Chap10. Gadis Aneh

147 60 31
                                    

Sekarang kebahagiaan ku melihat kalian berjauhan-,
-Sean


Bel pulang sudah berbunyi dua puluh menit yang lalu. Tapi, batang hidung gadis itu masih belum juga terlihat. Sean terus melirik jam tangan yang dipakainya.

"Apa yang dilakukan gadis bodoh sepertinya?"

"So pintar saja."

Sean merutuki dirinya yang membuang buang waktu hanya untuk menjemput gadis itu.

"Ok by Chacaaaa."

"Hati-hati yaaaa!!"

Teriak Rahel saat melihat Chaca yang sudah mulai menjauh bersamaan dengan mobil jemputannya itu.

"Berisik!"

Sarkas Sean sedikit mengorek telinganya yang pengang akibat suara cempreng nan cerewet milik gadis itu.

'Tunggu!'

'Hmm.. sepertinya aku mengenal suara ini.'

"Gadis bodoh?! Cepat masuk!"

Suara perintah ini, sungguh Rahel sudah kenal betul. Nada datar, panggilan gadis bodoh, perkataan apa pun pakai tanda seru. Hah, siapa lagi kalau bukan si Om Datar.

Rahel hanya memutar bola matanya malas..

"Gadis bodoh." gumam Rahel sebal

"Aku tau aku memang bodoh, mungkin sekarang kebodohanku semakin bertambah."

"Tapi, setidaknya bisakah dia mengatakan gadis pintar ayo masuk."

"Teruslah kau ber--"

Tiiiiiiiiiittttt...

"Iiiisshh.."

TUKK

"Apa yang kau lakukan bodoh?!"

"Hmm.. mobil kau baik-baik saja? Aaahh tentu saja kau baik, hanya pemilik mu saja yang tidak baik."

Ucap Rahel sedikit mengusap lembut bekas tendangan sepatu nya pada mobil Sean.

'Ckk... Apa itu hobinya?'

Sean sudah benar-benar kesal dengan kelakuan dan tingkah laku Rahel. Dia berniat keluar menemui gadis itu kemudian memberikan pelajaran yang setimpal atas perbuatan Rahel. Ingat ini adalah goresan kedua yang dilakukan gadis itu.

Sepertinya lain kali Sean harus membuat pengaman anti gores pada mobil kesayangannya.

Gerakan Sean terhenti dikala Rahel mulai bersuara.

"Rava?!"

Panggil Rahel saat netra matanya menangkap sosok Rava.

'Gue gak salah pilih. Seragamnya muat dibadan Lo'

"Hahaaa.."

Rava tertawa bersama teman-temannya dan sepertinya tak mengindahkan keberadaan Rahel.

'Maafin gue Sya'

'Kak, gue titip Rahel. Jangan sakiti dia'

Rava begitu saja melewati gadis itu, tak melihat tatapan mata Rahel yang sudah berkaca-kaca. Bahkan untuk sekedar menjawab sapaan Rahel pun tidak sama sekali.

Sean hanya memperhatikan mereka dari balik mobil. Tangan laki-laki itu ia tumpukan pada bagian setir. Sebelah alis matanya terangkat menatap Rahel.

"Aku salah apa Rav?"

Gumam Rahel yang sudah pasti masih dapat didengar oleh seseorang yang berada didalam mobil.

"Gadis bodoh yang malang."

Ucap Sean dengan smirk disudut bibirnya.

BRAKKK!

'Aku yakin itu memang hobinya.'

Flashback On

Gadis itu terburu buru memasuki kelasnya. Malu, sakit, marah semuanya tercampur menjadi satu. Dia bingung apa yang harus dia lakukan dengan seragamnya.

"Apakah aku harus membolos?"

'What?! Seorang Rahelsya Dwirani Putri MEMBOLOS?! Apa kata Jakarta?! Ya, meski aku adalah seorang murid biasa biasa saja, tidak pintar tapi juga tidak bodoh (kebanyakan bodohnya), tidak memiliki prestasi, setidaknya aku harus memiliki image teladan'

"Tidak tidak. Itu terdengar mengerikan."

Rahel menggelengkan kepala membuang jauh-jauh pikiran manstrim nya.

"Tapi, bukankah image ku sudah habis ditelan mading?"

Rahel menduduki bangkunya tepat dibaris kedua dari meja depan.

Pakai!! gue tau Lo butuh.

Cowok Tampan

Rahel membulatkan mata, rasanya mata ini ingin keluar dari tempatnya.

'Siapa?'

'Cowok tampan?'

'Apakah sebelumnya dia cantik?'

Rahel terkekeh pelan membacanya.

"Ckkk.. semua cowok itu memang tampan."

Rahel sedikit berfikir kira-kira yang dimaksud cowok tampan ini apa? Maksudnya pakai apanya? Ia tidak melihat apa pun didekat secarik kertas ini. Atau mungkin ada yang iseng saja?

"Aku merasa setiap hari otak ku semakin pintar saja."

Gumam Rahel sedikit menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Flashback Off

Sean yang berada disamping Rahel bergidik ngeri. Bagaimana tidak?! Bayangkan saja tadi perempuan itu terlihat marah dan kecewa tapi sekarang dalam waktu yang bersamaan dia senyum-senyum sendiri layaknya orang gila.

'Selain bodoh dia itu memang kurang waras'

White Lilies & Phobias (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang