Chap.27 Buket Lili

30 4 2
                                    

Kehilangan seseorang bukanlah suatu kesalahan, melainkan sebuah takdir yang sudah dikuadratkan-,
-Author


"Rahel-ah kau sudah pulang?"

Tangan Rahel sibuk melepas sepatu kemudian menyimpannya dirak dekat pintu.

"Nde eoma, kemana Yeon? Bukankah dia sudah pulang?" Diapun mengganti alas kakinya dengan sandal rumah berbulu putih.

"Yeon sudah datang beberapa menit lalu lebih dulu dari kamu. Rasanya eoma tak percaya chagi, dia membeli makanan sebanyak itu. Eoma tak yakin dia akan menghabiskannya." Jelas Sunwo yang diakhiri dengan kekehan.

"Ahh eoma, bahkan Yeon tadi ingin menambah lagi dengan eskrim." Timpal Rahel.

"Ommo! Jinja?!" Ucap Sunwo tak percaya seraya mendekati Rahel yang sudah duduk dibar dapur.

"Dia pasti sangat merepotkanmu." Lanjutnya yang merasa tak enak hati.

Kepala Rahel menggeleng, "Aniyo, dia justru terlihat menggemaskan."

"Eoma aku membawakanmu sesuatu. Jajaaaa!!" Rahel begitu semangat menunjukan dua kantong makanan pedas yang tadi ia beli.

Tak kalah penasaran Sunwo melihat isi bingkisannya, "uwahh tteokbokki!"

Dia membuka salah satu tteobokki yang masih utuh. Tidak maksudnya dua-duanya pun memang masih utuh.

"Ah teokbokkinya sudah dingin. Bagaimana kalau eoma panaskan lagi?"

"Ide yang bagus eoma. Oh iya, Appa belum pulang eoma?"

"Ahh eoma sampai lupa, Appa mu sepertinya akan sedikit telat. Kamu juga tau sendiri bukan, diawal musim dingin seperti ini banyak karyawan yang ijin cuti. Dan Appa mu pasti akan sibuk mencari pengganti mereka untuk sementara." Jelas Sunwo yang mendapat anggukan dari Rahel.

"Ya sudah lebih baik kamu mandi dulu sana. Eoma sudah menyiapkan air hangat untukmu."

Sunwo memang wanita baik, dia selalu memperhatikan hal-hal kecil tentang Rahel. Memberikan perhatian, kasih sayang, dan sifatnya yang cerewetpun membuat Rahel bisa dengan mudah berkomunikasi.

"Nanti kalau tteokbokki nya sudah siap, eoma panggil kamu."

Rahel mengacungkan kedua jempolnya kemudian langsung melesat pergi untuk melakukan ritual mandinya.

Sesampai dikamar, Rahel melepas jaket dan syal yang ia pakai. Sebelum mengambil handuk Rahel membawa pakaian tidur dari kamarnya.

Rahel POV

Kurasa udara dingin mulai masuk diantara celah-celah kecil dari kamarku. Dengan gerak cepat aku memasuki kamar mandi untuk segera menghangatkan tubuh.

Samar-samar aku mendengar suara pintu terbuka. Aku yakin itu pasti eoma.

"Rahel-ah eoma membawakanmu coklat hangat." Dan benar saja itu memang eoma.

Aku menyahut mengiyakan sedikit berteriak membalas suara eoma karena kurasa suara shower akan mengalahkan suaraku jika nyaring.

Aku hanya menjadi pendengar saat eoma yang kembali bersuara, rupanya dia masih dikamarku.

"Aigooo hampir saja aku lupa memberitahumu. Tadi ada paketan bunga dari seseorang untukmu. Apa kau sudah melihatnya? Eoma meletakannya dimeja dekat tempat tidurmu."

White Lilies & Phobias (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang