Aku sudah terbiasa dengan kesakitanku, kau tak perlu khawatirkan aku-,
-Rahelsya"RAHEL!!!"
Samar-samar gadis itu masih dapat mendengar sosok yang sangat ia rindukan selama ini.
Bibir pucatnya mencoba tersenyum kecil dengan semua luka yang terus mencabiknya secara bersamaan.
Dear hujan.
Jika kau sudah berhenti turun, tolong jangan pernah pertaruhkan nyawaku kembali seperti saat itu.
Dariku Hipobia Hujan-,
BRUKK
Gelap. Itulah yang sekarang gadis itu rasakan. Tapi, setidaknya ia akan lebih bahagia jikalau bersama kegelapan meski ternyata kebahagiaan itu hanyalah sebuah ilusi.
"SIALAN!!"
Laki-laki itu langsung berlari menghampiri Rahel dan menggendong gadis itu dengan susah payah menuju mobilnya.
Dia tak mempedulikan hujan yang semakin deras dan kesakitan yang sekarang dirinya rasakan. Yang ada dipikirannya hanya satu, keselamatan gadis itu.
"...."
"Hallo Ma, kasih tau keluarga Rahel kalau sekarang dia ada diRumah Sakit Mutia."
Tutthh.
Matanya terus melirik kaca sepion memastikan gadis dibelakang joknya baik-baik saja. Perasaan takut terus menghantui dan semakin membuatnya khawatir.
"Gue mohon Lo harus bertahan."
"Gue gak mau kehilangan Lo, Sya."
Tak butuh waktu lama mobil laki-laki itu sudah sampai di Rumah Sakit. Dia mengendarinya lebih cepat diatas rata-rata. Sungguh pikirannya benar-benar tak terkendali.
Dengan gesit dia langsung membuka pintu belakang dan kembali menggendong gadis itu sedikit terburu-terburu.
"DOKTER!! SUSTER!!"
Teriaknya hingga membuat semua orang mengalihkan pandangan padanya. Dia mengabaikan tatapan aneh dari mereka, terserah ia dianggap gila sekalipun ia tak peduli.
Nafasnya sedikit tersenggal dengan pikirannya yang kian cemas. Pasalnya, dapat ia rasakan tubuh Rahel yang semakin dingin dan denyut nadinya pun terasa melemah.
"DOKTER!! TOLONG SELAMATKAN DIA!!"
Para tim medis langsung membawa Rahel menggunakan brankar menuju ruang ICU.
Tangan laki-laki itu terus menggenggam erat jemari Rahel berharap bisa memberikan kehangatan dan sesekali dia juga mencium punggung tangan gadis itu.
"Gue mohon Lo harus bertahan, Sya."
"Gue sayang Lo. Gue gak mau kehilangan Lo." Bisiknya ditelinga Rahel.
Seketika itu, ia meneteskan air mata. Hatinya benar-benar tersayat melihat keadaan gadis yang dicintainya.
"Kamu harus tenang. Kami pasti akan semaksimal mungkin untuk menyelamatkan gadis ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
White Lilies & Phobias (END)
Teen FictionRahelsya Dwirani Putri, seorang gadis berkulit tropis, berambut sebahu, baik hati dan cerewet. Dia memiliki masalalu yang berlika-liku hingga dirinya berakhir menjadi seorang Phobias. Siapa sangka, sosok dimasalalunya kembali datang dikehidupannya m...