Chap.18 Perjanjian

69 13 4
                                    

Kau yang membuat janji, tapi kau sendiri yang ingkar-,
-Rahelsya

"Rahel."

Seorang wanita dengan pakaian tidurnya memasuki kamar gadis yang berdampingan dengan kamarnya.

Beberapa menit yang lalu, dia mendengar suara teriakan dari kamar gadis itu.

"Kamu kenapa?"

Ucapnya seraya memeluk dan mengelus rambut adiknya agar bisa sedikit menenangkan.

"Mimpi buruk?"

Tanya wanita itu kemudian merangkul bahu Rahel untuk mendekat padanya.

"Maaf, aku pasti ganggu tidur Kakak."

"Syuuut.. Udah gak apa. Tidur lagi yuk, udah malam. Besok kamu harus sekolah jangan sampai kesiangan."

Gadis itu tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya.

Nama lengkapnya Alsena Kaira Putri. Dia adalah Kakak sepupu Rahel dari Bandung. Wanita itu baru saja wisuda dan kebetulan dia memang mendapatkan pekerjaan diJakarta. Tepatnya, tidak jauh dari daerah tempat tinggal Rahel.

Sena yang memang berada didepan Rahel, tersenyum manis dan terlihat begitu cantik dengan sinar rembulan bulan menerpa wajahnya.

"Jadilah perempuan yang dewasa, karena semakin lama kita hidup semakin banyak pula pilihan dalam hidup ini."

Gumam wanita itu pada Rahel yang rupanya sudah tertidur pulas disampingnya.

"Selamat malam."

***

Sean POV

Tubuhku benar-benar terasa begitu pegal, rasanya ingin ku remukkan sekarang juga. Karena berkas-berkas sialan ini aku harus pulang telat dari biasanya.

17:00

Waktu sudah menunjukkan jam lima sore. Ku lihat sekretaris baru, dia masih sama seperti ku sibuk mengurus berkas dan jadwal yang harus dipersiapkannya untuk meeting besok malam. Sedari tadi, tak ada diantara kami yang memulai pembicaraan. Dia pun sama sepertiku, berbicara hanya jika memang diperlukan. Kalau memang tidak dibutuhkan, ya untuk apa. Aku tidak suka basa-basi seperti orang-orang pada umumnya. Menurut ku membuang-buang waktu saja.

Ku letakkan bolpoin ini diatas kertas putih yang dari pagi sampai sore ini aku pegang. Tanganku terangkat untuk memijit pelipis yang mulai sedikit pening. Sekalian saja ku regangkan otot tanganku yang sudah terasa keram. Seharian ini, aku hanya mengurus dan menandatangani berkas kantor. Jika wanita itu tidak ada disini, mungkin aku sudah pasti melewatkan jadwal makan siang.

Jujur, aku tidak tahu siapa nama si sekretaris baru. Hanya saja, menurutku dia wanita rajin dan tipikal wanita pendiam. Baguslah, setidaknya dia tidak akan membuatku kerepotan.

Author POV

"Pak, semuanya sudah saya kerjakan."

Mata Sean langsung menatap sekretarisnya yang sudah berdiri didepan meja tempat ia duduk.

"Kau sudah periksa semuanya?"

"Sudah Pak."

Laki-laki itu hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Sean akui dia merasa kagum dengan sekretaris nya, meski ia baru bekerja disini tapi sungguh wanita itu ternyata sudah bisa cekatan dan handal dalam menangani nya.

"Kau boleh pulang."

"Apa Pak Sean memerlukan bantuan yang lain?"

"Tidak perlu."

White Lilies & Phobias (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang