri gadis yang terduduk memunggunginya menghadap jendela. Terlihat jelas iris mata gadis itu sembab karena terlalu lama menangis. Pandangannya lurus ke depan, menatap kosong jendela kamar yang terbuka.
1 menit kemudian
Sepertinya, Rahel tak mengidahkan laki-laki tampan dengan pakaian casual sudah duduk disampingnya memandangi objek yang sama.
Angin dipagi hari berhembus menerpa wajah dua insan yang masih sama-sama tetap bungkam.
"EKHEM!!"
Rahel memalingkan wajahnya ke samping menghadap asal suara tadi.
1 detik
2 detik
3 detik
Tiba-tiba saja, Rahel tersenyum tulus pada seseorang dihadapannya.
Dia menatap dalam manik pekat lelaki tampan itu. Tatapan yang Rahel berikan, seakan menyiratkan kerinduan yang begitu besar.
'Apa?'
Laki-laki itu mengangkat satu alisnya tanda ia sedang bertanya.
"Rava?"
Ucap Rahel lirih dengan wajah berbinar menatap laki-laki itu.
Lelaki tampan didepannya tak bergeming sama sekali, bahkan untuk sekedar menjawab pertanyaan Rahel pun terlihat begitu malas. Dia hanya memasang wajah datar sebagai jawabannya.
Sean POV
Aku rasa sekarang wajahku sama datarnya dengan kaca jendela gadis ini. SHIT!
Aku dibuat menegang, saat ia tiba-tiba saja mengalungkan tangannya dan memeluk tubuhku erat. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya pada bagian leherku. Sial ! Bahkan, aku dapat mencium aroma tubuhnya yang menyeruak di indera penciuman ku.
"Rava, aku merindukanmu dan juga mama."
Aku hanya tersenyum getir dibalik pundak gadis ini.
Tangannya semakin erat memeluk dan mendekap tubuhku. Terlihat jelas, bahwa dia begitu merindukan sosok Rava.
Aku akui, dia memang laki-laki yang bisa mengungkapkan perasaannya dengan baik. Tidak seperti diriku yang kaku. Aku bahkan berbanding terbalik dengan karakter Rava.
"Kalian bilang, kalian mencintaiku."
'Kalian mencintai ku? Jadi, maksudmu Rava juga mencintaimu?'
Aku tak tau entah sejak kapan tanganku mengepal kuat disamping gadis ini.
Author POV
"Kalian bohong. Kenapa sekarang kau menjauhiku? Bahkan mama pun sama. Mama pergi meninggalkan ku sendiri disini."
"Aku kesepian."
"Uhukk!! Uhukk!!!"
'Tunggu!'
'Ini bukan suaranya Ra--'
"Sakit bodoh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
White Lilies & Phobias (END)
Teen FictionRahelsya Dwirani Putri, seorang gadis berkulit tropis, berambut sebahu, baik hati dan cerewet. Dia memiliki masalalu yang berlika-liku hingga dirinya berakhir menjadi seorang Phobias. Siapa sangka, sosok dimasalalunya kembali datang dikehidupannya m...