Hati ini bagaikan sepenggal kata yang tak terbaca dalam cerita favoritku-,
-RahelsyaTekad Rahel sudah bulat. Dia benar-benar ingin kembali pulang kerumahnya. Rava sudah beberapa kali melarang gadis itu karena melihat kondisi Rahel belum sembuh total.
Tapi, percuma saja melawan gadis keras kepala seperti Rahel. Alhasil mereka berdua sekarang berada dalam mobil Rava.
"Gue heran ya sama Lo. Tadi bilangnya mau jalan-jalan. Tapi sekarang ngotot pengen pulang."
"Lo masih waras kan? Ga kasembet kan Lo?"
"Ckkk."
Gadis disampingnya berdecak sebal mendengar Rava yang sedari tadi terus mengomel.
"Emang kamu pikir pas aku pinsan itu kerasukan gitu."
"Bwahaa.. Itu sih Lo yang bilang gue mah engga."
"Tau ah."
Rahel memalingkan wajahnya menatap keluar kaca mobil kebanding harus melihat Rava yang masih menertawainya. Tak tau kenapa ia merasa badmood.
Mata Rahel membelalak seketika, rasanya ingin meloncat keluar dari tempatnya. Ada apa dengan matanya? Apa ada sesuatu didalam sana? Mata Rahel masih normalkan?
Tukang bakso.
Tukang parkir.
Satpam.
Argghh!! Kenapa semua orang yang kulihat hanya wajah datar si Om?!
Kedua tangan Rahel terus mengucek matanya berusaha menghapus apa yang dia lihat. Apa jangan-jangan memang benar apa yang tadi Rava katakan?
"Sya!!"
Gadis itu masih belum menyadari suara Rava yang dari tadi memanggilnya.
"Rava berhenti!"
Tiba-tiba saja Rahel menyuruh Rava menepikan mobilnya yang membuat laki-laki itu mengernyit bingung.
"Lo kenapa lagi sih Sya?"Geram Rava yang sudah jengah dengan Rahel.
"Aku mau es krim!"
"Ga ada es krim!! Kita pulang!!"
"RAVA!!"
"Bodo amat!! Gue ga mau ngambil resiko."
Rahel dibuat cemberut karena Rava benar-benar tak memenuhi permintaannya. Laki-laki itu malah melajukan mobilnya tak mempedulikan Rahel yang duduk memunggunginya.
Alis mata Rahel mengernyit bingung melihat jalan yang dia lalui.
"Rav, kamu ga niat buat nyulik aku kan?"
Gadis itu langsung memalingkan tubuhnya menghadap Rava menatap selidik laki-laki didepannya.
"Kita mau kemana?"
Rava hanya tersenyum hangat sebagai jawaban. Dia sama sekali tak bersuara.
"Berhenti tersenyum seperti itu. Membuatku takut saja."
Sebenarnya, Rava semakin terlihat tampan saat tersenyum seperti sekarang. Tidak seperti biasa yang pecicilan dan jail.
Tapi, semenjak tadi dirumah sakit ia benci melihat senyuman Rava yang terlihat begitu tulus dimatanya. Dia merasa takut, takut jika--- tidak itu tak boleh terjadi.
Stay with me- Chanyeol Exo x Punch
Suara dering ponsel Rahel terdengar begitu jelas hingga menyadarkan lamunan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Lilies & Phobias (END)
Teen FictionRahelsya Dwirani Putri, seorang gadis berkulit tropis, berambut sebahu, baik hati dan cerewet. Dia memiliki masalalu yang berlika-liku hingga dirinya berakhir menjadi seorang Phobias. Siapa sangka, sosok dimasalalunya kembali datang dikehidupannya m...